BPS dan BRIN Sampaikan Hasil Kajian Peran Sosial Demografi Dukung Pembangunan Ekonomi Hijau
BPS dan BRIN Menyampaikan Hasil Kajian Tentang Peran Sosial Demografi Dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Hijau di Aston Hotel
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM,Asti Dhema
POS-KUPANG.COM, KUPANG - BPS dan BRIN Menyampaikan Hasil Kajian Tentang Peran Sosial Demografi Dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Hijau di Aston Hotel & Convention Kupang pada Rabu, 23 November 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi Kajian Kualitatif Pembangunan Ekonomi Hijau dan Kondisi Sosial Demografi Penduduk Indonesia.
Sebuah kajian yang menelaah praktik ekonomi hijau di 34 provinsi di Indonesia. Kajian terlaksana dengan komposisi tim beranggotakan BPS dan peneliti BRIN.
Untuk menyampaikan hasil kajian dari Provinsi NTT, NTB, dan Bali; BPS dan BRIN menyelenggarakan diseminasi di Kota Kupang pada 23 November 2022. Diseminasi yang diselenggarakan merupakan bagian akhir dari keseluruhan hasil temuan di tingkat regional.
Baca juga: BPS Provinsi NTT Dorong Partisipasi Seluruh Stakeholder Manfaatkan Data Regsosek
Secara keseluruhan diseminasi hasil kajian kerjasama BPS dan BRIN telah terselenggara sejak Oktober 2022 di kota Palembang, Semarang, Makassar, Ambon dan Manokwari.
Acara diseminasi di kota Kupang dibuka oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekda Provinsi NTT Ganef Wurgianto, A Pi, mewakili Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat, Mewakili BRIN yakni Kepala Organisasi Riset lImu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH BRIN) Prof Ahmad Najib Burhani, Kepala Pusat Riset Kependudukan BRIN, Nawawi Ph.D juga Koordinator Penelitian Kerjasama BPS BRIN Sari Seftiani, M.Sc serta Jajaran BPS dihadiri oleh perwakilan BPS RI, Provinsi, dan Kota.
Secara nasional temuan pada riset ini memperlihatkan pola pengembangan ekonomi hijau di Indonesia masih bersifat project driven, tidak terorganisasi dengan baik (unorganized), (skala kecil) dan belum melakukan optimasi pada aset demografi.
Implementasi konsep ekonomi hijau yang ada saat ini lebih menekankan pada transformasi ke arah teknologi tinggi/canggih (advanced) dan bagaimana meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) agar menyesuaikan dengan teknologi tersebut sehingga akan membuka studi ini menggarisbawahi bahwa pembangunan ekonomi memperkuat tiga hal penting yaitu kearifan antar generasi(intergenerational wisdom), institusi sosial (Social institution) serta pengenalan teknologi yang tepat guna.
Baca juga: BPS Manggarai Barat Sasar Tuna Wisma Hingga Awak Kapal di Pendataan Malam Registrasi Sosial Ekonomi
Selain hasil kajian berupa laporan penelitian, kerjasama dua lembaga ini menghasilkan laporan ke bijakan (policy paper) serta film dokumenter jelajah praktik hijau Indonesia yang berjudul "Semai". Dua produk riset tersebut telah dirilis dalam acara Indonesian Research and Innovation (INARI) Expo pada 27 Oktober 2022 lalu.
Tim riset perwakilan NTB,Josefhin Mareta, S.H., M.Si menyampaikan penerapan praktik ekonomi hijau di Provinsi NTB pada umumnya telah berjalan dengan baik walaupun masih belum terlihat secara masif dan kolektif dalam praktik biogas.
"Telah terlihat manfaat ekonomi dan keberlanjutan lingkungan di Desa Narmada dan Desa Pesanggrahan," ungkapnya.
Lanjutnya, masyarakat memahami cara mengelola limbah kotoran hewan dan sampah organik sehingga lingkungan mereka menjadi lebih bersih. Bahkan, produk produk turunan seperti pupuk kompos, bio slurry dan pupuk organik cair dari biogas memberikan manfoat ekonomi yang lebih berlipat ganda.
Beberapa rekomendasi berdasarkan hasil kajian, yakni gender dalam program-program berbasis ekonomi hijau di NTB, mengingat tingginya partisipasi perempuan dalam mewujudkan kemandirian energi dan praktik nol sampah.
Baca juga: Kepala BPS Manggarai Timur Pimpin Census Night di Pasar Borong
Selain itu pentingnya keterlibatan masyarakat adat dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi program program terkait ekonomi hijau.
Dalam temuan Yusuf Maulana, Mewakili tim riset NTT menyampaikan Pengembangan EBT berperan penting dalam pemerataan akses energi, mendorong pembangunan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT.
"Riset ini bertujuan untuk menganalisis praktik-praktik ekonomi hijau bidang EBT di berbagai level, rumah tangga, komunitas, NGO, pelaku usaha atau swasta dan pemerintah daerah di provinsi NTT dalam perspektif sosial demografi," jelasnya.
Kemudian mewakili tim riset Bali, Dr. Sri Sunarti Purwaningsih, M.A. mengatakan pertanian organik sebagai diversifikasi lapangan usaha untuk mengurangi ketergantungan yang tinggi terhadap pariwisata di Bali.
Krisis 1998, kasus bom Bali 1 dan 2, serta pandemi Covid-19 merupakan bukti bahwa diperlukan diversifikasi lopanygan usaha agar mengurangi ketergantungan terhadap sektor pariwisata.
Baca juga: Regsosek 2022 Segera Digelar, BPS: Rancang Program Tepat Sasaran
Dampak pertanian organik terbukti bukan hanya berdampak secara ekonomi lingkungan.
Seperti di Desa Sangeh, pertanian organik yong dijalankan dapat meningkatkan produksi lebih dari 80 persen, bebas pupuk urea, pestisida, hemat air hingga 50 persen dan ramah lingkungan. Selain itu, di Nusa Penida, pertanian organik menjadi salah satu cara menjaga kelestarian mata air.
"Selain itu mempertimbangkan kesetaraan gender dalam green jobs untuk peningkatan feksibilitas, pengelolaan lingkungan yang lebilh baik, peningkatan distribusi sumber daya, pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan di tangan perempuan bermanfaat untuk pembangunan manusia secara umum, karena mereka cenderung berinvestasi lebih banyak dalam nutrisi, kesehatan anak-anak," jelasnya.(dhe)