Berita Lembata

Sekilas Tentang Forum PRB Lembata yang Kini Dipimpin Anton Leumara

Kerja-kerja Forum PRB Lembata memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak prestasi dan pencapaian sudah diraih.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
PENGURUS - Para pengurus baru Forum PRB Lembata dilantik oleh Asisten Setda Lembata Ambrosius Lein mewakili Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa di Aula Kantor Bupati Lembata, Kamis, 1 September 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Tongkat kepemimpinan Forum Pengurangan Risiko Bencana atau FPRB Kabupaten Lembata telah beralih pada Kamis, 1 September 2022. Dalam Musyawarah Daerah (Musda) III di Aula Kantor Bupati Lembata, forum secara aklamasi memilih Antonius Molan Leumara sebagai ketua untuk periode 2022-2025

Antonius resmi menggantikan Andris Koban yang memimpin periode 2019-2022. Juga terpilih Erlina Dangu sebagai Wakil Ketua I, Vincent Halimaking sebagai Wakil Ketua II, Ayu Zanita sebagai sekretaris dan Dominikus Karangora sebagai bendahara.

Para pengurus baru ini kemudian langsung dilantik oleh Asisten Setda Lembata Ambrosius Lein mewakili Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa.

Baca juga: Pemda Lembata Ingatkan Kontraktor Tidak Boleh Gunakan Bahan Bakar Minyak BBM Subsidi

Andris Koban, mantan ketua, sering menyebut, Forum PRB sebagai sebuah ‘rumah besar’ yang di dalamnya semua lembaga berhimpun.

Saat ini, dia menyebutkan, terdapat 147 organisasi yang berasal dari unsur pemerintah dan non pemerintah.

Kerja-kerja Forum PRB Lembata memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak prestasi dan pencapaian sudah diraih.

Aksi-aksi dalam merespon isu ditangani secara serius dan penuh pertimbangan. Inilah yang membuat Forum PRB Lembata cukup diperhitungkan.

Berkat kerja-kerja forum, pada tahun 2018, Kabupaten Lembata mendapatkan penghargaan karena isu Adaptasi Perubahan Iklim (API) terintegrasi dalam kebijakan daerah sampai ke level penganggaran dan kebijakan desa.

Tahun 2021 Kabupaten Lembata juga mendapatkan penghargaan karena kerja-kerja ketangguhannya dengan banyaknya jumlah desa dan sekolah secara signifikan. Penghargaan yang sama juga bisa diraih pada tahun 2020 dengan konsep keluarga tangguh bencana.

Baca juga: Pelatih Persebata Lembata Maura Hally Betekeneng Undur Diri Karena Konflik Dengan Askab PSSI Lembata

Tahun 2017, dua anggota forum yakni Kornelia Penate dan Yasintus Lamak diutus mengikuti Konferensi Internasional terkait perubahan iklim di Uganda, Afrika. Waktu itu Plan Internasional menilai Forum PRB Kabupaten Lembata mempunyai komitmen serius pada kerja-kerja perubahan iklim.

Pada Oktober 2018 dalam acara Peringatan Bulan PRB se-Indonesia, dua anggota Forum PRB Kabupaten Lembata, Andris Koban sebagai ketua forum dan Kornelia Penate juga diundang ke Kota Sorong Papua Barat. Di sana, Kornelia mempresentasikan tentang Integrasi PRB API dalam kebijakan desa.

Sedangkan Andris berbicara tentang praktik-praktik baik forum untuk isu PRB API. Di tahun yang sama, Achan Raring, Yono Lanang, dan Pace Punang mewakili Forum PRB Lembata berangkat ke Mataram, NTB mengikuti Konferensi Nasional PRB berbasis komunitas ke-13.

Bukan hanya itu saja, secara kelembagaan Forum PRB Kabupaten Nagekeo, TTU dan TTS juga datang langsung ke Lembata guna melihat langsung konsistensi kerja-kerja Forum PRB Lembata selama ini.

Perubahan Paradigma Penanganan Kebencanaan

Dewasa ini paradigma tentang pengurangan risiko bencana mulai bergeser, baik itu secara kelembagaan maupun teknis penanganan bencana. Sebelumnya urusan bencana masih dianggap wewenang penuh pemerintah dan teknis penanganannya pun masih pada aksi tanggap darurat saat terjadinya bencana.

Aksi tanggap darurat itu baru terjadi kala sudah jatuh korban jiwa, adanya kerusakan akibat bencana dan dampak-dampak destruktif lainnya.

Paradigma inilah sebenarnya yang hendak diubah. Penanggulangan bencana bukan saja urusan pemerintah tetapi kesadaran penanggulangan itu harus sudah ada sejak dari dalam institusi terkecil yakni keluarga. 

Tindakan pencegahan (preventif) sebelum terjadinya bencana juga lebih diutamakan. Di Indonesia pergeseran paradigma ini baru ada sejak tahun 2007 yang secara nasional disebut Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB).

Namun, secara global, paradigma yang fokus pada kerja-kerja pra-bencana sudah mulai terbentuk pada tahun 1990-an (Global Platform). Maka dari itu, terbentuklah Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) yang tercetus dari semangat kesadaran baru ini.

Baca juga: Pemda Lembata Bahas Kelangkaan BBM, Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa Kecewa dengan PT Hikam

Di dalam forum inilah, semua orang yang punya kapasitas dan kompetensi terhadap advokasi penanggulangan bencana berkumpul. Tidak hanya komponen pemerintah saja di dalamnya, ada juga unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), aktivis, pekerja seni, jurnalis, wirausahawan, kepada desa, masyarakat desa dan kelompok orang muda. Semuanya ada di dalam forum ini.

Setahun kemudian tepatnya pada tahun 2008, di Kabupaten Lembata terbentuk yang namanya Kelompok Kerja (Pokja) penanggulangan bencana yang dipimpin Markus Sidu. Saat itu belum banyak sektor yang terlibat.

Kemudian pada 2011 di Kota Maumere, Kabupaten Sikka juga dibentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana se-daratan Flores, Lembata dan Alor (Florasta).

Meskipun forum ini juga sudah tidak aktif lagi sampai sekarang tetapi salah satu poin penting yang dibahas dalam pertemuan di tanah Nian Sikka itu adalah pengalihan Pokja menjadi Forum Pengurangan Risiko Bencana di Lembata.

Pada tahun 2012 Lembaga Plan Internasional memfasilitasi terbentuknya Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Lembata. Setelah itu, secara kepengurusan, forum ini sempat vakum dari tahun 2012-2015.

Namun, beberapa pegiat yang tergabung di dalam forum tetap aktif membuat kegiatan advokasi lainnya. Karena vakum cukup lama, sempat ada upaya melakukan penyegaran kepengurusan pada tahun 2013 dan 2014 oleh Plan Internasional yang bermitra dengan Yayasan Bina Sejahtera (YBS) dan BPBD Kabupaten Lembata.

Mendapat anggaran dari BPBD Kabupaten Lembata, pada tahun 2016 diadakanlah Musyawarah Daerah (Musda) pertama Forum PRB.

Waktu itu yang terpilih sebagai Ketua adalah Andris Koban, Ben Asan sebagai sekretaris dan Kornelia Penate sebagai bendahara.

Semakin banyak pihak dari berbagai latar belakang bergabung di dalam forum ini, isu-isu yang dibahas di dalamnya pun jauh lebih luas dan tidak sebatas perihal kebencanaan saja. Ada isu gender, sosial, budaya, lingkungan, pendidikan dan rupa-rupa isu lainnya.

Saat ini tercatat anggota Forum PRB sebanyak 146 orang berasal dari organisasi pemerintah dan non-pemerintah.

Forum PRB dianggap sebagai sebuah ‘rumah besar’ yang di dalamnya berdiam para pegiat yang peduli pada kesiapsiagaan bencana. Di bawah atap rumah besar ini, banyak pihak dari berbagai sektor bekerja untuk isu-isu yang jadi fokus konsentrasi advokasi mereka. (*)

Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved