Tumpahan Minyak Montara
Jadestone Tutup Ladang Montara Setelah Tumpahan Minyak ke Laut Timor
Jadestone Energy telah menghentikan produksi dari ladang Montara di lepas pantai Australia menyusul tumpahan minyak ke Laut Timor.
Jika Montara dimulai kembali tepat waktu, Jadestone memperkirakan produksi tahun 2022 akan berada di ujung bawah kisaran panduan yang diumumkan sebelumnya yaitu 15.500 - 18.500 boe/d.
"Meskipun kami sangat menyesali peristiwa ini, tindakan segera dan tegas oleh tim Jadestone membatasi jumlah minyak yang dilepaskan dan membuat fasilitas aman, dan saya memuji kerja kru lepas pantai dan staf operasional darat atas respons cepat mereka dalam mengelola insiden ini.
“Integritas fasilitas kami adalah inti dari strategi kami dan tangki minyak ini akan diperiksa dalam beberapa minggu ke depan sebagai bagian dari siklus pemeliharaan lima tahunan kami, yang akan menjadi langkah kunci terakhir dalam inspeksi dan perbaikan yang signifikan rencana yang telah berjalan di Montara Venture sejak kami mengambil alih operator pada tahun 2019.
“Ini sangat membuat frustrasi karena peristiwa ini terjadi di dekat kegiatan inspeksi dan perbaikan yang direncanakan, tetapi investasi kami di fasilitas hingga saat ini membuahkan hasil, dengan waktu operasional fasilitas sekarang lebih dari 90 persen dan dengan peningkatan lebih lanjut dalam tahap perencanaan,” kata Paul Blakeley, Presiden dan CEO Jadestone.
Desakan dari Yayasan Peduli Timor Barat
Menanggapai kasus kebocoran kembali minyak dari ladang Montara ini Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni mendesak penghentian produksi minyak perusahaan tersebut.
Untuk itu, YPTB mendesak Presiden Jokowi menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) terkait tumpahan minyak yang berasal dari ladang Minyak Montara di Laut Timor sejak 19 Juni 2022.
“Dengan hormat, bapak dan ibu pejabat pemerintah di Jakata untuk mau membuka telinga dan mata untuk melaksanakan hal ini secara benar dan jujur demi keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Tanoni.
Ferdi Tanoni khawatir tumpahan minyaknya akan mengalir sampai ke perairan Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Volume minyaknya diperkirakan sekitar 3.000 hingga 5.000 liter yang terus mengalir sejak Minggu 19 Juni kemarin dan dikhawatirkan akan terus mengalir dan merusak perairan di NTT," katanya saat menghubungi ANTARA di Kupang, Senin 20 Juni 2022.
Ferdi mengatakan kejadian itu merupakan yang kedua kalinya di lokasi yang sama, namun tidak sebesar atau terkait dengan bencana bersejarah pada tahun 2009 ketika ledakan sumur menumpahkan ribuan barel minyak mentah hingga Laut Timor.
Ia mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang dia peroleh para pekerja melihat minyak mengambang di permukaan air dan sehingga perusahaan Jadestone Energy dari Singapura yang kini mengelola ladang minyak itu segera menghentikan pengoperasian.
Sebelumnya ladang minyak itu sempat dikelola oleh perusahaan asal Thailand, PTT Exploration and Production (PTTEP).
Namun pada Agustus terbakar sehingga ribuan barel minyak tumpah dan mengalir ke wilayah NTT dan merusak mata pencaharian para nelayan serta petani rumput laut.
Kali ini, ujar Ferdi, kembali terjadi sehingga dia mengkhawatirkan akan menjadi ancaman baru lagi bagi masyarakat di NTT khususnya di pulau Timor, Rote, Sabu dan beberapa daerah lain yang berdekatan dengan perairan bagian barat Australia.