Opini

Opini : Meningkatkan Disipilin Guru Melalui Penerapan Reward dan Punishment di SMPS PGRI Larantuka

Penerapan reward dan punishment dapat meningkat disiplin guru hadir didalam kelas pada kegiatan belajar mengajar di SMPS PGRI Larantuka.

Editor: Alfons Nedabang
TANGKAPAN LAYAR
Ilustrasi siswa SMPS PGRI Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Upaya Meningkatkan Disiplin Guru Dalam Kehadiran Mengajar Di Kelas Melalui Penerapan Reward Dan Punishment Di SMPS PGRI Larantuka Kabupaten Flores Timur. 

Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.

Penerapan reward dan punishment dalam dunia pendidikan dapat diterapkan sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Penerapan reward dan punishment juga tidak hanya diterapkan kepada siswa yang berprestasi atau yang melanggar tata-tertib, tetapi juga dapat diterapkan kepada guru-guru agar mereka berdisiplin dalam mengajar untuk memenuhi tugas mereka memberikan pelajaran kepada siswanya. Dalam konteks pembelajaran di kelas yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas, penerapan metode reward dan punishment juga dapat meningkatkan motivasi guru untuk hadir tepat waktu pada kegiatan pembelajaran didalam kelas.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPS PGRI Larantuka yang beralamat di Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan mulai tanggal 10 Januari sampai 22 Januari 2022 dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah guru-guru di SMPS PGRI Larantuka sejumlah 14 orang guru, terdiri atas 3 orang guru PNS, dan 11 orang guru Non PNS.
Siklus dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, pengumpulan data sekunder (dokumen-dokumen), dan observasi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah skala penilaian, lembar observasi, dan angket.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris.

Melalui analisa data ini, dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas melalui pemberian reward dan punishment yang merupakan fokus dari penelitian tindakan sekolah ini. Indikator keberhasilan penerapan tindakan ini penulis tetapkan sebesar 65 persen, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil bila 65 persen guru tidak terlambat masuk kelas dalam proses pembelajaran.

Hasil Penelitian
Siklus I, pada perencanaan terdapat langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah yakni melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang dilakukan oleh penulis. Kepada para guru disampaikan mengenai penerapan Reward dan Punishment yang akan diterapkan dalam penelitian ini.

Pada siklus pertama ini, akan dipampang/ditempel diruang guru, maupun diruang TU, peringkat nama-nama guru yang paling rendah tingkat keterlambatan masuk kelasnya sampai yang paling tinggi tingkat keterlambatannya. Indikator keberhasilan penerapan tindakan ini penulis tetapkan sebesar 65 persen , artinya tindakan ini dinyatakan berhasil bila 65 persen guru tidak terlambat masuk kelas dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan dalam siklus I ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (a) Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap ketua kelas sebanyak 5 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di SMPS PGRI Larantuka. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar dikelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas; (b) Berkoordinasi dengan petugas piket harian yakni dua yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang dari tata usaha.

Petugas piket akan mengedarkan daftar hadir guru dikelas yang telah dibuat agar dapat melihat tingkat kehadiran guru disetiap kelas dan disetiap pergantian jam pelajaran. Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang; (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis; (d) Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu minggu (satu siklus). Pengamatan dan evaluasi meliputi kehadiran guru dikelas, tingkat keterlambatan guru masuk kelas dan waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran.

Data-data yang diperoleh peneliti pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan guru melalui pemberian reward dan punishment dapat dilihat dari hasil yang dipeoleh pada siklus I dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Rekapitulasi Tingkat Keterlambatan Guru pada Kehadiran di Kelas Siklus I
Waktu Keterlambatan/Jumlah/Prosentase
Kurang dari 10 Menit 10 Menit s.d. 15 Menit Lebih dari 15 Menit
2 5 7
14,29 5,71 P %

Dari tabel di atas terlihat bahwa sebanyak 2 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 5 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan 7 orang guru terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada grafik berikut.

Grafik 1.1 Tingkat Keterlambatan Guru pada Kehadiran di Kelas Siklus I

Dari data diatas dapat dilihat bahwa tingkat keterlambatan guru masuk kelas lebih dari 15 menit pada proses kegiatan belajar mengajar masih tinggi yaitu 7 orang atau 50 %. Berdasarkan indicator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 70 %, atau bila 70 % guru tidak terlambat lebih dari 10 menit. Pada siklus pertama ini guru yang tidak terlambat lebih dari 10 menit baru 14,29 %, jadi peneliti berkesimpulan harus diadakan penelitian atau tindakan lagi pada siklus berikutnya atau siklus kedua. Melihat hasil pada siklus I maka perlu penerapan Reward dan Punishment yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved