Berita Sumba Barat Daya
Hadiri Sidang Sinode GKS Ke-43, Gus Aan Anshori Tokoh JIAD Memilih Tinggal Bersama Jemaat GKS
Gus Aan Anshori adalah salah satu tokoh muda Nahdlatul Ulama dari Jombang dan juga adalah seorang dosen di Universitas Ciputra Surabaya
Penulis: Petrus Piter | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Petrus Piter
POS-KUPANG.COM, TAMBOLAKA - Gus Aan Anshori adalah salah satu tokoh muda Nahdlatul Ulama dari Jombang dan juga adalah seorang dosen di Universitas Ciputra Surabaya serta Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi JIAD .
Gus Aan Anshori menghadiri undangan panitia sebagai salah satu nara sumber pada acara Sidang Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) ke-43 se-Sumba yang berlangsung di GKS Waimangura, Sumba Barat Daya tanggal 20-26 Juli 2022.
Kepada wartawan sesaat setelah selesai menghadiri acara pembukaan Sidang Sinode GKS ke-43 se-Sumba di halaman GKS Waimangura, Sumba Barat Daya, Rabu 20 Juli 2022 siang, ia mengaku senang bisa ikut mengambil bagian dalam sidang sinode GKS ke-43 di tanah Sumba tercinta ini. Bagi Gus Aan Anshori, kehadiran dalam sidang sinode GKS ini adalah ingin belajar tentang kekristenan dengan perspektif baru.
Ia juga menolak menginap di hotel atau rumah pribadi sesama muslim dan memilih tinggal bersama seorang jemaat kristen Sumba di Waimangura, Sumba Barat Daya. Memilih tinggal bersama Jemaat GKS Waimangura karena ingin merasakan kehangatan tinggal bersama jemaat kristen.
Baca juga: Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat Resmi Buka Sidang Sinode GKS Ke-43 Se-Sumba
"Saya ingin rasakan hidup apa adanya, tanpa merubah suasana kehidupan jemaat kristen sesungguhnya karena kehadiran saya. Tetapi hidup bersama berjalan apa adanya seperti biasa sehari-hari dan tidak diseting-seting. Dan itu, saya rasakan sungguh luar biasa. Itu hanya terjadi di Sumba, NTT. Hidup toleransi di Sumba khususnya dan NTT umumnya adalah sangat luar biasa. Hal yang baik ini akan saya bawa ke Jawa dan hendaknya direproduksi secara nasional demi kebhinekaan NKRI tentang betapa indahnya hidup toleransi di Sumba khususnya dan NTT umumnya," ucapnya penuh semangat.
Disini tidak ditemukan kekristenan radikal seperti yang dibicarakan selama ini. Ia menganjurkan agar warga Indonesia khususnya umat muslim dapat belajar tentang toleransi di NTT.
" Saya pikir umat muslim harus bisa memegang nilai positif ini bahkan harus merangkul orang di luar Islam demi menjaga kebhinekaan dan bukan untuk mengislamisasi," ujarnya.
Menurutnya, kehidupan masyarakat Sumba khususnya dan NTT umumnya sebagaimana berlangsung selama ini adalah salah satu contoh konkret merawat kehidupan kebhinekaan Indonesia. Hal positip ini hendaknya direkonstruksi di seluruh Indonesia demi kesatuan NKRI tercinta ini.*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS
Gus Aan Anshori di halaman GKS Waimangura, Sumba Barat Daya, NTT
