Berita NTT Hari Ini

Kisah Perjuangan Luther, Membawa Terang ke Pulau Alor

Dirinya juga menjelaskan bahwa sejak tahun 2018, PLN telah berhasil melistriki 44 desa terpencil di Provinsi NTT.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/DOK PLN
Luther Simon Rufus Tubulau saat disambut di alor 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - PLN mengapresiasi dedikasi dan komitmen para petugas lapangan dalam melistriki daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T)

Upaya PT PLN (Persero) meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh Indonesia dilakukan dengan kerja keras, perjuangan dan melibatkan banyak personel lapangan. Terutama, dalam melistriki wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal.

Salah satu daerahnya adalah Alor, Nusa Tenggara Timur.

Alor, merupakan Kabupaten Kepulauan yang memiliki 17 buah pulau kecil di sekitarnya, termasuk daerah dataran tinggi dengan 60 persen wilayahnya berbukit, bergunung, dan memiliki jurang yang cukup terjal.

Akses jalan juga masih banyak yang belum beraspal.

Tidak hanya terpencil, upaya melistriki wilayah ini juga dihadapkan dengan tantangan geografis. Semangat dan komitmen PLN melistriki negeri, dapat tergambar dari upaya para petugas lapangan yang siap menghadapi berbagai tantangan.

Baca juga: Liga Pelajar di Manggarai Momen Mencari Bibit Atlit yang Berpotensi

"Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi PLN untuk melistriki pelosok negeri terkhusus di Alor," ujar Teknisi Konstruksi Listrik Pedesaan PLN, Luther Simon Rufus Tubulau, dalam rilisnya Press Release No. 373.PR/STH.00.01/V/2022, 17 Mei 2022

Akses untuk menuju ke Alor bisa dicapai dengan menggunakan pesawat terbang dari Ibukota NTT yakni Kupang dengan waktu tempuh sekitar 60 menit.

Menuju Alor juga bisa menggunakan kapal penyeberangan yang memakan waktu selama 9 jam perjalanan.

Tugas Luther tidaklah sepele. Dia harus memastikan pekerjaan konstruksi jaringan listrik yang sedang dibangun sesuai standar dan bisa beroperasi dengan baik untuk menyuplai kebutuhan listrik ke depannya.

Baca juga: Ketua PP PMKRI Beni Papa Lantik Ketua PMKRI Ngada Terpilih

Luther menjelaskan, pekerjaannya dimulai dari survei lokasi yang akan dibangun jaringan listrik, menggambar sketsa jaringan listrik, melakukan pematokan dan berkoordinasi dengan stakeholder di lokasi, hingga mengawal pekerjaan pembangunan listrik sampai selesai dan disambung ke pelanggan.

Luther menyadari bahwa ini sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pejuang kelistrikan. Dirinya pun mengaku sempat merasa kesulitan untuk beradaptasi lantaran banyak hal harus dipelajari dalam mengawasi pekerjaan. Faktor utamanya adalah medan yang menantang dan akses yang cukup sulit.

“Terkadang saya juga terpaksa menginap dan tidur di rumah warga setempat karena tidak memungkinkan untuk bekerja bolak-balik mengawasi setiap saat," ucap Luther.

Baca juga: Sambut Hardiknas dan Hari Kebangkitan Nasional, Pemkab Gelar Expo Pendidikan Manggarai Timur 2022

Luther pun mencontohkan tantangan lain dalam melistriki wilayah Alor. Saat itu, sewaktu pekerjaan di daerah kepulauan menggunakan kapal motor, tepatnya di Pulau Treweng berjarak 2 jam perjalanan dari Kota Kalabahi, kapal hampir terbalik karena dampak cuaca yang tidak bersahabat.

"Syukur Tuhan masih sayang saya waktu itu, sehingga masih ada rasa trauma yang membekas jika mengingat kembali kisah itu," kenang Luther.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved