Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 25 Desember 2022, Pada Mulanya Adalah Firman dan Firman Itu
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Pada mulanya Adalah Firman dan Firman Itu Telah Menjadi Manusia.
Dan itu sudah dinubuatkan dari zaman para nabi sampai hari kelahiranNya dan Dia berkarya hanya dalam 3 tahun.
Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Tetapi, Yohanes juga mengisahkan tentang orang-orang yang tidak menerima Firman itu.
“Orang-orang kepunyaannya itu tidak menerimaNya.” Itulah pertentangan yang selalu ada ketika Tuhan melaksanakan FirmanNya kepada Manusia. Si setan atau si gelap yang selalu ada dekat dengan manusia itu akan senantiasa membuka jalan kepada kesesatan.
Tidak bisa dihindarkan lagi bahwa si setan alias dunia kegelapan itu selalu menghantar orang kepada dosa.
Dan terang itu datang untuk menerangi dunia yang gelap itu. Untuk mengusir kegelapan itu dengan lebih mudah, Tuhan mengutus PuteraNya sendiri sang Terang itu, dan Firman itu telah menjadi manusia.
Itulah cara terbaik Tuhan untuk mengusir kegelapan hati dan budi manusia agar mereka kembali kepada Terang itu sendiri.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 25 Desember 2022, Natal: Perayaan Penegasan Integritas Allah
Kisah inkarnasi, Firman menjadi Manusia ini mengajarkan kita tentang karya besar Allah bagi Manusia. Inkarnasi itu sebuah paradoks dari Allah sendiri bagi manusia namun Allah selalu menghendaki apa yang terbaik dengan mengutus Sang PuteraNya.
Tuhan tidak hanya berfirman, tapi Dia adalah Firman itu sendiri dan lebih dari itu, Firman itu menjadi manusia.
Allah menghendakii kita untuk selalu mengamalkan firman Tuhan dalam hidup kita, seperti mendarahdagingkan Firman itu bagi manusia.
Tuhan tidak hanya tahu berfirman tapi juga membuat firman itu tinggal di antara manusia agar lebih dekat dan gampang menyelamatkan hukuman dosa.
Allah selalu bekerja tuntas dari awal memberikan kabar sampai menghadirkan Firman itu menjadi manusia.
Dalam hidup, kita sering sekali bertitah atau berfirman atau berbicara lebih banyak dan lupa untuk tinggal bersama-sama dengan umatNya.
Lupa untuk menjadi manusia, menjadi bentuk nyata dari Firman itu sendiri.
Maka kita diajak untuk pertama-tama selalu menerima Firman itu lalu membatinkan firman itu. Selanjutnya menjadi manusia.
Kita pun selalu menjadikan firman itu menjadi manusia nyata.
Baca juga: Link Live Streaming Misa Natal 2022 Keuskupan Maumere Sikka, Teks dan Jadwal Misa