Opini
Opini: Mencari Tuhan di Qatar
Konsentrasi warga dunia pencinta sepak bola sedang menatap Qatar, sang tuan rumah. Sepak bola selalu melarutkan emosi bahkan afeksi.
Oleh : Isidorus Lilijawa
( Penulis Buku Filsafat Bola )
POS-KUPANG.COM - Perhelatan akbar Piala Dunia sedang bergulir. Konsentrasi warga dunia pencinta sepak bola sedang menatap Qatar, sang tuan rumah. Sepak bola selalu melarutkan emosi bahkan afeksi.
Misalnya tentang tuan rumah yang kalah di pertandingan perdana. Juga tentang tim Tango Argentina yang tumbang oleh Saudi Arabia di pertandingan awal.
Namun, di balik euforia lapangan hijau itu, sepak bola ternyata memendam religiositas yang sangat dalam. Di lapangan hijau, sebagai mahkluk bermain (homo ludens), kita dapat mengalami perjumpaan dengan Allah (Theos).
Tuhan Hadir
Dalam perspektif refleksi teologis filosofis, kemampuan bermain manusia bersumber dari Sang Pencipta. Kemampuan itu adalah hadiah, rahmat (gabe) serentak juga merupakan tanggung jawab (aufgabe). Maka manusia yang bermain sesungguhnya mengungkapkan keterciptaanya di satu sisi dan cetusan puji-pujian syukur kepada Sang Pencipta di sisi lain.
Keberanian manusia adalah titik perjumpaan ontologis si tercipta dan pencipta. Dalam bermain manusia mengada dan keberadaan itu bertumpu pada Ada Mutlak dari mana segala yang mengada itu berasal.
Tak dapat dipungkiri bahwa dalam bingkai pemahaman di atas, sepak bola adalah sebuah locus theologicus, tempat di mana manusia bisa mengalami perjumpaan dengan Allah (Theos).
Dalam perhelatan Piala Dunia, para pemain mencari Tuhannya. Setiap negara tampil dengan para pemain terbaiknya yang juga mempunyai harapan terbaik, menjuarai atau setidak-tidaknya memenuhi target yang telah ditetapkan.
Baca juga: Opini : Menjadi Guru yang Inovatif
Ke manakah harapan-harapan itu dilambungkan? Harapan-harapan itu menepi dalam kebesaran kuasa Ilahi. Dan harapan itu melahirkan keyakinan bahwa Tuhan akan mendengarkan pinta mereka.
Maka kita akan menyaksikan aneka ungkapan syukur kepada Tuhan ketika dalam permainan itu ada kesebelasan yang menang atau ada gol-gol yang tercipta. Aneka simbol keagamaan ditampilkan.
Hemat saya simbol-simbol itu bukan hanya sekadar ditampilkan, tetapi ada harapan yang mau digapai melalui kehadirannya. Simbol-simbol itu melambangkan pengakuan manusia pada kekuatan yang lebih tinggi (daya ilahi) sekaligus penelajangan keterbatasan manusia.
Ada pemain yang setelah mencetak gol, ia berlari, menjatuhkan dirinya dan membuat tanda salib. Sebuah pengakuan pada kebesaran Tuhan dalam perendahan dirinya karena memang ia sadar ia terbatas. Melalui sepak bola para pemain sebenarnya tengah mempertemukan dua realitas, natural dan supra-natural, mundana dan supra-mundana.
Dalam pertautan dua realitas inilah, manusia bisa merasakan kehadiran yang kuasa dalam permainan sepak bola, sekaligus dunia sepak bola bukanlah realitas profan melulu. Manusia yang bermain sepak bola mengkonkritkan perjumpaan denganAllah. Kita yang menikmati pertandingan sepak bola mesti sampai pada tahap merasa berjumpa dengan Allah.
Di sini ungkapan iman terwujud: percaya kepada Allah Pencipta langit dan bumi, Allah yang menjadi sumber pengatur utama dinamika manusia dalam bermain sepak bola. Karena sepak bola berperan sebagai locus theologicus, maka kita yang terlibat di dalamnya walau hanya sebatas menonton juga mempunyai kewajiban menjadikan diri sendiri sebagai locus bagi Kerajaan Allah, tempat di mana buah-buah rohani lahir.
Baca juga: Opini : Makna Sopi Dalam Budaya NTT
Itu berarti, kita mesti tampil sebagai penonton yang tertib, penonton yang kritis, penonton yang bisa menyelami makna sepak bola secara mendalam.
Otokritik
Dalam sebuah pembicaraan pengisi waktu, seorang rekan memberikan komentarnya seputar gegap gempita jelang Piala Dunia 2022. Rekan ini berkata bahwa sepak bola hadir sebagai kritik terhadap agama.
Sepak bola mempersatukan semua orang dari berbagai latar belakang kebudayaan, agama, warna kulit, status sosial yang berbeda dan mereka menjadi rekan kerja, sahabat, sesama yang saling menghargai.
Pada titik lain, agama justru memilah-milah manusia ke dalam kategori keyakinan dan kepercayaan. Manusia terpecah-pecah dan saling mencurigai ketika agama hadir sebagai wajah yang ekstrim.
Pendapat rekanku ini memang benar. Sepak bola memang hadir sebagai pemersatu umat manusia. Sepak bola telah mengalami pergeseran kiblat, bukan semata sepak bola untuk sepak bola itu sendiri.
Sepak bola tidak lagi semata-mata hanya untuk meraih kemenangan walaupun orang mesti bermain sebaik mungkin supaya bisa menang. Sepak bola saat ini lebih mengutamakan nilai.
Sepak bola tanpa batas adalah misi Piala Dunia yang harus jadi misi kita juga dalam berbagai aspek kehidupan ini. Sepak bola adalah kritik untuk rendahnya solidaritas kita.
Baca juga: Opini : Beragama yang Baik dan Benar
Dengan label sepak bola, banyak dana dikumpulkan dan disumbangkan untuk kepentingan pemanusiaan manusia, untuk orang-orang yang tidak diperlakukan selayaknya sebagai manusia.
Para pemain sepak bola banyak membuat tindakan amal untuk kemanusiaan. Kritik untuk keyakinan kita yang berprinsip “esse est co-esse” (ada berarti berada untuk yang lain), tetapi tak jelas aplikasinya.
Di hari-hari Piala Dunia ini, setiap orang tentu akan berbicara tentang sepak bola, berdiskusi mengenai sepak bola, bahkan mempertaruhkan segalanya demi sepak bola.
Di hari-hari ini pula, kita akan secara langsung berusaha mengalami perjumpaan dengan yang ilahi dalam setiap pertandingan. Mampukah kita menyingkap tabir yang menghalangi revelasi ilahi dalam sepak bola?
Kita juga akan merayakan pesta solidaritas, pesta persatuan dan kebersamaan. Apakah kita juga bisa menumbuhkan nilai-nilai itu dalam keseharian: fair-play,kerja sama, toleransi, pengorbanan, kerendahan hati, kejujuran, disiplin, dll.
Dengan menonton Piala Dunia, kita sebenarnya sedang belajar tentang budi pekerti, belajar tentang nilai-nilai dan prioritas nilai.Melalui sepak bola kita belajar menenun kain habitus baru untuk menyelimuti dunia yang sedang dilanda kedinginan karena kurangnya solidaritas, minus religiositas dan hampanya sportivitas. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS