Berita Internasional

Amerika Serikat Sukses Uji Coba Senjata Hipersonik, Lima Kali Kecepatan Suara

Terbaru Angkatan Udara AS mengatakan bahwa senjata respon cepat yang diluncurkan dari udara (ARRW) diluncurkan oleh pembom B-52.

Editor: Alfons Nedabang
US AIR FORCE via SKY NEWS
Angkatan Udara AS mengatakan bahwa senjata hipersonik yang diluncurkan dari udara (ARRW) berhasil diluncurkan oleh pembom B-52 pada Sabtu 14 Mei 2022. 

POS-KUPANG.COM - Amerika Serikat (AS) telah berhasil menguji senjata hipersonik, menurut Angkatan Udara AS. Tes dilakukan pada Sabtu 14 Mei 2022 di Samudra Pasifik di lepas pantai California selatan, tetapi dikonfirmasi pada dini hari Selasa 17 Mei 2022 sebagaimana dilansir Sky News.

Terbaru Angkatan Udara AS mengatakan bahwa senjata respon cepat yang diluncurkan dari udara (ARRW) diluncurkan oleh pembom B-52.

"Setelah pemisahan dari pesawat, booster ARRW menyala dan terbakar selama durasi yang diharapkan, mencapai kecepatan hipersonik lima kali lebih besar dari kecepatan suara," tambah mereka dalam sebuah pernyataan.

Itu terjadi hanya beberapa minggu setelah Inggris, AS dan Australia sepakat untuk bekerja sama dalam persenjataan hipersonik dan anti-hipersonik.

Kesepakatan Australia-Inggris-AS - atau AUKUS - yang diumumkan September lalu awalnya berkonsentrasi pada pengembangan kapal selam nuklir di Pasifik, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas China.

Tetapi fokus telah berkembang sejak invasi Rusia ke Ukraina, yakni untuk memasukkan bidang kerja sama baru seperti senjata hipersonik.

Baca juga: Rusia Tembak Rudal Serangan Berat Pangkalan di Ukraina Barat

Pada Maret, Rusia mengatakan bahwa mereka telah mengerahkan rudal hipersonik "Kinzhal" di Ukraina.

Senjata itu dilaporkan dapat terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, dan tidak dapat dilacak atau dicegat dengan kecepatan itu oleh sistem pertahanan yang ada saat ini.

Peluncurannya berhasil menghancurkan gudang bawah tanah yang menyimpan rudal dan amunisi pesawat di sebelah barat Ukraina, menurut klaim seorang pejabat kementerian pertahanan Rusia.

Analis pertahanan Profesor Michael Clarke mengatakan kepada Sky News pada saat itu bahwa senjata itu dikembangkan "untuk prospek perang apokaliptik antara negara adidaya".

Dia menambahkan: "Anda tidak bisa bertahan melawannya. Anda tidak bisa melihatnya. Anda tidak bisa mempersiapkannya."

AS mengatakan China juga telah menguji senjata hipersonik, meskipun kementerian luar negeri China telah membantahnya.

Korea Utara mengklaim telah menguji senjata hipersonik pada Januari lalu. Awal bulan ini, sebuah komite anggota parlemen memperingatkan bahwa angkatan bersenjata Inggris mungkin tidak memiliki "kemampuan memenangkan pertempuran modern" yang mereka butuhkan untuk tuntutan perang di masa depan.

Komite bersama publik mengatakan invasi Rusia ke Ukraina adalah pengingat dari "risiko dan tanggung jawab" yang datang dengan keanggotaan NATO Inggris.

Meskipun anggaran meningkat 16,5 miliar poundsterling (Rp 300,9 triliun) dalam empat tahun hingga 2024-2025, ia menyatakan frustrasi pada "kepuasan" di dalam Kementerian Pertahanan Inggris atas keterjangkauan rencana peralatannya. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved