Berita NTT
Mundurnya Sejumlah Kader PSI Pusat, Ahmad Atang: Indikasi Ada Krisis Kepemimpinan
selain beberapa faktor tersebut adanya kejenuhan politik juga ikut mempengaruhi hengkangnya sejumlah kader PSI.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Mundurnya sejumlah kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengindikasikan ada krisis kepemimpinan dalam tubuh PSI sehingga membuat kader merasa tidak nyaman.
Demikian Pengamat Politik Universitas Muhammadyah Kupang, DR. Ahmad Atang kepada wartawan di Kupang, Jumat, 16 Desember 2022.
Menurutnya selain krisis kepemimpinan, ditubuh PSI juga terjadi konflik kepentingan antar elit internal yang tidak terselesaikan sehingga menimbulkan stagnasi negosiasi.
Baca juga: Peringati HUT ke-64 NTT, Pelajar Kota Kupang Lomba Karaoke di Ramayana Mall
"Stagnasi negosiasi itu berdampak pada perbedaan pilihan politik antar elit terkait dukungan politik pilpres yang tidak mampu disatukan oleh struktur yang berdampak pada ketidakpuasan.," tandas Ahmad Atang.
Ahmad Atang juga menilai selain beberapa faktor tersebut adanya kejenuhan politik juga ikut mempengaruhi hengkangnya sejumlah kader PSI.
"Ada faktor kejenuhan. Sehingga para kader yang mengundurkan diri ingin mencari suasana baru di dunia yang tidak bersentuhan dengan politik," ungkapnya.
Menurut Ahmad Atang, dengan pengunduran diri ini setidaknya memberikan persepsi publik bahwa PSI yang menokohkan diri sebagai partai anak muda atau partai milenial tidak lagi solit.
"Kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap konsolidasi politik menjelang pemilu 2024 mendatang. Sebagai salah satu partai yang lolos menjadi peserta pemilu tentu PSI menghadapi tantangan yang tidak ringan, diantaranya soal ambang batas 4 persen kursi DPR pusat, munculnya partai baru yang berpotensi menggerus suara PSI," tegasnya.
Baca juga: Bawaslu Luncurkan Indeks Kerawanan Pemilu: Jakarta Paling Rawan, Bagaimana NTT?
Dengan kondisi ini menurut Ahmad Atang perjuangan PSI untuk lolos PT bukan pekerjaan mudah karena perlu keseriusan, kerja keras dan membutuhkan figur populis yang menjadi nilai dan pendulang suara bagi PSI untuk mengamankan PT.
Ia menjelaskan dengan mundurnya sejumlah kader potensial dapat membangun stigma negatif yang berujung pada adanya eksodus kader dan simpatisan ke partai lain yang lebih aspiratif dan menjanjikan.
Oleh karena itu, Ahmad masih berharap PSI masih punya waktu untuk membenah diri dan belajar dari kasus yang sedang terjadi dan segera melakukan rekonsiliasi dan penyatuan visi menuju PSI jaya dan menang pemilu. (cr23)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS