Opini
Opini Baharudin Hamzah, M.Si: Melabuhkan Harapan di Pundak Muhammadiyah NTT
Pilihan menjadi warga Muhammadiyah karena nilai-niai islam yang dianut Muhamammadiyah adalah islam yang progresif dan islam yang berkemajuan.
Itulah jejak historis yang terus berlangsung hingga saat ini sebagai inspirasi bagi warga Muhammadiyah, terutama kaum muda Muhammadiyah yang mewariskan perjuangan ini.
Karena itu, momentum Musywil Muhammadiyah Ke-8 di Ende, mesti dijadikan momentum strategis, untuk memperbincangkan masa depan Muhammadiyah di NTT, agar semangat islam berkemajuan hendaknya terus menggelora di dalam jiwa setiap warga Muhammadiyah, serta menjadi tauladan dalam perjuangan.
Baca juga: Lebaran Muhammadiyah Kemungkinan Beda dengan Pemerintah, Haedar Nashir: Bukan Hal Baru
Selain merefleksikan konsistensi perjuangan para tokoh Muhammadiyah seperti Bung Karno sebagai sumber inspirasi dalam menggerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Sosok Bung Karno sebagai warga Muhammadiyah adalah kompas moral, tentang bagaimana komitmen perjuangan, konsistensi antara kata dan perbuatan, serta ketauladanan kader Muhammadiyah dalam perjuangan.
Sebagai kader Muhammadiyah harus siap mewakafkan dirinya, merelakan waktu dan kesempatannya untuk persyarikatan, ummat dan bangsa dimana dan kapan saja.
Momentum Musywil juga menjadi strategis untuk mendialogkan dan merumuskan berbagai program dan kebijakan stategis organisasi untuk lima tahun kedepan. Setelah merefleksikan perjalanan ‘kapal’ besar persyarikatan selama 7 tahun ini.
Bahkan dalam setiap Musyawarah, selalu terbetik harapan baru dan cita-cita yang harus diperbincangkan secara serius, kemudian menjadi nyata dalam program dan kegiatan lima tahun kedepan dalam agenda Musywil Muhammadiyah di Ende.
Sebagai warga Muhammadiyah di NTT, sejumlah harapan dilabuhkan di pundak pimpinan Muhammadiyah NTT terpilih kedepan.Beberapa catatan kritis sekaligus menjadi harapan bsesama untuk masa depan Muhammadiyah di NTT.
Pertama, pendidikan unggul. Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadikan pendidikan sebagai lokomotif, untuk menggerakan dakwah, maka pendidikan harus menjadi sentral dalam mengembagkan pendidikan yang berkualitas di NTT.
Baca juga: Lebaran Muhammadiyah Kemungkinan Beda dengan Pemerintah, Haedar Nashir: Bukan Hal Baru
Memberdayakan majelis pendidikan secara berjenjang, agar pendidikan Muhammadiyah mampu menciptakan pusat-pusat keunggulan yang tidak dimiliki lembaga lain. Hanya dengan pendidikan yang unggul, amal usaha Muhammadiyah di NTT dapat berkembang maju bersaing dengan lembaga pendidikan swasta yang lain. Potret pendidikan Muhammadiyah di NTT hari-hari ini harus diakui,sedang tidak baik-baik saja.
Gagasan-gagasan besar untuk menjadikan sekolah Muhammadiyah yang unggul agar mampu bersaing di kancah lokal NTT, masih sebatas jargon dan ide-ide besar yang menyelinap di kepala para pimpinan amal usaha Muhammadiyah.
Ide sekolah unggulan, masih menjadi ‘kreativitas’ dan diskresi mandiri para pimpinan sekolah Muhammadiyah. Belum dan tidak pernah menjadi agenda besar organisasi di level pimpinan wilayah setidaknya dalam kurun waktu tujuh tahun ini.
Majelis pendidikan lebih berperan dalam urusan-urusan pragmatis, dan kasuistis seperti pengangkatan dan pemberhentian Kepala Sekolah. Padahal sadar atau tidak, sekolah unggulan saat ini menjadi ‘magnet’ bagi orangtua, berapapun biayanya, sejauh mana jaraknya tak jadi masalah.
Yang paling penting adalah anak-anak mereka di didik menjadi insan yang cerdas, sholeh, sholehah, hafidz dan hafidzah, berakhlakul karimah serta menguasai teknologi. Artinya ada keseimbangan antara kemampuan spiritual dan kemampuan intelektual.
Sekolah unggulan Muhammadyah di NTT masih sangat berprospek menjanjikan kedepan. Apalagi Muhammadiyah yang memiliki jaringan amal usaha terbesar secara nasional, tentu tidaklah sulit untuk segera bergerak membangun relasi, baik antar wilayah, maupun dengan pimpinan pusat Muhammadiyah.
Baca juga: Buya Syafii Maarif Wafat, Pemuda Muhammadiyah NTT: Tokoh Panutan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.