Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 6 November 2022, Saduki dan Kebangkitan
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Saduki dan Kebangkitan.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Saduki dan Kebangkitan.
RP. Steph Tupeng Witin SVD menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk 2Makabae 7:1-2.9-14; 2Tessalonika 2:15-3:5; dan bacaan Injil Lukas 20:27-38, Minggu Biasa XXXII.
Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Minggu 6 November 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Orang-orang Yahudi yang beriman dan sekaligus berpengetahuan di bidang agama, terbagi atas tiga kelompok utama. Kelompok pertama dan paling populer ialah orang-orang Farisi.
Di masa sekarang, kaum Farisi mempunyai nama buruk. Namun, tak dapat disangkal bahwa mereka berusaha hidup suci, menanggapi kehendak Allah dengan sungguh-sungguh sejauh kehendak itu dapat diketahui berdasarkan kitab suci dan tradisi.
Di antara mereka terdapat banyak ahli kitab, yaitu teolog-teolog sejati, yang mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk mempelajari kitab suci dan tradisi suci.
Mereka memang suci, tetapi celakanya, mereka mengetahui dan meyakininya sendiri. Dalam usaha mendekati Allah, mereka mengandalkan kesucian mereka sendiri.
Yesus bersikap keras terhadap orang-orang Farisi, sebab Ia mengagumi mereka, namun tidak dapat menerima kenyataan bahwa mereka meniadakan nilai kesucian itu dengan kesombongan.
Kelompok kedua, para Esseni, tidak disebut dalam kitab-kitab Injil. Para anggotanya hidup sebagai rahib-rahib di Qumran, di daerah berdekatan dengan Laut Mati, dalam “komunitas perjanjian baru“, sambil mempersiapkan diri-lewat doa dan meditasi-akan kedatangan Kerajaan Allah.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 4 November 2022, Bendahara Cerdik
Kelompok ketiga ialah orang-orang Saduki yang pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga aristokrasi yang menghasilkan banyak imam kepala.
Berbeda sekali dengan orang Farisi, orang-orang Saduki justru liberal dalam ajaran, tapi kurang disiplin secara moral. Mereka berjiwa konservatif. Mereka tidak yakin bahwa iman adalah sesuatu yang harus terus-menerus dikembangkan.
Dari keseluruhan Kitab Suci, mereka hanya mengakui kelima kitab Taurat saja. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam kitab-kitab lain khususnya yang diajarkan oleh kaum Farisi dengan semangat luar biasa sebagai “tradisi leluhur”, dipandang sebagai sejenis penyimpangan doktrinal.
Antara lain, mereka tidak mengakui adanya kebangkitan ataupun eksistensi para malaikat (Kis 34:6-10).
Orang-orang Saduki hampir tidak disebut dalam kitab-kitab Injil. Sebab mereka tidak menaruh perhatian pada Yesus.
Tetapi, mereka menjadi musuh-Nya setelah mereka sadar bahwa kegiatan dan ajaran Yesus dapat membahayakan status mereka sendiri.
Sehari-hari mereka selalu berusaha berkompromi dengan penjajah dari Roma, khususnya dengan Pilatus.
Nama Saduki harus dikaitkan dengan nama Ibrani Sadoq. Setelah Pembuangan Babel, keturunan Sadoq diberi hak untuk bertugas sebagai imam di Bait Suci.
Menurut 1Tawarikh 5:30-35, keturunan Sadoq itu dihubungkan dengan Eleazar, anak Harun.
Para Saduki yang hidup di Palestina pada abad pertama, dikaitkan dengan keturunan imam Sadoq itu. Namun, mereka tidak secara eksklusif lagi bertugas sebagai imam-imam saja.
Ada di antara mereka yang tetap imam, tetapi ada juga awam yang kaya raya dan berbudaya Yunani.
Sesudah Yerusalem dihancurkan oleh Roma, orang-orang Saduki hampir menghilang dari sejarah Yahudi.
Kaum Saduki adalah orang-orang penting yang terpandang secara agama dan politik. Mereka dihormati oleh para pemimpin politik, baik di dalam Israel maupun di luar Israel.
Orang Farisi berjumlah lebih banyak daripada orang Saduki. Pengikut mereka pun lebih banyak daripada pengikut Saduki.
Meskipun secara politik orang-orang Farisi kurang terhormat seperti Saduki, tetapi orang Farisi unggul dari aspek jumlah pengikut dan pengaruh ke rakyat biasa (grassroot).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 5 November 2022, Bertekun dalam Kesetiaan
Golongan Saduki adalah kelompok high class di dalam bidang politik dan akrab dengan para petinggi politik dan militer.
Sedangkan Farisi memiliki pengaruh lebih kuat pada mayoritas Israel. Hal ini terbukti pada saat proses pengambilan keputusan untuk menyalibkan Yesus di istana Pilatus.
Kisah dalam bacaan Injil hari ini, yaitu tentang perjumpaan dan pembicaraan kaum Saduki dengan Yesus ini selain dapat dibaca di Injil Lukas, juga dapat pula dibaca dalam Injil Matius dan Markus.
Konteksnya ialah “hari-hari terakhir kehidupan Yesus di bumi ini”. Ia baru saja memasuki kota Yerusalem. Ia sudah mengusir para pedagang di Bait Suci.
Meski tinggal di Betania, setiap hari Yesus datang ke Yerusalem untuk mengajar. Dalam pengajaran-Nya itu Ia menyampaikan perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur maupun wejangan tentang akhir zaman.
Orang Saduki bertanya kepada Yesus untuk menunjukkan bahwa kepercayaan Farisi adalah salah. Mereka juga mau menunjukkan bahwa jika Yesus percaya akan kebangkitan orang mati, maka kepercayaan itu sebenarnya akan membuktikan bahwa Yesus bodoh dan tidak mengerti Kitab Suci khususnya Taurat Musa.
Ini akan membuat nama Yesus tercemar dan tidak lagi diterima di kalangan orang-orang yang telah dipengaruhi kelompok Saduki.
Mereka bertanya jawab kepada Yesus dengan menggunakan teori Hukum Levirat atau perkawinan ipar sebagaimana diajarkan Musa (Ul 25:5-10).
Ajaran Musa ini sebenarnya memiliki tujuan melindungi perempuan-perempuan yang menjadi janda tanpa memiliki anak. Para perempuan yang demikian tidak akan memperoleh hak waris dan tidak mempunyai pelindung.
Contoh yang kita bisa temukan dalam Perjanjian Lama adalah kisah Yehuda dan Tamar (Kej 38).
Sebenarnya hukum Levirat ini adalah salah satu hukum yang sangat kompleks dan membingungkan saat hendak diterapkan.
Maka orang Saduki juga merasa heran atas hukum ini, tetapi mereka mempertanyakan: nanti kalau ada kebangkitan, siapa suami sah dari janda yang ditinggal mati ini, sebab janda itu menikahi ipar-iparnya lebih dari satu (Luk 20: 33).
Kebingungan orang Saduki digunakan oleh Yesus sebagai pintu masuk untuk menjelaskan adanya kebangkitan dan apa yang akan dialami orang-orang yang bangkit.
Yesus menegaskan bahwa orang yang dibangkitkan itu tidak kawin atau dikawinkan, melainkan hidup seperti malaikat di surga (Luk 20: 35-36).
Tuhan mengarahkan orang Saduki kepada hal yang lebih penting lagi yaitu keadaan pada waktu kebangkitan terjadi, yaitu pada waktu Yesus Kristus menerima Kerajaan-Nya di bumi ini.
Yesus mengatakan bahwa kita akan hidup seperti malaikat. “Seperti” berarti mirip, tetapi tidak menjadi. “Seperti malaikat” berarti mirip malaikat, bukan menjadi malaikat.
Malaikat dan manusia adalah dua makhluk ciptaan yang berbeda.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 3 November 2022, Bertobat: Mulailah dari Diri Sendiri
Kepercayaan mengenai "Kebangkitan orang mati" dalam pemikiran Yahudi pada zaman Yesus belum terbentuk secara kuat, dimana golongan Saduki tidak memercayainya karena menganggap suatu inovasi yang sesat, sedangkan golongan Farisi memercayainya (M. Eugene Boring, The people's New Testament commentary 2004).
Yesus menjelaskan kepercayaan ini kepada orang Saduki dengan mengutip pernyataan Allah kepada Musa di Gunung Sinai dengan menggunakan bentuk “waktu sekarang” terkait dengan para leluhur, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub, untuk menunjukkan bahwa Allah menganggap mereka masih "ada" setelah mati (Luk 20: 37).
Kutipan Yesus ini menjadi bukti bahwa doktrin kebangkitan orang mati sudah ada dalam Kitab Taurat sejak awal (Bdk. Miller, Robert J., editor, The Complete Gospels, Polebridge Press 1994).
Yesus menegaskan posisi Allah yaitu Allah orang hidup, bukan Allah orang mati. Sebab itu mereka yang telah mati dan percaya pada Allah, akan memperoleh kebangkitan: hidup baru bersama Allah.
Tuhan dalam banyak pesan Injil menjanjikan hidup kekal kepada setiap orang yang beriman kepada-Nya. Janji hidup kekal itu memberi harapan kepada kita agar menjadikan hidup kita di atas dunia ini sebagai investasi bagi hidup abadi bersama Bapa di surga.
Ukuran keselamatan bukan soal ritus rohani tapi keterlibatan dalam tindakan kasih kepada sesama terutama yang kecil dan tertindas dalam hidup sosial.
Apa yang kita lakukan bagi semua orang tanpa diskriminasi selama hidup di atas dunia menjadi seperti bahan bangunan bagi rumah kediaman kita di surga.
Teks Lengkap Bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 6 November 2022

Bacaan Pertama: 2Makabe 7:1-2.9-14
Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal.
Bacaan dari Kitab Kedua Makabe:
Pada masa pemerintahan Raja Antiokhus Epifanes ada tujuh orang bersaudara serta ibu mereka ditangkap. Dengan siksaan cambuk dan rotan mereka dipaksa oleh sang raja untuk makan daging babi yang haram.
Maka seorang dari antara mereka, yakni yang menjadi juru bicara, berkata begini, “Apakah yang hendak Baginda tanyakan kepada kami, dan apakah yang hendak Baginda ketahui?
Kami lebih senang mati daripada melanggar hukum nenek moyang!” Ketika anak yang kedua hampir putus nyawanya, berkatalah ia, “Memang benar, Bangsat, engkau dapat menghapus kami dari hidup di dunia ini, tetapi Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal, oleh karena kami mati demi hukum-hukum-Nya!”
Sesudah itu anak yang ketiga disengsarakan. Ketika diminta, segera dikeluarkannya lidahnya, dan dengan berani dikedangkannya tangannya juga. Dengan berani ia berkata, “Dari surga aku telah menerima anggota-anggota ini!
Demi hukum-hukum Tuhan kupandang semuanya ini bukan apa-apa! Aku berharap akan mendapat kembali semua ini dari pada-Nya!” Sampai-sampai sang raja sendiri serta pengiringnya tercengang-cengang atas semangat pemuda itu yang memandang kesengsaraannya bukan apa-apa.
Sesudah yang ketiga berpulang, maka yang keempat disiksa dan dipuntungkan secara demikian pula. Ketika sudah dekat pada akhir hidupnya, berkatalah ia, “Sungguh baiklah berpulang oleh tangan manusia, dengan harapan yang dianugerahkan Allah sendiri, bahwa kami akan dibangkitkan kembali oleh-Nya. Tetapi bagi Baginda tidak ada kebangkitan untuk kehidupan!”
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 17:1.5-6.8b.15
Refr. Condongkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah bebaskan daku.
1. Dengarkanlah, Tuhan, pengaduan, yang jujur, perhatikan seruanku; berilah telinga kepada doaku, doa dari bibir yang tidak menipu.
2. Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidaklah goyah. Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku.
3. Sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu; dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.
Bacaan Kedua: 2Tesalonika 2:16-3:5
Semoga Tuhan menguatkan hatimu dalam segala karya dan tutur kata yang baik.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Tesalonika:
Saudara-saudara, dalam kasih karunia-Nya Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, telah mengasihi kita dan telah menganugerahkan penghiburan abadi serta pengharapan yang baik kepada kita.
Semoga Ia menghibur dan menguatkan hatimu dalam segala karya dan tutur kata yang baik. Selanjutnya, Saudara-saudaraku, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu: juga supaya kami terlepas dari para pengacau dan dari orang-orang jahat, sebab tidak semua orang beroleh iman. Tetapi Tuhan adalah setia.
Ia akan menguatkan hatimu dan akan memelihara kamu terhadap yang jahat. Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu telah kamu lakukan dan akan selalu kamu lakukan. Kiranya Tuhan tetap mengarahkan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil: Wahyu 1:5a.6b
Refr. Alleluya, alleluya, alleluya.
Yesus Kristus adalah yang pertama bangkit dari antara orang mati; bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.
Bacaan Injil: Lukas 20:27-38
Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.
Inilah Injil suci menurut Lukas:
Sekali peristiwa datanglah beberapa orang Saduki yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka menceritakan seorang wanita yang dinikahi berturut-turut oleh tujuh bersaudara yang semuanya mati tanpa meninggalkan anak; dan mereka bertanya siapakah yang menjadi suami wanita itu pada hari kebangkitan.
Maka jawab Yesus kepada mereka, “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi orang yang dianggap layak mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
Sebab mereka tidak dapat mati lagi. Mereka sama seperti malaikat-malaikat, dan menjadi anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Renungan Harian Katolik lainnya
Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS