Hari Pancasila

Dari Ende, LaNyalla Gelorakan Indonesia Kembali ke Pancasila

Senator asal Jawa Timur itu optimistis Indonesia akan selamat dan berjaya kembali jika kembali kepada sistem yang digali oleh para Pendiri Bangsa

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/TOMMY MBENU NULANGI
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti saat menyampaikan pidato Simposium Pembumian Pancasila, Senin 30 Mei 2022 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi

POS-KUPANG.COM, ENDE - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengajak Indonesia untuk kembali ke Pancasila. Ajakan itu disampaikan di Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur, saat menyampaikan pidato Simposium Pembumian Pancasila, Senin 30 Mei 2022.

"Mari kita bertekad. Dari Ende kita gelorakan, Indonesia harus kembali kepada Pancasila. Bahwa kami Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan model baru melalui sistem Liberalisme dan Kapitalisme. Sekali layar terkembang, surut kita berpantang," tuturnya.

Senator asal Jawa Timur itu optimistis Indonesia akan selamat dan berjaya kembali jika kembali kepada sistem yang digali oleh para Pendiri Bangsa. Sebaliknya, kita jangan menjadi bangsa yang durhaka kepada para pendiri bangsa.

Menurutnya, konsistensi bangsa dan negara ini dalam menjalankan nilai-nilai Pancasila yang digali Bung Karno di Kota Ende semasa pengasingan Proklamator tersebut patut menjadi pertanyaan.

Padahal kita semua tahu, bahwa Pancasila adalah nilai-nilai luhur yang sesuai dengan watak bangsa Indonesia. Apalagi Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan agama apapun. Bahkan Pancasila menempatkan Ketuhanan sebagai sila pertama.

Baca juga: Ketua DPD RI: Serambi Bung Karno, Bukti Pancasila Wadah yang Utuh

“Pertanyaannya, apakah bangsa dan negara ini masih konsisten menjalankan Pancasila sebagai way of life? Apakah sistem Demokrasi kita dan sistem Ekonomi kita hari ini masih bersumber dari Pancasila? Mari kita jawab dengan jujur dan fakta," katanya.

LaNyalla menjelaskan, permasalahan ini terjadi karena sejak Amandemen Konstitusi tahun 1999 hingga 2002 Indonesia telah mengubah secara total sistem tata negara.

"Amandemen telah mengubah lebih dari 90 persen isi dari Pasal-Pasal di dalam UUD 1945 naskah asli. Dari semula Demokrasi Pancasila dan Ekonomi Pancasila, telah berubah menjadi Demokrasi barat yang liberal dan ekonomi yang kapitalistik," katanya.

LaNyalla menambahkan, dari Amandemen tersebut, kekuasaan yang besar diberikan kepada Partai Politik. Sehingga elemen-elemen Non-Partisan, termasuk unsur Golongan-Golongan sebagai bagian dari pemilik kedaulatan telah kehilangan perannya.

"Akibatnya, sekarang hanya Partai Politik yang menentukan arah perjalanan bangsa. Karena hanya Partai Politik yang bisa mengajukan dan mengusulkan calon presiden yang harus dipilih oleh rakyat," katanya.

Baca juga: Kunjungi Ende, Ketua DPD RI LaNyalla Datangi Rumah Pengasingan Bung Karno

Tidak itu saja, Partai Politik melalui Fraksi di DPR juga yang membentuk Undang-Undang bersama Pemerintah yang hasilnya mengikat seluruh warga negara untuk tunduk dan menjalankan.

Sistem perekonomian nasional juga sudah berubah. Sistem ekonomi Pancasila, yang memisahkan dengan jelas antara Koperasi usaha rakyat, BUMN serta Swasta, dibuah menjadi ekonomi liberal kapitalistik.

"Cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang, perlahan tapi pasti telah dimasuki oleh swasta yang berkolaborasi dengan Asing. Sehingga apa yang kita lihat dan rasakan belakangan ini, semua seperti berjalan suka-suka. Aturan yang tidak sesuai, diganti. Undang-Undang dikebut cepat untuk disahkan, tidak peduli meskipun masyarakat menolak," katanya.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved