Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 19 Oktober 2022, Yang Punya Banyak Dituntut Banyak
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh Br. Pio Hayon SVD dengan judul Yang Punya Banyak Dituntut Banyak.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh Br. Pio Hayon SVD dengan judul Yang Punya Banyak Dituntut Banyak.
Br. Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk Efesus 3:2-12, dan bacaan Injil Lukas 12:39-48.
Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Rabu 19 Oktober 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Ibu Bapak, saudari/a terkasih dalam Kristus.
Hari ini kita disuguhkan sebuah kisah tentang pengurus rumah yang diserahi tugas dan tanggung jawab mengurusi rumah serta menjaganya.
Yesus mengangkat kisah pengurus rumah ini untuk memberikan gambaran tentang sebuah kesetiaan terhadap tugas dan tanggung jawab.
Yesus dengan sangat setia memberikan pengajaran tentang kesetiaan terhadap tugas dan tanggung jawab mulai dari hal yang paling sederhana, mulai dengan tugas mengurus rumah seperti seorang hamba.
Hamba yang setia didapati tuannya melakukan kehendak tuannya dalam tugas dan tanggung jawab yang diberikan, maka hamba itu akan mendapat perlakuan yang istimewa. Namun hamba yang tidak setia dalam tugas dan tanggung jawabnya akan dihukum.
Yesus mengambil dasar kesetiaan itu mulai dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada semua sebagai seorang hamba.
Pertanyaannya, mengapa Yesus mengambil contoh seperti tugas seorang hamba yang mengurus rumah?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 18 Oktober 2022, Pemerhati yang Terlibat
Saudari/a terkasih dalam Kristus.
Yesus mengambil contoh tugas dan tanggung jawab seorang hamba dalam hal kesetiaan terhadap tugas dan tanggung jawab karena pertama, Yesus mau mengambil contoh hal-hal yang dianggap remeh oleh banyak orang. Apalagi seorang hamba di kalangan Yahudi itu bisa diperjualbelikan sehingga jika tidak setia dalam tugas bisa langsung dijebloskan ke dalam penjara atau siksaan apa pun.
Kedua, karena Yesus mau mengambil contoh kesetiaan itu mulai dari hal yang sederhana di sekitar kita.
Yesus mengerti psikologi kaumnya bangsa yahudi yang selalu menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan Tuhan sehingga mereka tidak mau disebut sebagai hamba.