Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Selasa 7 Februari 2023, Jangan Lupakan Dia

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Jangan Lupakan Dia.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RENUNGAN - Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Selasa 7 Februari 2023 dengan judul Jangan Lupakan Dia. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Jangan Lupakan Dia.

Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini merujuk bacaan pertama dari Kitab Kejadian 1: 20-2:4a, dan bacaan Injil Mrk. 7: 1-13.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Selasa 7 Februari 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

 

Ibu Bapak, saudari/a terkasih dalam Kristus.

Hari ini kita kembali disuguhkan dengan inspirasi dari bacaan suci dari Kitab Kejadian dan Injil Markus.

Dalam kitab kejadian, dikisahkan lagi penciptaan alam semesta dan sampai penciptaan manusia.

Lalu Tuhan beristirahat pada hari ketujuh dan memberkati hari itu dan menguduskannya.

Ini merupakan lanjutan dari bacaan kemarin tentang kisah penciptaan alam semesta dan segala isinya.

Sedangkan bacaan Injil Markus, Yesus memberikan kritikan kepada para ahli Taurat dan Orang Farisi yang selalu mementingkan adat istiadat dan melupakan begitu saja inti dari hukum itu sendiri.

Mereka mempertanyakan tentang soal mencuci tangan sebelum makan dan semua tradisi lainnya.

Dan Yesus mengecam mereka: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya tapi hatinya jauh dari padaKu.”

Begitulah manusia, kadang lebih banyak mengurus hal-hal duniawi dan melupakan Tuhan sendiri.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 7 Februari 2023, Sikap Batin Menentukan Kualitas Hidup

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Kisah penciptaan dari Kitab Kejadian sudah sering kita baca, dengar dan renungkan. Pada hari terakhir di hari ketujuh, Allah beristirahat dan menguduskan hari itu.

Allah yang adalah Agung dan Maha segalanya masih memberikan satu waktu dan menguduskan waktu itu untuk “beristirahat” untuk menguduskan hari itu. Sebuah waktu untuk “silentium” waktu tenang dalam kemahaKuasaan-Nya.

Kita manusia, seperti yang dikecam oleh Yesus, selalu sibuk dengan adat istiadat dengan segala urusan aturan sampai sekecil-kecilnya seperti yang dilakukan oleh kaum Farisi dan ahli Taurat.

Lebih buruk lagi, mereka buat begitu banyak tambahan aturan agar mereka bisa dapatkan “upeti” dari masyarakat” lalu mereka sendiri tidak melakukannya.

Seperti dalam Injil Markus kita dapat lihat sebagai berikut: mereka mempersoalkan tentang cuci tangan sebelum makan, pulang dari pasar harus membersihkan diri lebih dahulu karena takut sudah berjumpa dengan orang najis, mencuci cawan dan perkakas tembaga, dan masih begitu banyak aturan dan adat istiadat yang diciptakan.

Setelah mereka mempertayakan kepada Yesus mengapa murid-murid-Nya tidak melakukan semua adat-istiadat itu, maka Yesus mengecam mereka.

Mereka dikecam oleh Yesus karena selalu secara ketat memperhatikan semua tata acara adat-istiadat mereka dan melupakan perintah Tuhan. Mereka lebih mengikuti perintah dan adat-istidat manusia daripada urusan dengan Tuhan. Mereka mengenyampingkan perintah Tuhan dan mengkuti perintah adat-istiadat mereka.

Begitulah kita manusia, apa yang dikecam oleh Yesus itu juga berlaku bagi kita. Kita kadang dan amat sering memberikan banyak sekali waktu dan perhatian kita pada urusan-urusan adat-istiadat atau urusan politik dan seterusnya.

Namun ketika berurusan dengan gereja, semua kebanyakan menolak tugas atau bahkan urusan dengan doa-doa yang seharusnya seorang yang beriman menjalankannya.

Tapi karena dengan alasan-alasan yang ada semuanya hilang begitu saja dan menolak tugas-tugas yang ada.

Kita manusia cenderung lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan manusiawi kita daripada kebutuhan akan Tuhan.

Kita tidak sadar bahwa ketika Tuhan panggil pulang ke tempat asalnya, maka kita pada saat yang sama langsung tak bisa berpuat apa-apa, dan kita kembali menjadi debu lagi.

Itu sangat nyata, tapi manusia tidak pernah sadar akan keterbatasannya dan merasa bergantung pada Allah sendiri.

Begitu besar ego manusia sehingga selalu kesampingkan Tuhan dan lebih mengikuti ego diri sendiri.

Tuhan saja setelah bekerja sepekan masih beri waktu khusus untuk “beristirahat” “tenangkan diri” dan menguduskan hari itu. Memberi waktu untuk sesuatu yang kudus, yang mulia. Tapi kita manusia lalu terbalik.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 7 Februari 2023, Sungguh Pandai Kamu Mengesampingkan Perintah Allah

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Pesan untuk kita, pertama, Tuhan selalu menyediakan segala sesuatu untuk manusia dengan semua ciptaanNya yang kita lupa bersyukur selalu.

Kedua, kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi dan ego diri kita lalu kesampingkan Tuhan.

Ketiga, Tuhan saja masih sediakan waktu untuk sesuatu yang kudus, lalu kita? Kita masih terlalu sibuk dan masih mementingkan ego diri kita sendiri.

Marilah kita kembali menjadi sadar lagi.

Teks Lengkap Bacaan Selasa 7 Februari 2023

BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Selasa 7 Februari 2023.
BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Selasa 7 Februari 2023. (Tokopedia)


Bacaan Pertama Kejadian 1:20-2:4a

"Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita."

Ketika menciptakan alam semesta, Allah bersabda, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.”

Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Lalu Allah memberkati semuanya itu, sabda-Nya, “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” Jadilah petang dan pagi: hari kelima.

Bersabdalah Allah, “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata serta segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Bersabdalah Allah, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara; atas ternak dan atas seluruh bumi, serta atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya; menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Allah memberkati mereka, lalu Allah bersabda kepada mereka, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Bersabdalah Allah, “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji.

Itulah akan menjadi makananmu. Sedang kepada segala binatang di bumi dan burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keenam.

Demikianlah diselesaikan langit dan bumi beserta segala isinya. Pada hari ketujuh Allah telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu. Maka berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.

Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 8:4-5,6-7,8-9

Refr. Betapa megah nama-Mu Tuhan, di seluruh bumi.

1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kaupasang: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya

2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas perbuatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.

3. Domba, sapi dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil: Alleluya

Refr. Alleluya.

Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku

Bacaan Injil: Markus 7:1-13

"Kamu mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

Inilah Injil suci menurut Markus:

Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.

Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dulu membersihkan dirinya.

Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita?

Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!

Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.”

Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’.

Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah,’ maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya.

Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Ikuti berita Pos-Kupang.com di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved