Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 28 Juli 2022, Perumpamaan tentang Pukat dan Ikan

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Perumpamaan tentang Pukat dan Ikan.

Editor: Agustinus Sape
YOUTUBE/SUARA PAGI RENUNGAN HARIAN KATOLIK
RENUNGAN - RP. John Lewar SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Kamis 28 Juli 2022 dengan judul Perumpamaan tentang Pukat dan Ikan. 

Pukat yang dibentangkan menjadi lambang Allah yang merentangkan tangan menyambut kedatangan semua orang.

Itulah gambaran situasi pada akhir zaman, di mana pada saat itu semua orang akhirnya akan dikumpulkan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 26 Juli 2022, Terima Kasih Papa dan Mama

Mau tidak mau, suka dan tidak suka, kita akhirnya akan masuk ke dalam masa akhir zaman tersebut.

Kita semua yang hidup di muka bumi ini akan dikumpulkan, lalu para Malaikat Allah akan memilah-milah, memisahkan mana orang baik dan orang yang tidak baik.

Pada saat itu kita akan diadili berdasarkan perbuatan-perbuatan kita. Perbuatan baik akan menuntun kita masuk ke dalam Kerajaan Surga, sedangkan perbuatan jahat akan menjauhkan kita dari berkat
Tuhan, akan dibuang ke dalam api yakni neraka..

Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.

Kalau kita disuruh untuk memilih antara surga dan neraka, tentu kita akan lebih memilih untuk masuk ke dalam surga. Kita tentunya lebih memilih menjadi orang baik daripada orang jahat.

Namun, sudahkah perbuatan kita sehari-hari selaras dengan semangat dan pilihan tersebut?

Marilah kita membuka diri pada firman dan sapaan dari Tuhan. Berikanlah diri kita kepada-Nya supaya Ia membentuk kita menjadi bejana yang baik.

Nabi Yeremia mengatakan, kita seperti tanah liat di tangan tukang periuk.

Ketika dibentuk tukang periuk, ada periuk yang jadinya baik dan ada yang rusak.

Yang rusak perlu diperbaiki dan dibentuk lagi. Demikian juga kita.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 25 Juli 2022, Iman dan Kerendahan Hati

Ketika Tuhan membentuk kita, ada yang mau ikut kehendak Tuhan dan ada pula yang tidak.

Kebanyakan kita tidak mau ikut penuh 100 persen kehendak Tuhan. Maka kita ibarat periuk rusak.

Untuk itu kita perlu pertolongan Tuhan terus-menerus agar membentuk hidup kita. Kita memperoleh kebahagiaan, sebab kita tahu Tuhan mau bersabar dan menolong kita terus.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved