Berita Lembata
Di Lembata Ada Tiga Gunung Api Baru di Bawah Laut, Ini Penjelasannya
Di Lembata Ada Tiga Gunung Api Baru di Bawah Laut, Ini Penjelasannya Di tengah kecemasan warga atas meningkatnya aktivitas gunung Ili Lewotolo
Di Lembata Ada Tiga Gunung Api Baru di Bawah Laut, Ini Penjelasannya
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Di tengah kecemasan warga atas meningkatnya aktivitas gunung Ili Lewotolok yang berada diantara wilayah Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur, informasi terbaru 3 gunung api bawah laut yang teridentifikasi menjadi potensi ancaman baru bagi warga di pesisir utara Lembata.
Hal tersebut disampaikan pihak BPBD Lembata dalam laporannya saat pembukaan kegiatan konsultasi publik penyusunan rencana kontingensi gunung Ili Lewotolok, Jumat, 17 Juni 2022 bertempat di aula Kopdit Ankara. yang dihadiri perwakilan DPRD, Camat asal 4 wilayah, para Kepala Desa seputaran Ili Lewotolok, bersama para Lurah/Kades tujuan evakuasi warga terdampak (Sister Village).
Menurut BPBD Lembata, 3 gunung api bawah laut ini yakni Ibu Komba, Abang Komba dan Baruna Komba.
Kepada awak media di lokasi kegiatan, Kalak BPBD Lembata, Siprianus Meru, mengatakan gunung baru itu baru teridentifikasi namun penjelasan resmi masih menunggu dari pihak berwenang.
"Informasinya seperti itu, hanya sampai dengan sekarang juga kita belum tahu pasti. Informasi ini dari pihak-pihak tertentu, namun kita perlu dapatkan informasi resmi dari PVMBG. Sampai dengan sekarang kita belum dapat informasi resminya," tambahnya.
Baca juga: Susun Renkon Erupsi Ile Lewotolok, Pemda Lembata dan Plan Indonesia Kumpulkan Lewo Kaka Arin
“Itu masih dalam identifikasi, kalau sudah ada informasi resmi dari atas akan kami sampaikan ke masyarakat," kata Siprianus.
Dia menyebutkan juga jika informasi 3 gunung api bawah laut tersebut diketahui pihaknya di tahun 2021.
“Kita baru peroleh infonya tahun lalu, dan kita coba konfirmasi ke PPGA, dimana menurut mereka belum ada penyampaian resmi dari atas (PVMBG). Jadi itu masih diidentifikasi apa betul atau tidak nanti penyampaian resminya dari atas," tandasnya.
"Ke depan kita bisa lakukan rencana kontingensi di wilayah gunung api lainnya baik di Batutara maupun Ile Werung, ini menjadi prioritas kita juga,” ujar Siprianus.
Sementara itu Stanislaus Arakian, dari PGA Ili Lewotolok kepada media sampaikan perlu berkoodinasi dengan PVMBG terkait hal ini.
“Ini harus ahli dari vulkanologi (PVMBG) yang bisa menjelaskan kapan itu ditemukan, soalnya kami di pos pengamatan (PGA) belum mengetahui kapan itu terjadi”.
Baca juga: Lembata Pakai Skema Sister Village, Siaga Darurat Erupsi Ile Lewotolok
“Untuk sementara, dari kami harus berkoordinasi kembali dengan Vulkanologi" ujarnya.
Arakian juga menjelaskan lanjut perkembangan Ili Lewotolok. Menurutnya selain potensi ancaman bagi desa-desa di wilayah Timur-Timur Laut, potensi guguran material lapuk hasil erupsi di masa silam perlu diantisipasi khusus oleh warga Desa Jontona.
“Material lapuk dengan volumenya kurang lebih 400.000 meter kubik. Kami selalu khawatirkan kalau ada potensi erupsi besar, bisa terjadi guguran atau longsoran dan itu bisa menimbulkan awan panas juga”.
“Kami lebih khawatirkan longsornya (mengarah) ke desa Jontona, karena berhadapan langsung dengan arah bukaan kawah,” ujarnya.
Kegiatan konsultasi publik yang diinisiasi Yayasan PLAN Internasional Indonesia PIA Lembata ini merupakan rangkain dari penyusunan rencana kontingensi Ili Lewotolok tahun 2022-2025, dimana Plan sendiri menargetkan akhir Juni ini dokumen Renkon yang dikerjakan sudah final untuk selanjutnya digelar sosialisasi dan simulasi. (*)
