Opini
60 Tahun Dibukanya Konsili Vatikan II, Suatu Inspirasi yang Masih Tetap Mencari Pelaksanaannya
Hari ini genap 60 tahun pelaksanaan Konsili Vatikan II ketika Paus Yohanes XXII membuka Konsili Vatikan II pada tanggal 11 Oktober 2062.
Oleh Dr. Georg Kirchberger, SVD (Dosen Teologi di IFTK Ledalero, Maumere, Flores)
POS-KUPANG.COM - “Gaudet mater – Bunda Gereja bersukacita, karena oleh satu karunia istimewa Penyelenggaraan Ilahi, hari yang sudah lama dinantikan itu akhirnya sampai juga.”
Dengan kalimat ini pada tanggal 11 Oktober 1962 Paus Yohanes XXIII membuka Konsili Vatikan II, 60 tahun lalu.
Dalam alamat (pidato, red) pembukaan itu Yohanes XXIII menggambarkan visinya mengenai konsili yang secara meriah ia bukakan itu.
Ia ingin suatu konsili yang tidak menghukum, melainkan mencari dialog, suatu konsili yang menjadi Pentakosta Baru bagi Gereja, yang membuka jendela, agar angin segar bisa masuk ke dalam Gereja dan membaruinya.
Paus sendiri bicara tentang Aggiornamento yang ia harapkan dari konsili yang dikenal sebagai Konsili Vatikan II.
Sebab itu ia mengharapkan suatu konsili yang bersifat pastoral, yang mendengarkan umat dan juga orang yang tak beriman dan setelah mendengarkan mereka, menyampaikan kabar gembira mengenai Yesus Kristus dan karya-Nya dalam bahasa yang relevan yang dapat dimengerti dengan gampang, karena sesuai dengan cara dan gaya yang umumnya dipakai pada dewasa ini dalam pelbagai budaya yang berbeda.
Ketika pada Januari 1959 Paus Yohanes XXIII memaklumkan bahwa ia mau mengadakan suatu konsili, ada sejumlah uskup dan terutama juga para pemimpin dalam kuria Vatikan yang tidak senang dan tidak setuju dengan rencana ini.
Mereka berpendapat ajaran iman Katolik sudah dirumuskan dengan sangat jelas dan mereka sendiri sebagai pimpinan sentral Gereja Katolik mempunyai tugas untuk menjaga kemurnian rumusan itu. Tidak perlu suatu konsili yang mengganggu kenyamanan itu.
Baca juga: Paus Fransiskus Buka Pintu bagi Wanita di Posisi Senior Vatikan
Setelah jelas bahwa konsili itu tidak bisa dihindarkan lagi, maka para kardinal dalam Kuria Romana merancang strategi baru, mereka mau menyiapkan semua dokumen yang mau dikeluarkan konsili itu dan mengadakan suatu “konsili kilat”.
Seturut pikiran mereka, para uskup akan berkumpul, mendengarkan hasil teks-teks yang disiapkan, menandatangani dan dengan demikian mengesahkan semua dan sesudah beberapa minggu, atau paling lama beberapa bulan, mereka bisa pulang dan konsili selesai.
Dalam kenyataan Konsili Vatikan II itu jadi lain sekali. Para uskup sejak dari permulaan menjadi sadar bahwa mereka yang mempunyai peran sentral dan merupakan pemegang kuasa tertinggi selama mereka berkumpul sebagai konsili.
Mereka menolak hampir semua skemata – teks-teks yang disediakan – dan dalam suatu usaha raksasa selama tiga tahun, konsili menyusun dan menghasilkan empat konstitusi, sembilan dekrit dan tiga pernyataan.
Dengan bekerja keras selama tiga tahun, sejumlah besar teolog dan uskup menghasilkan sejumlah pandangan baru mengenai hidup, tugas dan peran Gereja dalam dunia dewasa ini.