Berita Kota Kupang
BPOM Kupang Sebut Produk Lokal Bisa Jadi Hasil Unggulan
Kepala Balai POM Kupang, Tamran Ismail, mengaku, upaya mengangkat produk lokal itu perlu ada sinergitas secara menyeluruh.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Balai Pengawas Obat dan Makanan / BPOM Kupang menyebut produk obat tradisional atau produk lokal bisa jadi hasil unggulan di NTT.
Namun begitu, Kepala Balai POM Kupang, Tamran Ismail, mengaku, upaya mengangkat produk lokal itu perlu ada sinergitas secara menyeluruh.
"Tapi harus ada standar-standar dan bersinergi dalam mengangkat produk lokal menjadi produk unggulan ke nasional," sebutnya di acara FGD dan perkuatan sinergitas pentaheliks yang digelar BPOM Kupang, Jumat 18 November 2022.
Baca juga: Gangguan Ginjal Akut, Polisi Bidik BPOM
Ketika produk lokal mulai dikenal, maka dengan sendiri ada dampak ikutan seperti meminimalisir adanya obat tradisional berbahan kimia.
Tamran mengatakan pihaknya pernah mempidanakan pihak lain yang terbukti menggunakan bahan kimia dalam obat tradisional.
Sebelum dipidanakan memang Balai POM telah melakukan peringatan dan pembinaan. Hal itu agar pelaku bisa mendapat efek jerah.
Balai POM juga, menurutnya telah melakukan sosialisasi tentang obat tradisional atau produk lokal non bahan kimia di wilayah NTT.
Ia berharap kegiatan ini bisa memberi dampak signifikan bagi masyarakat terutama dalam melakukan pengawasan dan memahami tentang produk tradisional tanpa bahan kimia.
Dr.Siprianus Suban Garak, M.Sc, yang mewakili Undana Kupang, mengatakan, kerjasama yang dilakukan oleh BPOM Kupang dengan Undana Kupang tentu akan sangat berdampak.
Baca juga: BPOM Imbau Warga di Manggarai Raya Waspada Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia
Dengan dukungan sumberdaya yang ada di Undana Kupang, maka paling tidak kekayaan hayati yang ada di NTT bisa diriset lalu dihasilkan menjadi sebuah produk yang bermanfaat.
Ia menyebut, ribuan mahasiswa yang ada di Undana tentu menjadi kekuatan terutama dalam riset atau penelitian yang dilakukan kedepan.
Sisi lain, ada juga mata kuliah dan unit kewirausahaan yang bisa melibatkan mahasiswa dalam menghasilkan produk lokal.
"Tapi kami melihat ada hal semacam sosialiasi atau edukasi ke masyarakat masih kurang. Memang pemahaman masyarakat atau kita ini kan kadang-kadang kurang terlalu baik," katanya.
Sehingga, ujar dia, banyak masyarakat hanya melihat sebuah produk itu dari sisi harga. Ketika produk ditawar dengan harga murah maka orang tentu akan membeli tanpa berpikir atau melihat lebih jauh dampak yang ada di produk itu.
Baca juga: BPOM Curigai Dua Perusahaan Farmasi Lakukan Kejahatan Kemanusiaan
Dia memberi contoh produk yang ada diluar negeri selalu ketat dengan masa kadaluarsa dan kandungan yang ada dalam produk.
Sehingga kedepan diharapkan agar perilaku semacam ini bisa dihilangkan terutama dalam memilih produk-produk lokal ataupun konvensional. Diharapkan agar kerjasama itu bisa berimplikasi lebih intens kedepan. (Fan)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS