Anies Baswedan
Bukan Hanya Surya Tjandra, Mantan Staf Ahok Sunny Tanuwidjaja Juga Dukung Anies Jadi Capres 2024
Seperti Surya Tjandra, kader PSI, yang terang-terangan menyatakan dukungan pada figur Anies Baswedan menjadi calon presiden 2024.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Gonjang-ganjing soal Calon Presiden 2024 tidak sebatas urusan partai politik ( Parpol).
Pribadi-pribadi pun kini mulai menyatakan dukungannya, bahkan sampai bertentangan dengan Parpol di mana dia menjadi anggotanya.
Seperti yang dilakukan Surya Tjandra, kader Partai Solidaritas Indonesia ( PSI), yang terang-terangan menyatakan dukungan pada figur Anies Baswedan menjadi calon presiden 2024.
Padahal jauh sebelumnya pimpinan PSI sudah menyatakan dengan lugas bahwa partai itu tidak akan mendukung Anies Baswedan menjadi capres.
Surya Tjandra yang diketahui pernah menjabat Wakil Menteri (Wamen) Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) ternyata bukan orang pertama dari PSI yang secara pribadi mendukung Anies Baswedan.
Seperti diberitakan Kompas.com, Sunny Tanuwidjaja, telah lebih dulu menyatakan dukungannya ke Anies Baswedan.
Baca juga: Diam-Diam Presiden Jokowi Dukung Anies Baswedan Jadi Capres 2024, Gestur Politik Tampak di Formula E
Saat itu, Sunny, yang juga mantan staf Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), memilih mengundurkan diri dari posisinya sebagai Sekretaris Dewan Pembina PSI lantaran mendukung Anies.
PSI pun menyebut Sunny gentleman lantaran berani mengundurkan diri.
Adapun PSI sendiri telah menyatakan tidak akan pernah mendukung Anies Baswedan untuk Pilpres 2024.
Dukungan Surya untuk Anies
Surya Tjandra menyatakan, dirinya mendukung Anies Baswedan untuk maju sebagai capres pada Pemilu 2024.

Surya menilai Anies cocok menjadi presiden berdasarkan pengalamannya selama ini.
"Kalau dari calon yang muncul namanya sejauh ini yang udah ada, saya merasa memang beliau (Anies) yang paling cocok, yang bisa melakukan apa yang bisa dikerjakan dari pengalaman saya lihat selama jadi wamen di Jakarta," ujar Surya Tjandra saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/7/2022).
Surya mengungkapkan, selama menjadi Wamen ATR/BPN, dirinya sudah berkeliling ke 32 provinsi dan 132 kabupaten/kota.
Dalam kunjungannya itu, dia selalu bertemu dengan gubernur ataupun kepala daerah di tempatnya masing-masing.
"Memang, untuk urusan agraria dan tata ruang, Pak Anies menonjol," tuturnya.
Anies dinilai bisa jadi Presiden yang baik
Surya menilai, Anies bisa menjadi presiden yang baik apabila terpilih.
Hal itulah yang mendasari dirinya menyatakan dukungannya terhadap Anies.
"Saya merasa dia bisa didukung dan bisa jadi presiden yang baik kalau nanti kepilih," ujar Surya.
Ia bahkan menyatakan bersedia masuk ke dalam tim pemenangan Anies. Sebab, menurutnya, Anies membutuhkan tim yang kuat untuk maju sebagai capres 2024.
Baca juga: Ganjar Pranowo Jangan Berharap Jadi Calon Presiden, Elit PDIP Lebih Menginginkan Sosok Puan Maharani
Dia meyakini Anies bisa melanjutkan pembangunan yang sedang dikerjakan pemerintahan saat ini.
PSI merespons pernyataan kadernya, Surya Tjandra, yang mendeklarasikan dirinya mendukung Anies Baswedan maju menjadi capres.
Juru Bicara PSI Ariyo Bimmo menyebut Surya Tjandra sebagai sahabat PSI.
"Bro Surtjan (Surya Tjandra) ini adalah sahabat kami," ujar Ariyo saat dimintai konfirmasi Kompas.com, Kamis 28 Juli 2022.
Ariyo menjelaskan, Surya Tjandra adalah salah satu kader yang mengerti nilai-nilai yang diperjuangkan oleh PSI.
Hanya, Ariyo enggan berkomentar lebih jauh perihal dukungan Surya ke Anies itu.
"Kita tunggu saja perkembangan berikutnya," ucapnya.
PSI tak akan dukung Anies PSI menegaskan, tidak akan mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden pada Pilpres 2024.
“Menyangkut hal ini, sudah sangat jelas bahwa PSI tidak akan mendukung Mas Anies di Pilpres 2024,” ujar Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie dalam keterangan tertulis, Minggu 19 Juni 2022.
Grace kemudian mengungkit isu intoleransi dan korupsi. Selama Anies duduk di tampuk kepemimpinan Ibu Kota, PSI memang lantang mengkritik Anies dalam dua hal tersebut, terkait isu SARA dalam Pilgub DKI 2017 dan hajatan Formula E yang dianggap memiliki masalah terkait anggaran.
“Kami memeluk teguh prinsip anti-intoleransi dan antikorupsi. Maka, tak mungkin kami mendukung kandidat yang bermasalah dalam dua atau salah satu prinsip tersebut,” kata Grace.
“Prinsip harus ditegakkan dengan sebaik-baiknya. PSI menolak untuk bersikap pragmatis dan oportunis,” lanjutnya.
Di samping itu, Grace mengeklaim bahwa hasil penjaringan ke akar rumput PSI, Anies tidak masuk dalam nominasi nama-nama “yang layak menjadi penerus Jokowi”.
“Sembilan nama hasil penjaringan teman-teman PSI di daerah itulah yang masuk dalam Rembuk Rakyat PSI. Nama Mas Anies tidak ada di sana,” tuturnya.
Kiprah Sunny Tanuwidjaja
Siapa Sunny Tanuwidjaja yang keluar dari PSI ini? Dia pernah menjadi orang terdekat mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ia merupakan salah satu pendiri PSI dan juga menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pembina PSI.
Kemudian, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie menyebut Sunny Tanuwidjaja sudah keluar dari PSI sejak setahun yang lalu dan posisinya saat ini digantikan oleh Raja Juli Antoni.
Di kehidupan pribadinya, Sunny Tanuwidjaja adalah sepupu menantu Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas Group, ayah Franky Wijaya.
Sunny Tanuwidjaja juga ternyata dekat dengan taipan minyak kelapa dan ekspor kayu Peter Sondakh, bos PT Sinar Mas Franky Wijaya, dan bos Lippo Mochtar Riady.
Sunny Tanuwidjaja Mundur dari PSI demi Dukung Anies
Dikutip dari Tribunnews, Grace Natalie sebelumnya membenarkan, alasan Sunny mundur dari PSI adalah karena berbalik arah mendukung Anies Baswedan.
Sementara, Grace menilai, PSI selama ini tidak pernah mendukung semua kebijakan Anies karena rekam jejaknya yang bertentangan dengan PSI.
"Karena yang bersangkutan (Anies) memiliki rekam jejak terlibat dalam politik identitas yang sangat bertentangan dengan DNA PSI," kata dia.
Kendati demikian, Grace menyampaikan Sunny merupakan sosok yang gentleman karena berani mengakui jika saat ini beralih mendukung Anies.
Baca juga: Hasan Nasbi: Kalau Tak Ditunjuk Bu Mega, Ganjar Pranowo Sebaiknya Dukung Saja Figur dari PDIP
"Dan untuk itu beliau mengundurkan diri. Beliau tahu persis sikap PSI terhadap Anies sangat clear tidak akan mentoleransi politik identitas yang dimainkan Anies untuk meraih kekuasaan," tandas dia.
Sementara, Grace menegaskan, PSI sampai saat ini masih menjadi opisisi bagi Anies sejak era Ahok dikalahkan oleh Anies pada Pilkada 2017 lalu.
Mantan Staf Ahli Politik Ahok sejak 2010
Rupanya, Sunny pernah menjadi salah satu orang terdekat Ahok sejak 2010.
Kala itu, kedekatan keduanya terjalin saat Ahok yang masih menjadi anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi Golkar itu datang ke Amerika pada 2009 untuk memenuhi undangan salah satu perkumpulan orang Indonesia di sana.
Sunny rupanya menjadi salah satu anggota perkumpulan itu dan saat di negeri Paman Sam itu, Ahok mengakui keinginannya untuk menjadi Gubernur DKI.
"Dia itu diutus oleh organisasi orang Indonesia yang suka membuat acara di Never Day."
"Tahun 2009 dia minta saya ke Amerika, waktu itu saya nolak karena enggak bisa. Akhirnya 2010 saya berangkat," kata Ahok di Balai Kota, Senin 11 Mei 2016, dikutip dari Kompas.com.
Sunny pun mendukung penuh keinginan Ahok dan rekan-rekannya di perkumpulan itu hingga Sunny memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mendampinginya.
Adapun, posisi Sunny di AS kala itu sebagai mahasiswa S3 di Northern Illinois University.
Juga, tercatat sebagai salah satu peneliti di Central for Strategic and International Studies (CSIS).
Ahok Sebut Analisa Politik Sunny Baik
Ahok mengakui kemampuan analisa politik Sunny yang cukup baik.
Keduanya pun menjadi dekat karena kerap bertukar pandangan terkait kejadian-kejadian politik yang sedang ramai.
"Sunny saat itu kerja di CSIS bidang politik. Suka mengkaji buku, kami banyak bicara. Jadi teman ngobrol. istilahnya jadi orang bertukar pikiran, perlu analisa, ada berita, memberikan pandangan-pandangan politik," kata Ahok.
Namun, meski pernah diakui menjadi staf, Ahok tidak pernah menggajinya dan Sunny bekerja sendiri dengan perusahaan lain.
"Saya juga senanglah dia bisa bicara soal politik, memang dia sekolah itu. Terus ikut sampai saya jadi wagub."
"Makanya saya bilang mau dinamai staf khusus susah juga, karena saya gaji dia juga enggak. Dia kerja sama perusahaan lain," ujar Ahok.
Sunny juga pernah mengakui kedekatannya dengan Ahok.
Meskipun menjadi staf ahli Ahok di bidang politik, Sunny mengaku tidak dibayar sementara staf lain yang digaji menerima honor setiap bulan antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta.
Baca juga: Anies Baswedan Dipuji Karena Perkembangan Transportasi Umum Makin Maju di DKI Jakarta
Berstatus sebagai staf ahli politik Ahok, Sunny dan staf lain rupanya tidak dilantik secara resmi karena aturan Gubernur DKI Jakarta yang tidak membolehkan melantik staf ahli.
"Saya menjadi staf Pak Basuki sejak 2012 saat menjadi Wakil Gubernur. Saya juga tidak digaji," kata Sunny saat menjawab pertanyaan hakim di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Senin 25 Juli 2016.
Sunny Terseret Kasus Reklamasi
Sunny pernah terseret dalam kasus korupsi penyusunan Raperda Reklamasi dengan terdakwa eks anggota DPRD DKI M Sanusi dan mantan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Ariesman Widjaja pada 2016.
Sunny diduga sebagai penghubung antara para pengembang yang terlibat dalam reklamasi pantai utara Jakarta dengan Ahok.
Namun, Sunny pun menjawab pertemuan yang dilakukan Ahok tidak hanya dengan pengembang, tetapi juga dengan semua warga.
"Bukan cuma pengembang, kan biasanya Pak Ahok bisa ketemu mereka sendiri, kadang minta bantu saya jadwalkan," ujar Sunny saat ditemui di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (13/4/2016).
Selain itu, Sunny pernah juga disebut melakukan komunikasi intens dengan pengembang dan DPRD DKI terkait reklamasi pantai utara Jakarta tetapi membantahnya.
"Pertama kalau lihat pembahasan raperda yang dilakukan sejak 2014 ya, pembicaraan dua kali saya dengan Pak Sanusi sih saya kira enggak bisa dikategorikan intens," ujar Sunny saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta, Senin (5/9/2016).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com/tribunnews.com
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS