Elektabilitas Ganjar Pranowo Menempati Posisi Puncak di Surabaya Jawa Timur

POS-KUPANG.COM - Pada saat Ganjar Pranowo tidak dihiraukan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah sebagai capres pada Pilpres 2024 justru menanjak naik.

Diberitakan TribunJatim.com, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendapat angka elektabilitas tertinggi untuk Pilpres 2024 di kalangan masyarakat Kota Surabaya.

Dibanding sejumlah nama potensial lainnya, Ganjar Pranowo yang merupakan politisi PDI Perjuangan itu memuncaki bursa Pilpres 2024.

Temuan ini terekam dalam survei terbaru Surabaya Survey Center (SSC) periode 1 hingga 10 Januari 2023 di 31 kecamatan di Kota Surabaya.

Survei ini melibatkan 1200 responden.

Dari sisi elektabilitas, Ganjar Pranowo menempati posisi puncak dengan angka 34,6 persen.

Berturut-turut dibawah Ganjar Pranowo, ada nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan elektabilitas 16,3 persen.

Lalu, Menteri Sosial yang juga mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan perolehan elektabilitas 10,7 persen.

Baca juga: Ganjar Tak Dapat Perlakuan Khusus di Acara HUT PDIP, Pengamat: Itu Menguntungkan Gubernur Jateng

Sementara di posisi keempat dengan elektabilitas 9,3 persen muncul nama mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Berdasarkan temuan survei SSC ini, keunggulan Ganjar Pranowo dibanding sejumlah nama tersebut terpaut cukup jauh.

"Untuk Surabaya, elektabilitas Ganjar Pranowo sebagai pilihan calon presiden untuk 2024 sangat kuat," kata peneliti senior SSC Ikhsan Rosidi dalam paparan surveinya bertajuk Palagan Surabaya Geliat Elektoral Menuju 2024, Kamis 12 Januari 2023.

Keunggulan elektabilitas Ganjar Pranowo dinilai cukup masuk akal.

Mengingat dalam berbagai survei yang juga memotret peta politik Pilpres 2024, nama Ganjar Pranowo konsisten berada di posisi atas bursa capres potensial.

Di sisi lain, masuknya Risma di urutan ketiga tokoh potensial juga dinilai tak berlebihan.

Apalagi, Risma sebelumnya merupakan orang nomor satu di kota pahlawan selama dua periode sebelum akhirnya diangkat menjadi pembantu presiden.