Berita Nagekeo Hari Ini
Nagekeo Tercatat Daerah Dengan Kasus Asusila Tertinggi, Bupati Don: Predatornya Orang Sekitar
biasanya orang yang berada dekat dengan kita dan akrab dengan korban sehingga korban kekerasan seksual lebih banyak berdiam diri
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi
POS-KUPANG.COM, ENDE - Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do menegaskan bahwa, kabupaten Nagekeo tercatat sebagai kabupaten dengan tingkat kasus asusila atau kasus pelecehan seksual tertinggi yang masuk di Pengadilan Negeri (PN) Bajawa.
Untuk itu, perlu adanya penanganan secara dini dari semua pihak supaya melindungi anak-anak dari perbuatan asusila dan pelecehan seksual tersebut.
"Sekarang di Nagekeo, kasus terbesar moral pelecehan yang masuk ke Pengadilan Negeri Bajawa itu paling tinggi dari Nagakeo. Ini kita punya persoalan. Mari kita lindungi anak-anak kita. Perlu mengunjungi sekolah dan memperkenalkan bahaya, bagaimana anak-anak melindungi, mengenal bagian-bagian tubuhnya yang tidak boleh disentuh oleh orang lain," kata Bupati Don dalam kegiatan pencanangan dan penandatanganan komitmen sekolah atau madrasah sehat tingkat Kabupaten Nagekeo, di Halaman Kantor Bupati Nagekeo, Senin 23 Mei 2022.
Baca juga: Anthony Albanese dan PM Inggris Boris Johnson Membahas Perluasan Aliansi AUKUS
Dijelaskannya, pelaku kekerasan seksual adalah orang-orang berkuasa seperti pejabat dan juga para guru. Dan kalau di rumah tangga maka pelajunya adalah ayah kandung, paman. Semua para pelaku sangat berbahaya karena berada dekat dengan korban.
"Jangan pikir seperti itu tidak berbahaya, itu predator alami. Predator ada disekitar, bukan orang asing tapi pelaku kekerasan biasanya orang yang berada dekat dengan kita dan akrab dengan korban sehingga korban kekerasan seksual lebih banyak berdiam diri dan takut, menarik diri dari pergaulan," ungkapannya.
Ditegaskan Bupati Don bahwa, masalah tersebut harus bisa menjadi perhatian semua pihak yang merasa prihatin dengan masalah ini. Selain itu, harus adanya peningkatan mutu diri dan kualitas dari para pengelola UKS.
Baca juga: BPJS Kesehatan Kedeputian Wilayah Bali, NTT, dan NTB Gelar Sosialisasi Program REHAB
"Dalam institusi sekolah melalui UKS, kemampuan pengelola, Pembina UKS, tidak hanya para guru UKS tapi juga orang kesehatan yang hadir saat ini harus dibekali pengetahuan, pendekatan psikologi supaya bisa mengenal lebih dini kepada anak-anak yang mengalami kekerasan seksual," tegasnya.
Bupati Don menambahkan bahwa praktik intoleransi yang dilakukan oleh para siswa juga merupakan ancaman dalam dunia pendidikan saat ini. Oleh karena itu, tugas semua pihak adalah bagaimana anak-anak sekolah mampu menjaga keutuhan bangsa ini.
"Saya ingin ingatkan kita para orang tua, yang ada anaknya yang masih PAUD, SD ajari perbedaan itu alami, kenapa rumput beda dengan pohon, rambut sama hitam tetapi kelakuan berbeda, agama berbeda, suku budaya dan adat istiadat yang berbeda, dan itu karunia Tuhan," ujarnya.
Baca juga: Model Terbaru Jajang Saat Gabung Tridatu Bali United
Lebih lanjut, jelas Bupati Don, dalam konteks bernegara, kebhinekaan ini menjadi kekayaan, karunia Tuhan yang paling besar sehingga harus terbiasa hidup dalam perbedaan.
"Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah tidak boleh membeda bedakan satu dengan yang lain. Anak harus terbiasa hidup dalam multi kultur, multi agama, dan multi etnik," kata Bupati Don mengakhiri arahan singkatnya. (*)