Berita Manggarai Timur Hari Ini
Petani Minta Excavator Untuk Gali Material Bangun Manual Bendung Wae Laku Hilir di Matim
membuka mata untuk membangun kembali bendung yang telah ambruk dihantam banjir bandang Wae Laku pada bulan Januari 2022 lalu.
Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo
POS-KUPANG.COM, BORONG - Bendungan Wae Laku Hilir di Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur rusak dihantam banjir bandang di sungai Wae Laku.
Jebolnya bendungan itu pada bulan Januari 2022 atau sudah berlangsung enam bulan lamanya dan belum diperbaiki.
Akibatnya puluhan petani dari Desa Golo Kantar, Desa Nanga Lanang dan Desa Compang Ndejing pemilik lahan sawah menderita.
Aloysius Sani (54), seorang petani setempat, kepada POS-KUPANG.COM, Jumat 17 Juni 2022, mengatakan sejak bulan Januari 2022 lalu bendungan tersebut jebol akibat dihantam banjir sungai Wae Laku.
Baca juga: Resmi Hadir di Ende, Pengurus MPC Pemuda Pancasila Segera Safari dan Konsolidasi Internal
Dampak bendungan yang rusak itu lahan persawahan Mbocok, Panganjai, Senggok,, Lu'ang Sita, Mongkol, Melabom, Gurung, bahakan sebagian persawahan di Toka kering tak bisa diairi.
Aloysius mengatakan, luas area persawahan di sejumlah titik itu bisa mencapai 60 lebih hektar dengan pemiliknya mencapai puluhan petani.
Karena tidak ada air yang mengairi persawahan itu, kata Aloysius, mereka tidak bisa tidak bisa menanam padi. "Sudah 6 bulan ini kami cukup menderita karena kami tidak bisa tanam padi sawah," ujarnya.
Dikatakan Aloysius, padahal padi sawah itu menjadi sumber hidup bagi keluarganya. Lahan sawahnya bisa menghasilkan padi 600-800 kilogram (Kg).
"Saya hanya mengharapkan kerja sawah ini saja untuk kebutuhan hidup kami. Ini sawah sudah tidak bisa kerja jadi keluarga saya cukup menderita, saya terpaksa butuh harian untuk bisa penuhi kebutuhan hidup kami termasuk biaya sekolah anak,"ungkapnya.
Baca juga: Menyongsong HUT Bhayangkara ke 76, Polres Belu Gelar Vaksinasi Massal
Aloysius juga meminta kepada Pemerintah Daerah untuk bisa membangun lagi bendungan yang rusak itu, agar mereka bisa kembali menanam padi.
"Harapan kami semoga bapak pemerintah bisa perhatikan keluhan kami ini. Kami juga rencana secara swadaya bangun lagi bendungan secara manual pakai tumpuk batu dan material lainya biar tahan saja supaya air bisa masuk mengairi persawahan kami," ungkap Aloysius.
Karena itu, kata Aloysius, mereka berharap agar ada bantuan alat berat (excavator) dari Pemerintah Daerah untuk membantu menggaruk material berupa baru dan pasir di lokasi.
"Memang kalau mungkin pembangunan permanen lama terkendala anggaran, kita minta bantuan hanya alat berat (eksa) saja untuk bantu gali batu timbun agar air bisa mengalir ke saluran irigasi. Ini harapan kami pertama,"ungkap Aloysius.
Baca juga: Serahkan SKT Kepada Partai Buruh, Ini Pesan Kaban Kesbangpol Malaka
Laserus Gampul (51) petani lainya juga membenarkan hal itu. Ia mengatakan bendung itu ambruk dihantam banjir pada bulan Januari 2022 lalu. Akibat rusaknya bendung itu, puluhan hektar lahan sawah tidak bisa digarap karena kering tidak ada air.
"Kami tidak bisa kerja karena air tidak ada. Saya punya luas lahan sekitar setengah hektar dengan hasil sekitar setengah ton beras juga sudah enam bulan saya tidak kerja lagi, memang kering total tidak ada air," Ungkapnya.
Laserus juga berharap agar Pemerintah bisa memperhatikan keluhan mereka itu dimana membangun kembali bendung yang ambruk.
"Harapan kami mohon perbaiki lagi. Karena kami sudah menderita selama 6 bulan ini, saya harus kerja harian di orang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup kami dalam keluarga,"ungkapnya.
Baca juga: Pasar PLBN Motamasin Antara Indonesia dan Timor Leste Dibuka
Benediktus Magur (41) petani lainya juga menyampaikan hal yang sama. Ia berharap agar Pemerintah bisa membuka mata untuk membangun kembali bendung yang telah ambruk dihantam banjir bandang Wae Laku pada bulan Januari 2022 lalu.
Sementara itu, pantauan POS-KUPANG.COM, di lokasi terlihat hanya bebatuan dan pasir. Tidak ada lagi material berupa gumpalan campuran semen, semuanya sudah ambruk terbawa arus air, hanya pada bagian tepi sungai terlihat pondasi saluran irigasi yang cukup memperihatinkan dan terancam ambruk.
Lebar kerusakan diperikiran mencapai 15 meter. Di lokasi juga terlibat arus air yang cukup deras dan bebatuan besar, sehingga perlu ada bantuan alat excavator untuk menggali bebatuan untuk menimbun tidak bisa mengharapkan tenaga manusia. (*)