Berita NTT

Tingginya Angka Stunting di NTT, BKKBN NTT Soroti Pola Hidup Masyarakat

BKKBN NTT menyoroti pola hidup masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan tingginya angka stunting di NTT. 

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ROSALIA ANDRELA NAGO
BKKBN Menyelanggarakan Forum Komunikasi Jurnalis : Peran Media dalam Mengatasi Stunting, dilaksanakan di Sylvia Premier Hotel, Jumat (23/12). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Rosalia Andrela Nago

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional / BKKBN NTT menyoroti pola hidup masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan tingginya angka stunting di NTT. 

Kepala Perwakilan BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru dalam kegiatan Forum Komunikasi Jurnalis : Peran Media dalam Mengatasi Stunting, yang diadakan di Sylvia Premier Hotel, Jumat (23/12) menyampaikan bahwa keluarga merupakan tempat pertama di mana pendekatan pencegahan stunting harus dilakukan.

"Untuk membangun rumah tangga kita melakukan pendekatan siklus kehidupan. Mulai dari dalam kandungan di intervensi, lahir di intervensi, jadi anak diintervensi, remaja diintervensi,menikah di intervensi, lansia di intervensi kecuali mati," ujar Marianus.

Lebih lanjut Marianus Mau Kuru menjelaskan bahwa pernikahan harus direncanakan secara baik.

"Setiap orang yang mau menikah, sebelum menikah harus mencari dan mendapatkan pekerjaan agar punya uang. Karena kalau orang berkeluarga, tidak bisa hanya mengandalkan cinta," kata Marianus

Marianus juga menyoroti pola hidup masyarakat NTT, yang umumnya berasal dari keluarga pra sejahtera. BKKBN memiliki Program Bangga Kencana, ini adalah kepanjangan dari Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana jadi singkatannya Bangga Kencana," terangnya.

Secara rinci dijelaskan bahwa Pembangunan keluarga meliputi : Pasangan Usia Subur (PUS)  baru yang terus bertambah di NTT; Keluarga pra sejahtera yang tinggi di NTT; Ketahan keluarga rapuh, banyak pasangan yang tidak bisa mempertahankan hubungan pernikahan; siklus hidup tidak dilaksanakan dengan baik; kehamilan di kalangan remaja yang tinggi; Angka kelahiran yang tinggi; Jumlah penduduk banyak namun kualitasnya rendah; persebaran penduduk tidak merata; dan data kependudukan yang masih belum valid.

Secara mengejutkan Marianus memaparkan data kehamilan di kalangan remaja yang tinggi, di mana setiap 1000 anak perempuan berusia 15-19 tahun, terdapat 20 yang hamil. Selain itu,  masyarakat lebih loyal mengeluarkan uang untuk membeli rokok dan minuman keras, dibandingkan memenuhi kebutuhan gizi anak.

Pada kegiatan tersebut hadir pula Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Kupang dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Ntt yang diundang untuk menyampaikan materi dan menyamakan pemahaman tentang upaya penurunan stunting di NTT.

"Kami para bidan sudah berusaha sekuat tenaga mendorong masyarakat dalam upaya pencegahan stunting, baik di desa maupun di kota. Kami telah menyiapkan makanan tambahan yang sudah dimasak oleh kader-kader kami. Makanan tambahan itu berupa Nasi, sayur bayam, lauknya tempe dan tahu. Bulan pertama orang tua masih semangat mengambil makanan tambahan yang kami siapkan. Memasuki bulan kedua orang tua mulai berkomentar, kalau cuma bayam, tahu, dan tempe kami juga bisa masak di rumah. Kalau begitu mengapa masih terjadi stunting?," ujar Patricia To selaku Ketua IBI Kota Kupang.

Segelintir masalah ini, melatarbelakangi BKKBN mengadakan forum komunikasi jurnalis. Media dianggap penting sebagai wadah komunikasi yang ampuh untuk menyebarkan informasi, berita, dan program pemerintah tentang pencegahan stunting.

"Masalah stunting ini adalah masalah kita bersama, dalam artian keluarga kita bisa saja terkena stunting. Karena itu kerja kolaborasi menjadi syarat utama untuk mencegah stunting. Oleh karena itu teman-teman media bisa mengambil sisi lain dari stunting ini agar masyarakat bisa mengetahui dampak dari stunting. Seperti yang sudah disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN tadi bahwa selain kolaborasi, edukasi di level keluarga adalah hal yang sangat penting. Kami media yang hadir di sini, juga punya tanggung jawab moral untuk ikut menurunkan angka stunting," ujar Hilarius F. Jahang selaku Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTT. (cr19)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved