Berita NTT Hari Ini
Bidan Asal NTT Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kemitraan Australia-NTT
TMT sendiri merupakan komunitas non-profit sehingga fasilitas yang digunakan adalah swadaya anggota TMT, komunikasi rutin secara daring
Penulis: Ray Rebon | Editor: Rosalina Woso

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Ditengah kondisi beban pelayanan Kesehatan ibu dan anak yang tinggi dalam masa pandemi ini, sekelompok kecil Bidan di NTT melakukan kerjasama dengan Praktisi dan Akademisi Bidan dari Australia.
Sekelompok bidan NTT yang dikoordinatori oleh bidan Arijanti, oleh Inisiasi Adjuct Professor Helen Hall yang bekerja di Federation University berkesempatan menjalin kemitraan Bilateral dengan Praktisi dan akademisi bidan dari Australia untuk saling mendukung dalam membangun dan memperkuat peran bidan dalam pelayanan kesehatan Ibu dan Anak.
Kelompok Kemitraan tersebut dikenal dengan The Midwife Tribe yang telah terbentuk sejak Augustus 2020.
Baca juga: Hadir Saat Musyawarah IBI Cabang Wolomarang, Alfonsius Bangga Memiliki Istri Seorang Bidan
Arijanti S. Ulnang, saat ini berprofesi sebagai Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Citra Bangsa, mengatakan, The Midwife Tribe (TMT), beranggotakan 10 orang bidan terdiri dari 5 orang bidan Australia yang berasal dari negara bagian yang berbeda dan 5 orang bidan dari NTT yang bertugas di Kupang, Malaka, dan Alor.
Facilitator The Midwife Tribe di Indonesia adalah Arijanti S. Ulnang yang saat ini bekerja pada Program studi Kebidanan Fakultas kesehatan Universitas Citra Bangsa, merupakan Bidan yang menamatkan Pendidikan Master of Health Services Management pada Monash University-Australia.
Dikatakan pembentukan TMT diawali perkenalan singkat Arijanti dengan Founder TMT pada program s1 kebidanan Monash University saat itu.
Kemitraan dalam The Midwife Tribe selain bertujuan membina kerjasama juga bertujuan mendukung pengembangan profesi melalui pengembangan keterampilan dan pengetahuan dalam evidence based practise kebidanan.
Dasar pemikirannya bahwa bidan di NTT memiliki keterampilan klinik yang mempuni meskipun berada dalam kondisi keterbatasan fasilitas dan sumber daya pendukung lainnya dibandingkan dengan keberadaan fasilitas di negara maju.
Baca juga: Fakultas Kesehatan UCB Penuhi Standar, Siap Terima MahasiswaS1 dan Profesi Bidan
TMT sendiri merupakan komunitas non-profit sehingga fasilitas yang digunakan adalah swadaya anggota TMT, komunikasi rutin yang diselenggarakan secara daring didanai oleh founder (Hellen Hall).
Selama hampir dua tahun hubungan kemitraan antara bidan ini telah melahirkan beberapa kegiatan antara lain Pembagian masker kain pada awal pandemic atas sumbangan Helen Hall, Pembuatan syllabus mata Kuliah Kebidanan oleh Arijanti dimentori oleh A/Prof Helen seminar terbatas tentang pelayanan maternitas di Australia oleh Tina Bedford
Ada juga pembuatan video Role Play edukasi tentang kehamilan berkebutuhan kompleks oleh Mahasiswa bidan UCB dikoordinir oleh Yohana Ladjar dan Deb Pattrick.
Dia mengaku, selain itu diselenggarakan juga diskusi tentang Mitos dan kebiasaan selama kehamilan, Persalinan dan nifas yang terjadi di kedua negara oleh semua anggota TMT, termasuk Gusman Lalangpuling,Jan Janes, Tina Bedford, Agnes Hermanus, Susan Holland, Mery Klau, Jan Janes, Rosalin Giri, Janet Caufield.
Baca juga: Bantu Atasi Stunting di NTT, Tanoto Foundation Latih Para Bidan
"Selain muatan kebidanan dalam TMT juga terlaksana perkenalan budaya pada selebrasi akhir tahun dengan memperkenalkan keragaman pakaian adat dan tenun Ikat NTT," jelasnya.
Arijanti S. Ulnang mengatakan, Bidan NTT yang bergabung dalam kemitraan ini mendapatkan manfaat besar antara lain pengembangan kepercayaan diri sebagai bidan dengan berpartner dengan sejawat dari Australia, wawasan yang lebih luas tentang pelayanan kebidanan di negara maju
Ada juga evidence based practise kebidanan terkini, mengenal etika budaya dalam interaksi dengan negara lain, juga mendapat dukungan secara mental dalam menjelaskan profesi bidan selama masa pandemi Covid 19.
Selain itu secara tidak langsung anggota TMT NTT juga mengasah keterampilan berbahasa Inggris dalam setiap pertemuan online.
"Selama pelaksanaan program TMT tahap pertama berlangsung, banyak hambatan yang ditemui antara lain, kesulitan Bahasa, gangguan koneksi internet dan gangguan teknis lainnya namun hambatan tersebut dapat diatasi dengan berbagai upaya," katanya.
Arijanti S. Ulnang mentatakan, pada akhir program TMT tahap pertama ini telah dihasilkan pula video kompilasi promosi pengenalan profesi bidan yang dibuat oleh anggota TMT dan didistribusi melalui media sosial, video ini bertujuan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap profesi bidan.
Saat Ini TMT, kata Arijanti S. Ulnang, telah berkembang dengan dimulainya pelaksanaan tahapan ke dua. Diharapkan komunitas kecil TMT yang terbentuk ini dapat memberi sumbangsih yang walaupun kecil dapat memberi warna baru pada profesi kebidanan di NTT yang tentu saja berkontribusi dalam pembangunan profesi kebidanan di Indonesia.
Menurut Perempuan NTT ini, yang saat ini bekerja sebagai dosen di Prodi kebidanan Universitas Citra Bangsa kemudian mengajak lulusan sekolah menengah atas untuk bergabung dalam Pendidikan kebidanan dengan mendaftar pada prodi kebidanan UCB yang tahun ini akan membuka prodi S1 Kebidanan.(*)