KKB Papua

Pesan Natal Benny Wenda untuk Papua Barat

Benny Wenda, Presiden Sementara Pemerintah Sementara ULMWP yang tinggal di pengasingan Inggris, menyampaikan Pesan Natal 2022

Editor: Agustinus Sape
asiapacificreport.nz
Pemimpin Papua Barat Benny Wenda berbicara baru-baru ini di Queen Mary University of London. “Perjuangan pembebasan Papua Barat adalah perjuangan untuk kemanusiaan, martabat, dan hak-hak dasar.” 

POS-KUPANG.COM - Benny Wenda, Presiden Sementara Pemerintah Sementara ULMWP yang tinggal di pengasingan Inggris, menyampaikan Pesan Natal 2022 kepada kelompok solidaritas perjuangan kemerdekaan Papua Barat yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Pesan Natal yang disampaikan dalam bahasa Inggris itu dipublis laman asiapacificreport.nz pada 25 Desember 2022.

Pesan Natal Benny Wenda ini kami sajikan secara lengkap di bawah ini setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. 

PESAN NATAL: Oleh Benny Wenda

Menjelang akhir tahun 2022, saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang telah mendukung perjuangan Papua Barat tahun ini.

Kepada kelompok solidaritas kami di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, kepada Alex Sobel dan International Parliamentarians for West Papua (IPWP), Pengacara Internasional untuk West Papua, kepada teman-teman kami di Negara Basque dan Catalonia, Konferensi Gereja Pasifik, pemerintah Vanuatu dan semua pendukung kami di Pasifik: terima kasih saya yang terdalam.

Perjuangan pembebasan West Papua adalah perjuangan untuk kemanusiaan, martabat, dan hak-hak dasar. Dengan mendukung kami, Anda membuat sejarah dalam perang melawan kolonialisme modern.

Tahun 2022 adalah tahun yang sulit bagi Papua Barat. Kami kehilangan pejuang dan pemimpin hebat seperti Filep Karma, Jonah Wenda, dan Jacob Prai. Enam puluh satu tahun sejak Act of No Choice yang curang, rakyat kita terus menderita di bawah pendudukan kolonial Indonesia.

Indonesia terus membunuh orang Papua Barat dengan impunitas, seperti yang ditunjukkan oleh pembebasan baru-baru ini dari satu-satunya tersangka yang diadili atas pembantaian “Bloody Paniai” tahun 2014.

Setiap sudut negara kita sekarang terluka oleh militerisasi Indonesia. Bulan ini, hampir 100 orang Papua Barat di Pulau Yapen mengungsi dari desa mereka akibat gelombang operasi militer yang tiba-tiba.

Bersama puluhan ribu warga Papua Barat yang mengungsi sejak 2019, mereka akan terpaksa menghabiskan Natal di hutan, sebagai pengungsi di tanah mereka sendiri.

Pada saat yang sama, dukungan untuk ULMWP dan kemerdekaan Papua Barat terus tumbuh. Suara kami didengar — hampir separuh negara di dunia kini telah mendesak Indonesia untuk memfasilitasi kunjungan Hak Asasi Manusia PBB ke Papua Barat, termasuk negara-negara anggota Forum Kepulauan Pasifik, Organisasi Negara-negara Afrika, Karibia, dan Pasifik, Komisi Uni Eropa, Belanda dan Inggris.

Pada bulan Juli, kami menandatangani Nota Kesepahaman bersejarah dengan saudara-saudari Melanesia kami di Kanaky, memperkuat ikatan persahabatan dan solidaritas yang selalu menghubungkan kedua gerakan kami.

Pada bulan Oktober, negara-negara termasuk Australia, Kanada, dan AS menyerukan penyelidikan segera atas pelanggaran hak asasi di Papua Barat di PBB, sementara Kepulauan Marshall menyerukan penentuan nasib sendiri bagi Papua Barat. Sepanjang tahun, kami terus membangun infrastruktur di lapangan.

Kami siap untuk merebut kembali kedaulatan yang telah dicuri dari kami dan mengatur urusan kami sendiri.

Kepada semua orang Papua Barat, baik di pengasingan, penjara, di semak-semak atau kamp pengungsian, saya katakan hari Anda akan tiba. Meskipun jalan menuju kebebasan panjang dan sulit, kami membuat kemajuan luar biasa di semua tingkatan.

Suatu hari nanti kita akan merayakan Natal di Papua Barat yang merdeka. Sampai saat itu, kita harus kuat dan bersatu dalam perjuangan kita. Seperti yang dikatakan moto nasional kita, kita adalah Satu Orang dengan Satu Jiwa.

Kepada semua orang di seluruh dunia yang membaca pesan ini, saya mendesak Anda untuk tetap teguh dalam mendukung Papua Barat. Mohon doanya untuk seluruh rakyat West Papua yang tidak bisa merayakan Natal ini, baik di Pulau Yapen, Nduga, Puncak Jaya, atau di tempat lain. Sampai kami memenangkan kebebasan kami, kami membutuhkan solidaritas Anda.

Atas nama ULMWP dan masyarakat Papua Barat, terima kasih dan Selamat Natal.

Anggota ULMWP di Inggris_00597979
Pekerja solidaritas United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) di London, Inggris.

Benny Wenda
Presiden Sementara
Pemerintah Sementara ULMWP.

Profil Benny Wenda

Nama Benny Wenda rupanya tak asing lagi bagi warga di tanah air.

Benny Wenda sangat populer akhir-akhir ini setelah mengklaim diri sebagai presiden Papua Barat.

Pada bulan Desember 2020 lalu, Benny Wenda membuat 'gaduh' setelah ia mendeklarasikan diri sebagai Presiden Sementara Papua Barat (ULMWP) mulai 1 Desember 2020.

Hal ini ia sampaikan dalam siaran persnya pada Selasa 1 Desember 2020 lalu.

"Pengumuman ini menandai perlawanan intensif terhadap koloni Indonesia di Papua Barat sejak 1963," katanya, dilansir Kompas.com.

Diketahui, sebelum ini Benny Wenda juga sempat ramai diperbincangkan terkait kerusuhan di Papua dan Papua Barat pada 2019 lalu.

Ia disebut Istana sebagai dalang kerusuhan di Papua dan Papua Barat.

Soal Benny Wenda yang disebut sebagai dalang kerusuhan di Papua, hal ini disampaikan Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko, pada Senin 2 September 2019.

"Ya jelas toh. Jelas Benny Wenda itu. Dia mobilisasi diplomatik, mobilisasi informasi yang missed, yang enggak benar."

"Itu yang dia lakukan di Australia, lah, di Inggris, lah," ujar Moeldoko di kantornya, Gedung Bina Graha, Jakarta, seperti dikutip Tribunnews dari Kompas.com.

Siapa Benny Wenda?

Dikutip POS-KUPANG.COM dari wikipedia, Benny Wenda lahir di Lembah Baliem, Irian Jaya. Ia adalah pemimpin kemerdekaan Papua Barat dan Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat (bahasa Inggris: United Liberation Movement for West Papua (ULMWP)).

Dia adalah pelobi internasional untuk kemerdekaan Papua Barat dari Indonesia. Dia tinggal di pengasingan di Inggris Raya. Pada tahun 2003 dia diberikan suaka politik oleh pemerintah Inggris setelah dia melarikan diri dari tahanan saat diadili.

Ia telah bertindak sebagai perwakilan khusus rakyat Papua di Parlemen Inggris, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Parlemen Eropa.

Pada 2017 ia diangkat sebagai Ketua untuk Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat (ULMWP), sebuah organisasi baru yang menyatukan tiga organisasi politik utama yang memperjuangkan kemerdekaan Papua Barat.

Sekitar tahun 1970, Wenda muda hidup di sebuah desa terpencil di kawasan Papua Barat. Di sana, dia hidup bersama keluarga besarnya. Mereka hidup dengan bercocok tanam. Saat itu, dia merasa kehidupannya begitu tenang, "hidup damai dengan alam pegunungan".

Sampai satu saat sekitar tahun 1977, ketenangan hidup mereka mulai terusik dengan masuknya pasukan militer. Saat itu, Benny Wenda mengklaim pasukan memperlakukan warga dengan keji. Benny menyebut di situsnya, salah satu dari keluarga menjadi korban hingga akhirnya meninggal dunia.

Wenda mengaku kehilangan satu kakinya dalam sebuah serangan udara di Papua. Tak ada yang bisa merawatnya sampai peristiwa pilu itu berjalan 20 tahun kemudian. Saat itu, keluarganya memilih bergabung dengan NKRI.

Kondisi demikian harus diterima dan dihadapi Wenda. Tetapi rupanya, dia berusaha melawan pilihan orang-orang dekatnya.

Singkat cerita, setelah era pemerintah Soeharto tumbang, gerakan referendum dari rakyat Papua yang menuntut kemerdekaan dari Indonesia kembali bergelora. Saat itu, Benny Wenda melalui organisasi Demmak (Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka), membawa suara sebagian masyarakat Papua.

Mereka menuntut pengakuan dan perlindungan adat istiadat, serta kepercayaan, masyarakat suku Papua. Mereka menolak apa pun yang ditawarkan pemerintah Indonesia, termasuk otonomi khusus.

Lobi-lobi terus dia usahakan sampai akhirnya pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, pemberlakuan otonomi khusus adalah pilihan politik yang layak untuk Papua dan tak ada yang lain. Saat itu sekitar tahun 2001, ketegangan kembali terjadi di tanah Papua.

Operasi militer menyebabkan ketua Presidium Dewan Papua Theys Hiyo Eluay meninggal. Wenda terus berusaha memperjuangkan kemerdekaan Papua.

Pertentangan Wenda berbuntut serius. Dia kemudian dipenjarakan pada 6 Juni 2002 di Jayapura. Selama di tahanan, Wenda mengaku mendapatkan penyiksaan serius.

Dia dituduh berbagai macam kasus, Salah satunya disebut melakukan pengerahan massa untuk membakar kantor polisi, hingga harus dihukum 25 tahun penjara.

Kasus itu kemudian disidang pada 24 September 2002. Wenda dan tim pembelanya menilai persidangan ini cacat hukum.

Pengadilan terus berjalan, sampai pada akhirnya Wenda dikabarkan berhasil kabur dari tahanan pada 27 Oktober 2002.

Dibantu aktivis kemerdekaan Papua Barat, Benny diselundupkan melintasi perbatasan ke Papua Nugini dan kemudian dibantu oleh sekelompok LSM Eropa untuk melakukan perjalanan ke Inggris di mana ia diberikan suaka politik. Sejak tahun 2003, Benny dan istrinya Maria serta anak-anaknya memilih menetap di Inggris.

Pada tahun 2011, Pemerintah Indonesia pernah mengeluarkan red notice dan Surat Perintah Penangkapan Internasional untuk penangkapan Wenda karena melakukan sejumlah pembunuhan dan penembakan di Tanah Air. Wenda mengklaim, red notice itu sudah dicabut. Pencabutan red notice dilakukan oleh Interpol atas pertimbangan politis.

Pada 17 Juli 2019, Benny Wenda mendapatkan Oxford Freedom of the City Award dari Dewan Kota Oxford.

Berikut informasi mengenai sosok Benny Wenda, dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber:

1. Masa muda

Benny Wenda lahir di Lembah Baliem dan menghabiskan masa mudanya di sebuah desa terpencil di kawasan Papua Barat.

Bersama keluarganya, Benny hidup dari bercocok tanam.

Saat menjalani masa mudanya, Benny Wenda menyebutkan kehidupannya ketika itu begitu tenang.

Hal itu ditulis Benny Wenda di situs resminya.

2. Ketua ULMWP

Benny Wenda menjalani masa kecilnya bertempat tinggal di sebuah desa terpencil di Papua Barat.

Saat ini, Benny diketahui menjabat sebagai Ketua The United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).

Mengutip dari Kompasiana, ia mengupayakan pembebasan Papua secara damai, tanpa kekerasan.

Dalam upayanya membebaskan Papua, Benny Wenda membangun lembaga politik internasional, yakni Parlemen Internasional untuk Papua Barat atau International Parliament for West Papua (IPWP).

Ia juga mendirikan sebuah lembaga hukum internasional bernama International Lawyers for West Papua (ILMWP) yang beranggotakan pengacara-pengacara andal dari seluruh dunia.

3. Pernah dipenjara

Dikutip dari situs Benny Wenda, ia pernah ditangkap pada 6 Juni 2002 di Jayapura terkait upayanya membebaskan Papua Barat.

Ia dijatuhi hukuman 25 tahun penjara.

Namun, pada 27 Oktober 2002 Benny Wenda berhasil melarikan diri atas bantuan aktivis kemerdekaan Papua Barat.

Benny Wenda bersama keluarganya kemudian diselundupkan di perbatasan menuju Papua Nugini.

Ia saat ini diketahui menetap di Oxford, Inggris.

4. Mendapat penghargaan dari Dewan Kota Oxford

Pada Juli 2019 lalu, Kementerian Luar Negeri sempat mengecam pemberian penghargaan pada Benny Wenda.

Mengutip Kompas.com, Benny Wenda mendapatkan penghargaan dari Dewan Kota Oxford.

"Indonesia mengecam keras pemberian award oleh Dewan Kota Oxford kepada seseorang bernama Benny Wenda, pegiat separatisme Papua yang memiliki rekam jejak kriminal di Papua," tulis Kemenlu dalam keterangan tertulis tersebut.

Pemerintah Indonesia menilai Dewan Kota Oxford tak memahami rekam jejak Benny Wenda yang terlibat dalam permasalahan separatisme di Papua.

Meski begitu, pemerintah Indonesia meyakini pemberian penghargaan tersebut tidak berhubungan dengan sikap pemerintah Inggris terhadap Indonesia.

"Indonesia menghargai sikap tegas Pemerintah Inggris yang konsisten dalam mendukung penuh kedaulatan dan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia dan karenanya sikap Dewan Kota Oxford tidak punya makna apapun," jelas Kemenlu.

"Posisi Indonesia terhadap kelompok separatisme akan tetap tegas. Indonesia tidak akan mundur satu inci pun untuk tegakkan NKRI," lanjut Kemenlu.

Benny Wenda menerima penghargaan Freedom of the City dari Dewan Kota Oxford pada 17 Juli 2019 lalu.

Momen tersebut ia unggah di akun Twitter resminya pada 18 Juli 2019.

5. Menjadi pembicara di TED

Pada 2013 lalu, Benny Wenda pernah menjadi pembicara TEDxSydney yang digelar di Sydney Opera House Concert Hall.

Benny diundang menjadi pembicara TED bersama Jennifer Robinson yang merupakan pengacara Hak Asasi Manusia (HAM).

Dikutip dari tedxsydney.com, dalam acara tersebut Jennifer dan Benny Wenda menceritakan soal kehidupan Benny.

Ia juga menceritakan upayanya dalam membebaskan Papua Barat.

6. Mendirikan kampanye pembebasan Papua Barat

Benny Wenda mendirikan kampanye pembebasan Papua Barat pada 2004 silam di Oxford, Inggris.

Mengutip dari situs resmi Free West Papua, markas kantor kampanye pembebasan Papua Barat juga ada di Belanda, Papua Nugini, dan Australia.

Tujuan dari adanya kampanye ini adalah untuk memberikan kebebasan pada masyarakat Papua Barat untuk memilih sendiri jalan mereka melalui referendum yang adil dan transparan.

Sumber: asiapacificreport.nz

Berita KKB Papua Lainnya

Ikuti berita Pos-Kupang.com di GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved