Unwira Kupang

PMM 2 Unwira Gelar Seminar Inspiratif- Modul Nusantara di Kampung Adat Tutubhada Nagekeo

Modul Nusantara adalah rangkaian kegiatan yang difokuskan untuk menciptakan pemahaman komprehensif tentang kebinekaan.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI
SEMINAR - Empat Narasumber yang hadir dalam seminar inspirasif - modul Nusantara di Kampung Adat Tutubhada Nagekeo, Selasa, 1 November 2022 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Universitas Katolik Widya Mandira Kupang atau Unwira Kupang khususnya Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka atau PMM Angkatan II  2022, gelar seminar inspirasif - modul Nusantara di Kampung Adat Tutubhada Nagekeo

Lembaga pendidikan Unwira Kupang, salah satu dari dua kampus di NTT yang menerima 34 Mahasiswa/ mahasisw i yang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka atau PMM Angkatan II tahun 2022.

Salah satu kegiatan yang dilakukan 34 Mahasiswa/i yang berasal dari 17 perguruan tinggi  di Indonesia yang  mengikuti program pertukaran di Unwira yakni seminar inspirasif - modul Nusantara di Kampung Adat Tutubhada Nagekeo.

Baca juga: Pesparani Nasional 2022, Video Viral Suasana Lomba Mazmur Remaja di Aula Rektorat Unwira Kupang

Mahasiswa/i yang datang dari berbagai provinsi atau dikenal dengan mahasiswa/i inbound, selain mengikuti perkuliahan selama satu semester di Unwira, mereka juga terlibat dalam  kegiatan Modul Nusantara, Selasa, 1 November 2022.

Modul Nusantara adalah rangkaian kegiatan yang difokuskan untuk menciptakan pemahaman komprehensif tentang kebinekaan.

Program ini merupakan kegiatan non-akademik yang mencakup

1 Kebihinekaan, yakni aktivitas eksplorasi keragaman budaya, agama, dan sejarah untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang kebhinekaan dalam bingkai kesatuan NKRI

2 Kegiatan inspirasi dengan menggali inspirasi dari figur-figur inspirasi daerah dengan berbagai latar agama, suku, dan adat istiadatnya.

Baca juga: Rektor Unwira Kupang Berharap Semua Prodi Terakreditasi Baik Sekali

3 kegiatan refleksi melalui diskusi, talk show, dokumentasi, atau tulisan

4 Kontribusi sosial bagi masyarakat.

Para mahasiswa/I didampingi oleh dua orang Dosen Pendamping Lapangan  (Paulus Andrianus Ratumakin, S.Fill, M.Si dan Dr. Elvis Albertus Bin Toni) menggelar seminar inspiratif  dengan tema “Mengenal Keragaman Alam dan Budaya Masyarakat Nagekeo Sebagai Pemersatu Bangsa.

Dalam seminar ini para mahasiswa/i belajar dari para tokoh yang  menjadi nara sumber tentang bagaimana mencintai budaya dan kekayaan daerah sembari tetap membangun solidaritas dan toleransi antar keragaman budaya, adat dan kepercayaan.

Menurut para dosen pendamping, tujuan dari seminar inspiratif ini antara lain: memperkenalkan kekayaan alam dan keanekaragaman budaya masyarakat Nagekeo

Selain itu, belajar lintas budaya dan kepercayaan untuk membangun persaudaraan dan persahabatan antar daerah, suku, banga dan agama sehingga memperkuat semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Selain itu kegiatan inspirasi ini juga diharapkan mampu menumbuhkan kebangggan menjadi bagian dari Bangsa Indonesia dan menghargai semua orang dengan berbagai latar adat, budaya, etnis, ras, golongan dan kepercayaan sebagai bagian dari kekayaan Nusantara.

Dengan demikian para mahasiswa dan pelajar termasuk anak muda yang terlibat dalam kegiatan ini menjadi aktor-aktor yang mempromosikan kekayaan alam dan budaya Nagekeo kepada semua orang di luar Provinsi NTT.

Seminar yang dibuka oleh Sekda Nagekeo, Bapak Drs.Lukas Mere ini, dihadiri oleh semua  mahasiswa inbound,  Kadis P dan K Nagekeo, Kadis Pariwisata Nagekeo, Camat Aesesa bersama staf, staf dari Pemda Nagekeo, dan Tokoh Masyarakat Tutubhada.

Baca juga: Rektor Unwira Kupang Pater Philipus Tule SVD Ungkap Peran Orangtua Dalam Kemajuan Kampus

Dalam sambutan pembukaannya Bapak Sekda menyampaikan bahwa sebagai jantungnya pulau flores, the heart of Flores, Nagekeo merupakan pusat pertemuan kebudayaan Melanesia dan Melayu.  

Pembicara pertama, Kepala Dinas Pendidikan Nagekeo, Bapak Venantius Minggu, M.Pd. memberi gambaran tentang corak utama dan keragaman budaya Nagekeo.

“Corak utama budaya Nagekeo itu biasa dilihat dari ekpresi budaya lisan, seperti Sa bhea, tii ka pati inu vedhi, melo etu; dalam bentuk tarian seperti tea eku, sa ha, iki mea ; dalam bentuk  music tradisional seperti  ndoto, benghu, saito, gong gendang, veko, voi, seruling dan kulintang; dan dalam bentuk permainan rakyat seperti etu, mbela, sudu, sadhi asdu, pati ndalu, shidhi deke, reo jara,  dan lain-lain. Semua corak kebudayaan ini merupakan hasil perjumpaan kebudayaan-kebudayaan dari luar seperti kebudayaan Melanesia dan Melayu di Nagekeo,” unagkapnya.

Pernyataan terkait perjumpaan berbagai budaya dan agama di Nagekeo kembali ditandaskan oleh Ketua MUI Kabupaten Nagekeo, Lutfi Daeng Maro.

Baca juga: Rektor Unwira Kupang Pater Philipus Tule SVD Ungkap Peran Orangtua Dalam Kemajuan Kampus

Dalam sajian materinya beliau menyampaikan bahwa Budaya Nagekeo mempunyai posisi istimewa dalam perspektif Islam karena dalam banyak hal sejalan dengan keislaman yang dianut oleh minoritas masyarakat Nagekeo.

Ada enam Thabi’at/Karakter dasar yaitu: Thabiat Al Ibadah/Doa, Thabi’at At-Tafkir/ Berfikir, Thabi’at At-ta’bir/berkomunikasi, Thabi’at Ta’awun wal Marhamah/Tolong Menolong, Thabi’at amal/kreatif dan inovatif, dan Thabi’at Al-Haraqah/ Perjuangan/ patriotisme.

Saat itu, Lutfi Daeng Maro memberi penekanan kepada membangun kekuatan sosial dengan basis budaya dan menjaga kelestarian alam.

Kekuatan sosial dengan basis budaya ini sedang menghadapi tantangan di tengah gerakkan membangun pariwisata sebagai prime mover pembangunan.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Nagekeo, Silvester Teda Sada, S.Fil, pariwisata tidak dapat lepas dari nilai dasar budaya dan tercerabut dari akarnya. Godaan mengembangkan semua infrastruktur pendukung, jangan sampai menjadikan pariwisata hanya sebagai objek tontonan gelaran budaya atau keindahan alam tapi lupa pada nilai-nilai yang ada di baliknya. Pariwisata juga hendaknya selaras dengan kelesatarian lingkungan.

“Untuk mendukung proses wisata berkelanjutan berbasis ekowisata di Kabupaten Nagekeo, maka dalam perjalanan awal perlu didorong untuk mengembangkan konsep  Nomadic Tourism. Ini merupakan konsep wisata temporer, baik dari segi aksesibilitas atau amenitas”, demikian pemaparan Pak Sil dalam materinya.

Pada sesi pembicara terakhir dalam seminar ini, Rektor Unwira, Pater Dr. Philipus Tule, SVD menyimpulkan bahwa semua manusia sesungguhnya adalah makhluk peziarah baik itu ziarah agama, ziarah akademik maupun ziarha budaya yang membawa pembaharuan diri.

Dengan berziarah manusia mengenal diri dan potensinya, menghargai sesuatu di luar dirinya melalui belajar memahami, serta memperkuat identitasnya.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved