Waspadai Penyakit Campak Pada Anak

Oleh : dr. Reinildis Hildegardis Uruk Hane – Puskesmas Peibenga – Ende

POS-KUPANG.COM - Setelah virus Polio, Indonesia kembali dihebohkan dengan munculnya Kasus Luar Biasa (KLB) campak di beberapa Provinsi di Indonesia.

Berdasarkan Press Conference: Update Perkembangan campak di Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan pada tanggal 20 Januari 2023, KLB campak di Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 55 KLB campak di 34 Kab/Kota di 12 Provinsi.

Selama tahun 2022 telah dilaporkan sejumlah 3.341 kasus campak konfirmasi lab di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi.

Baca juga: Tak Ada Kasus Campak Awal Tahun 2023 di NTT

Jumlah ini meningkat 32 kali lipat dibandingkan tahun 2021. Kasus Luar Biasa (KLB) campak di NTT pada tahun 2022 terjadi di Kabupaten Sumba Timur, yaitu sebanyak 2 kasus. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sendiri telah memberikan rekomendasi tertanggal 22 November 2022 terkait adanya peningkatan kasus campak, rubella dan difteri di Indonesia. (https://www.idai.or.id/professional-resources/rekomendasi/rekomendasi-ikatan-dokter-anak-indonesia-idai-terkait-kejadian-luar-biasa-polio-dan-peningkatan-kasus-campak-rubella-difteri-dan-pertusis)

campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus, dan terjadi secara akut. Sejarah mencatat bahwa campak telah ditemukan sejak awal abad ke-7, seorang dokter Persia Rhazes diabad ke-10 mendeskripsikan campak sebagai “lebih ditakuti daripada cacar”.

Penyakit campak disebabkan oleh Virus campak yang adalah paramyxovirus dari genus Morbillivirus. Penyakit campak ditularkan dari manusia ke manusia. Tidak ada bukti hingga saat ini bahwa terjadi penularan dari hewan ke manusia. Campak ditularkan lewat droplet dan melalui transmisi udara, terutama di ruangan yang tertutup. (https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/meas.pdf).

Gejala campak ditandai dengan terjadinya demam tinggi dengan suhu badan biasanya melebihi 38oC dimulai sekitar 10 hingga 12 hari setelah terpapar virus, dan berlangsung selama 4 hingga 7 hari yang juga disertai dengan salah satu atau lebih gejala pilek, batuk, mata merah atau mata berair.

Tanda khas (patognomonis) dari campak yaitu terdapatnya Koplik's spot (bercak putih keabuan dengan dasar merah) di pipi bagian dalam timbul pada tahap awal.

Setelah beberapa hari, muncul ruam, biasanya di wajah dan leher bagian atas. Selama sekitar 3 hari, ruam menyebar, akhirnya mencapai tangan dan kaki. Ruam berlangsung selama 5 sampai 6 hari, dan kemudian memudar. Rata-rata, ruam muncul 14 hari setelah terpapar virus (dalam kisaran 7 hingga 18 hari). (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/measles)

Hingga saat ini belum tersedia obat antivirus bagi virus campak. Hanya tindakan suportif saja yang dapat mencegah komplikasi berat akibat penyakit campak.

Tindakan yang dilakukan dapat berupa dukungan asupan cairan dan nutrisi yang cukup dan adekuat. Tindakan ini dapat mengatasi dehidrasi yang terjadi akibat penyakit campak.  Istirahat yang cukup dan pemberian anti demam juga merupakan tindakan yang bisa dilakukan.

Penggunaan atau pemberian antibiotik hanya bila dicurigai terdapat infeksi bakteri penyerta, atau terdapat komplikasi seperti pneumonia dan radang telinga tengah. Suplementasi vitamin A sebanyak 2 dosis harus diberikan pada semua anak yang didiagnosis dengan campak. (https://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/398/272)

Menurut WHO, strategi kesehatan masyarakat utama untuk mengurangi kematian akibat campak global dapat dilakukan berupa pemberian vaksinasi campak secara rutin untuk anak-anak, dipadukan dengan kampanye imunisasi massal di negara-negara dengan cakupan rutin yang rendah. Vaksin campak aman, efektif dan murah, serta telah digunakan sejak tahun 1960-an.