Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 27 November 2022, Adventus, Saat Berjaga Bersama Tuhan
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Adventus, Saat Berjaga Bersama Tuhan.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Adventus, Saat Berjaga Bersama Tuhan.
RP. Steph Tupeng Witin menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama Yesaya 2:1-5; bacaan kedua Roma 13: 11-14; bacaan Injil Matius 24: 37-44, Minggu I Advent.
Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Minggu 27 November 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Desember adalah saat menunggu. Malam akan habis, kalender di atas meja kerja akan dirobek dan saat kita bangun dini hari dicegat pertanyaan, “Apa yang akan datang? Siapa yang bakal datang?”
Mungkin sebab itu setiap Desember berada di ambang advent. Orang Kristen membatasinya dengan masa empat pekan menjelang Natal.
Kata Adventus berasal dari bahasa Latin: Adventus yang berasal dari kata kerja “Advenire” yang berarti “datang ke.” Maka advent: kedatangan seseorang atau sesuatu yang penting dan ditunggu.
Sesuatu atau seseorang yang ditunggu dalam masa Advent itu terkait erat dengan diri dan hidup kita. Masa penantian akan seseorang atau sesuatu itu begitu penting sehingga harus dirayakan agar sang penanti memiliki kesiapan hati untuk menerima “Dia yang dinanti.”
Maka dalam masa Advent penantian ini, kita merayakan harapan akan hadirnya seseorang yang kita tunggu, kita nanti dan kita rindukan.
Masa Advent berpusat pada kedatangan Yesus sebagai Mesias. Kedatangan Yesus yang abadi, bukan temporal.
Bacaan dan doa-doa pada masa Advent tidak hanya mempersiapkan kita secara spiritual untuk hari Natal, tetapi juga untuk mempersiapkan kedatangan Dia, Tuhan, yang kedua yaitu pada akhir zaman.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) Nomor 524 menulis, “Dalam perayaan liturgi Advent, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membarui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua (Bdk. Why 22:17).
Dengan merayakan kelahiran dan kematian Sang Perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya, “Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).
Selama masa Advént ini, ada 3 tokoh dalam Kitab Suci yang dihadirkan yaitu Yesaya, Yohanes Pembaptis dan Maria. Ketiga tokoh ini menjadi simbol sikap dasar rohani yang dihayati pada masa Advent.
Pertama, sikap siap siaga, menanti dengan gembira, optimisme dalam pengharapan akan datangnya Kristus yang pada akhir zaman menjadi Hakim yang menyempurnakan keselamatan dan memulihkan segala sesuatunya (Yesaya).
Kedua, sikap tobat, kehendak kuat memperbaiki diri dan masyarakat demi menyambut kedatangan Tuhan (Yohanes Pembaptis).
Ketiga, kesediaan diri ikut dalam rencana keselamatan Tuhan dengan mau dipakai hidupnya demi pekerjaan-pekerjaan keselamatan Tuhan (Maria).
Advent menghadirkan 3 dimensi atau bagian yaitu dimensi historis: keselamatan Tuhan atas manusia. Tuhan yang dinantikan adalah Tuhan di dalam sejarah manusia yang datang dalam diri Yesus dari Nazareth.
Dimensi eskatologis: kehidupan para pengikut Kristus, proses antara sesudah diselamatkan Kristus dan belum terwujudnya keselamatan itu sepenuhnya dalam diri kita sampai kepada kedatangan Kristus yang kedua sebagai Hakim dan Penyelamat.
Dimensi misioner Gereja: memberitakan Firman Allah kepada seluruh bangsa.
Advent adalah rangkaian ziarah iman sejak saat ini sampai pada waktu kedatangan Tuhan. Rentang waktu ziarah menuju kedatangan Tuhan itu terbagi dalam ruas-ruas waktu: detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun.
Rotasi ruas-ruas waktu akan terus terjadi sepanjang kita masih tetap menarik nafas dalam ziarah bersama orang lain. Kadang kita sendiri, tapi tidak pernah sendirian. Maka setiap Desember saat kita memasuki Advent, kita diingatkan akan semua orang yang telah berziarah bersama kita sepanjang tahun ini.
Mungkin ada yang tidak bisa lagi membalas SMS atau WA kita. Boleh jadi ada yang tinggal dengan kita tapi rasanya tidak pernah ada bersama-sama. Mungkin karena kita terlampau sibuk dengan rutinitas sehingga waktu 5 menit terlalu mahal hanya sekadar untuk menyapa saudara.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 25 November 2022, Tetapi SabdaKu Takkan Berlalu
Masa Advent adalah momen berahmat untuk menata kembali bangunan nurani kita agar kiblatnya terarah pulang kepada Tuhan. Tuhan akan menguji kesetiaan dan komitmen iman kita dalam sikap “berjaga-jaga.”
“Berjaga-jaga” berarti kita melalui hidup kita dengan kesadaran penuh. Orang bijak bilang, manusia yang hidup dengan sadar, nurani terjaga sama dengan dia mengusir setan itu jauh-jauh.
Kesadaran ini mendapatkan penekanan justru karena kelemahan manusiawi seringkali meruntuhkan kekuatan itu.
Dalam bahasa Injil Matius: kesadaran kita bisa runtuh kalau kita tidak berjaga-jaga dan larut dalam kemabukan, pesta pora dan kepentingan-kepentingan duniawi.
Menurut Injil, “berjaga-jaga” dalam konteks Sabda Yesus adalah membentengi hidup kita dengan berbagai aktivitas spiritual yang menyatukan kita dengan Dia dalam seluruh ziarah hidup dan karya kemanusiaan kita.
Kedatangan Mesias mewarnai pewartaan Firman yang dilakukan oleh Nabi Yesaya. Gunung tempat Rumah Tuhan berdiri tegak. Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana dan banyak suku bangsa akan pergi agar diajari jalan kebenaran yang akan ditempuh untuk mencapai Rumah Tuhan.
Namun kapan itu akan terjadi? Tak ada yang bisa memastikannya selain Bapa Surgawi. Yang harus dilakukan oleh manusia ialah selalu berjaga-jaga. "Hendaklah kamu selalu siaga, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (Mat 24: 42).
Tindakan berjaga-jaga ini digambarkan secara praktis oleh St. Paulus. "Malam sudah hampir lewat, sebentar lagi pagi akan tiba. Marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan per- lengkapan senjata terang" (Rm 13:12).
Bagaimana wujud konkretnya? Jangan ada pesta pora dan kemabukan. Jangan ada percabulan dan hawa nafsu. Jangan ada perselisihan dan iri hati.
Kita perlu menghayati hidup moral yang sesuai dengan Firman Tuhan. Jadilah orang yang jujur dalam kata dan lurus dalam perbuatan. Jangan hidup menurut hawa nafsu, tetapi menurut disiplin rohaniah.
Kita perlu meningkatkan taraf hidup tetapi tak menggadaikannya dengan kemewahan. Kita berhak hidup bermartabat, tetapi bukan hamba harta, kuasa dan aneka kenikmatan.
Spiritualitas “berjaga-jaga” adalah khas Kristiani. Tuhan Yesus dengan tegas menasihatkan kepada para jemaat Kristiani untuk menjaga diri dari “beban” pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari.
Kata “dibebani” berasal dari kata Yunani: barethosin berkaitan dengan “beban” yang memberatkan diri setelah seorang makan kenyang dan mabuk dalam pesta pora, yakni “tertidur”.
Sifat konsumerisme dan hedonisme adalah racun bagi orang beriman. Jika seluruh hati sudah “dibebani” dengan aneka kekhawatiran dan kerakusan duniawi, maka umat manusia akan “terlelap” dalam kuasa gelap dunia. Lawan dari kata “tidur” dalam konteks iman adalah “berjaga-jaga”. Kata Yunani dari “berjaga-jaga” adalah agrupneo yang juga berarti: tidak tidur, tidak terlelap, sadar, dan siap sedia.
Melalui warta Injil hari ini, kesadaran kita diterangi sehingga tidak tertidur pulas dalam pelbagai bentuk godaan duniawi dan teguh bertahan melalui doa dan kasih sebagai bentuk spiritualitas “berjaga-jaga” dalam iman.
Tekun berdoa bukan berarti mengunci diri dalam kamar lalu memohonkan aneka permintaan untuk kepentingan diri sendiri dan lupa untuk menyapa dan berbagi kasih dengan sesama. Doa yang baik dan benar selalu berbuah dalam tindakan kasih. Sebab dalam Kekristenan, perbuatan kasih adalah doa yang hidup.
Doa bukan saja sajian kata-kata untuk merayu Tuhan. Doa sejati sekaligus memberi kekuatan untuk terluput dari pelbagai godaan duniawi dan mengarahkan seluruh hidup orang beriman agar sanggup bertahan sebagai pemenang yang teguh berdiri di hadapan Anak Manusia (pada hari penghakiman kelak.
Berjaga-jaga bersama Tuhan dalam doa, Ekaristi dan tindakan kasih akam membuat pelita iman tetap bernyala dan pinggang kesadaran tetap terikat.
Teks Lengkap Bacaan Minggu 27 November 2022

Bacaan Pertama: Yesaya 2:1-5
Tuhan menghimpun semua bangsa dalam kerajaan Allah yang damai abadi.
Bacaan dari Kitab Yesaya:
Inilah firman yang dinyatakan kepada Yesaya, putera Amos, tentang Yehuda dan Yerusalem, “Pada hari-hari yang terakhir akan terjadilah hal-hal ini: Gunung tempat rumah Tuhan akan berdiri tegak di atas gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata, ‘Mari kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuh jalan itu.
Sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan dari Yerusalem akan keluar sabda Tuhan’. Tuhan akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa.
Maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas. Bangsa yang satu tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa yang lain, dan mereka tidak akan lagi berlatih perang. Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang Tuhan!”
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm. 122:1-2,4-5,6-7,8-9
Refr. 'Ku menuju ke altar Allah dengan sukacita.
1. Ku bersukacita waktu orang berkata kepadaku: Mari kita pergi ke rumah Tuhan. Sekarang kaki kami berdiri di gerbangmu, hai Yerusalem.
Kepadamu suku-suku berziarah, yakni suku-suku Tuhan, untuk bersyukur pada nama Tuhan sesuai dengan peraturan.
2. Berdoalah agar Yerusalem sejahtera "Damai bagi orang yang mencintai Engkau. "Semoga damai turun atas wilayahmu dan kesentosaan atas purimu."
3. Atas nama saudara dan sahabatku kuucapkan selamat kepadamu. Demi bait Tuhan Allah kita ku- mohonkan bahagia bagimu.
Bacaan Kedua: Roma 13:11-14a
Keselamatan sudah dekat pada kita.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma:
Saudara-saudara, kamu mengetahui keadaan waktu sekarang: Saatnya telah tiba kamu bangun dari tidur. Sebab sekarang ini keselamatan sudah lebih dekat pada kita daripada waktu kita baru mulai percaya. Malam sudah hampir lewat, dan sebentar lagi pagi akan tiba.
Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan, dan mengenakan perlengkapan senjata terang!
Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan; jangan dalam percabulan dan hawa nafsu; jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang.
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil: Mzm 85:8
Ref. Alleluya.
Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya Tuhan, dan berilah kami keselamatan yang dari pada-Mu.
Bacaan Injil: Matius 24:37-44
Berjaga-jaga dan siap siagalah!
Inilah Injil suci menurut Matius:
Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Seperti halnya pada zaman Nuh, demikianlah kelak pada kedatangan Anak Manusia. Pada zaman sebelum air bah itu orang makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera; mereka tidak menyadari apa yang terjadi sampai air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua.
Demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Kalau ada dua orang perempuan sedang menggiling gandum, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.
Oleh karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pencuri datang waktu malam, pastilah ia berjaga-jaga, dan tidak membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu selalu siap siaga, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Renungan Harian Katolik lainnya
Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS