Berita Papua

Mahasiswa Papua Barat Memperjuangkan Hak atas Pendidikan di Selandia Baru

Visa kerja yang disponsori harapan terbaik bagi siswa Papua Barat yang putus asa untuk tinggal di Selandia Baru

Editor: Agustinus Sape
WARWICK SMITH/STUFF
Laurens Ikinia, kanan, mengadvokasi sekelompok mahasiswa asal Papua Barat di Indonesia, yang beasiswanya dipotong. Dia digambarkan berbicara dengan mahasiswa Palmerston North UCOL, Roy Towolom. 

Mahasiswa Papua Barat Memperjuangkan Hak atas Pendidikan di Selandia Baru

  • Visa kerja yang disponsori harapan terbaik bagi siswa Papua Barat yang putus asa untuk tinggal di Selandia Baru
  • Kekhawatiran tumbuh untuk kesejahteraan mental mereka
  • 12 siswa telah kembali ke rumah, sekitar 30 yang tersisa

POS-KUPANG.COM - Pelajar dari Papua Barat yang putus asa untuk tinggal di Selandia Baru setelah beasiswa mereka dipotong menggantungkan harapan mereka untuk menemukan majikan untuk mensponsori visa kerja baru.

Sekitar 40 mahasiswa dari provinsi Indonesia telah belajar di berbagai perguruan tinggi di Selandia Baru.

Pada bulan Desember mereka menerima surat dari Pemerintah Provinsi Papua yang menyatakan bahwa tunjangan hidup, biaya perjalanan dan studi mereka dihentikan dan mereka harus kembali ke rumah karena studi mereka tidak sesuai harapan.

Sekitar 12 orang telah kembali ke rumah, tetapi sisanya mengkhawatirkan masa depan mereka.

Pemerintah Provinsi Papua belum menanggapi permintaan komentar.

Laurens Ikinia, seorang mahasiswa Papua Barat yang berbasis di Auckland, mengadvokasi kelompok tersebut.

Dia mengatakan delapan siswa menyelesaikan kursus pertukangan mereka di politeknik Palmerston North UCOL minggu lalu.

Para siswa itu berharap mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang akan mensponsori mereka untuk mendapatkan visa kerja dan memberi mereka pekerjaan.

Ikinia mengatakan ada lebih banyak peluang kerja di Selandia Baru.

“Mereka semua ingin tinggal di Selandia Baru karena, dari latar belakang [Papua Barat] itu, tidak ada kepastian kesempatan kerja di tanah air.

“Setiap dari kami memiliki mimpi itu dan kami datang ke sini, selain belajar, berharap mendapatkan pengalaman dua atau tiga tahun.”

Ikinia mengatakan kesejahteraan mental para siswa yang kehilangan beasiswa menjadi perhatian, dan mereka berjuang untuk hak-hak mereka dalam pendidikan.

“Siswa tidak stabil. Setelah bertemu dengan siswa dan mendengar kabar dari mereka, mereka benar-benar khawatir tentang visa dan biaya hidup karena itu benar-benar membuat mereka stres.”

Beberapa perguruan tinggi telah mendukung siswa yang terkena dampak, termasuk UCOL, yang telah membantu 15 siswa dengan biaya hidup.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved