Tips Sehat
Waspada Infeksi Selaput Otak Akibat Flek Paru, Deteksi Meningitis Tuberkulosis Sebelum Terlambat
Tuberkulosis (TB) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai flek paru merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.
POS-KUPANG.COM - Tuberkulosis (TB) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai flek paru merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosis.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020, sebanyak 10 juta orang di dunia menderita TB dan 1,2 juta orang di antaranya meninggal setiap tahunnya.
Sedangkan Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa pada tahun 2021, Indonesia merupakan negara dengan kasus TB ketiga tertinggi di dunia dengan estimasi sebesar 824.000 kasus.
Tuberkulosis umumnya menyerang paru, namun tidak menutup kemungkinan menyerang organ lain seperti TB kulit, TB kelenjar, TB tulang, maupun meningitis TB yang menyerang selaput otak.
Meningitis Tuberkulosis ( MTB ) merupakan bentuk infeksi berat dari tuberkulosis. Infeksi ini biasanya berawal dari paru yang selanjutnya akan masuk melalui peredaran darah menuju selaput otak sehingga mengakibatkan peradangan pada selaput otak.
MTB umumnya menyerang anak dibawah 5 tahun, namun MTB juga dapat ditemukan pada penderita dengan penurunan sistem imun seperti pada lansia, kondisi malnutrisi, pengguna obat kortikosteroid, ataupun pada pengidap HIV/AIDS.
Baca juga: Selain Batuk, Kenali 5 Gejala Awal Penyakit Tuberkulosis
Perjalanan penyakit MTB dapat berlangsung selama 7 hingga 30 hari. Pada stadium awal, MTB dapat timbul dalam bentuk gejala yang tidak khas seperti pegal-pegal, nyeri kepala, demam, meriang, lemas, sulit tidur atau penurunan nafsu makan. Hal ini dapat berlangsung selama satu hingga dua minggu.
Setelahnya mulai timbul gejala yang lebih spesifik berupa muntah, nyeri kepala hebat, kaku pada leher, perubahan perilaku menjadi mudah marah, kelemahan setengah sisi tubuh, gangguan saraf wajah, hingga kejang.
Perlu diketahui bahwa kejang lebih sering ditemukan pada MTB anak dibandingkan pada dewasa. Selanjutnya, jika MTB tidak ditangani, maka akan menyebabkan penurunan kesadaran, koma hingga kematian.
Diagnosis dari MTB ditegakkan melalui gejala, perjalanan penyakit, riwayat vaksinasi, riwayat kontak dengan penderita TB serta pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada MTB adalah dengan melakukan analisis cairan otak melalui prosedur pungsi lumbal (mengambil cairan otak dari tulang belakang).
Selain itu penggunaan penunjang lain seperti computed tomography (CT scan) dan magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat digunakan.
Pada MTB, terapi yang digunakan serupa dengan terapi pada TB paru yaitu obat anti tuberkulosis (OAT) yang umumnya diberikan selama 9 hingga 12 bulan.
Terapi ini diawali dengan fase intensif menggunakan empat jenis OAT selama dua bulan yang akan dilanjutkan dengan pemberian dua jenis OAT selama 7-10 bulan berikutnya.
Baca juga: Sadar TBC Sejak Dini, Ini 5 Gejala Penyakit TBC atau Tuberkulosis Ringan Hingga Berat, Wajib Tahu
Perlu diingat bahwa penting untuk menyelesaikan pengobatan MTB sesuai anjuran dokter hingga tuntas untuk menghindari terjadinya kekambuhan.