Breaking News

Timor Leste

Ambisi Energi Timor Leste Bisa Menjadikannya Guyana Berikutnya

Masalah itu cukup penting dan kontroversial sehingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setuju untuk menggantikan Indonesia dalam perundingan.

Editor: Agustinus Sape
Net
Timor Gap celah timor 

Ambisi Energi Timor Leste Bisa Menjadikannya Guyana Berikutnya

Oleh: David Blackmon

POS-KUPANG.COM - Salah satu sesi yang lebih menarik yang dipresentasikan pada Konferensi Teknologi Lepas Pantai (OTC - Offshore Technology Conference) baru-baru ini di Houston yang berfokus pada negara kecil Timor Leste di Samudra Hindia, menampilkan Presiden dan CEO Timor Gas & Petroleo (TIMOR GAP), E.P. Antonio de Sousa. Sebagai rumah bagi 1,3 juta orang, Timor Leste menempati bagian timur pulau yang dimiliki oleh Timor Barat, yang merupakan bagian dari Indonesia.

Setelah mencapai kemerdekaan nasionalnya dari Indonesia pada tahun 1999, Timor Leste segera terjerat dalam sengketa wilayah yang melibatkan kepemilikan atas apa yang disebut wilayah “Gap”, sebuah wilayah antara pantai selatan dan pantai barat laut Australia (celah Timor, Red).

Masalah itu cukup penting dan kontroversial sehingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setuju untuk menggantikan Indonesia sebagai pihak dalam perundingan.

Salah satu pendorongnya, seperti yang dicatat oleh Antonio de Sousa dalam diskusinya, adalah sebagian besar perairan menggambarkan Greater Sunrise Field, area dengan potensi gas alam tinggi yang awalnya ditemukan pada tahun 1974.

Lulusan Universitas Sains dan Teknologi Norwegia tahun 2007, Antonio de Sousa memiliki keistimewaan sebagai orang pertama dalam sejarah Timor Leste yang memperoleh gelar master di bidang teknik reservoir minyak bumi.

Dia mengambil perannya di TIMOR GAP pada saat yang genting pada pertengahan 2020, ketika pemerintah nasional mengadakan negosiasi tentang Kerangka Hukum Rezim Khusus Greater Sunrise antara pemerintah Timor Leste dan Australia.

Hasil dari negosiasi ini adalah pembentukan usaha patungan yang akan mengatur pengembangan sumber daya Greater Sunrise Field, yang saat ini diperkirakan memiliki cadangan yang dapat dipulihkan sebesar 5,1 Triliun Kaki Kubik (TCF - Trillion Cubic Feet) gas alam dan 226 juta barel kondensat.

TIMOR GAP memiliki 56,56 persen saham dalam usaha patungan tersebut, dengan Woodside Energy yang berbasis di Australia memiliki 33,44 persen dan bertindak sebagai operator. Sisanya 10 persen dimiliki oleh Osaka Gas yang berbasis di Jepang.

Besarnya sumber daya Greater Sunrise Field saja sudah dapat mewakili perubahan paradigma bagi warga Timor Leste mengingat persentase cadangan yang dimiliki oleh pemerintah negara tersebut, yang sebagian berasal dari akuisisi tahun 2018 dari Shell dan ConocoPhillips COP + 0,6 persen.

Dalam sebuah wawancara setelah presentasinya, Antonio de Sousa menyatakan bahwa pemerintah telah menciptakan Dana Abadi Investasi Nasional yang didasarkan pada model yang digunakan oleh Norwegia selama bertahun-tahun terkait dengan pendapatan minyak dan gasnya sendiri yang bersumber dari pengembangan Laut Utara yang besar.

Rencana negara juga jauh melampaui hanya memproduksi dan menjual gas alam dan kondensat. De Sousa merinci rencana TIMOR GAP untuk membuat fasilitas ekspor LNG Timor Leste di darat untuk sebagian gas, serta rencana untuk menggunakan sebagian besar gas yang akan digunakan untuk mengurangi emisi di pembangkit listrik pulau tersebut.

“Saat ini, kami menggunakan bahan bakar berat (yaitu, bahan bakar minyak) di pembangkit listrik kami,” katanya saat diwawancarai.

Situs web perusahaan mencantumkan kapasitas pembangkit gabungan dari tiga pabrik yang terlibat dengan total 272 MWH, dan mengatakan mesin Wartsilla yang digunakan di dalamnya mampu dikonversi untuk menggunakan gas alam.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved