Thomas Cup dan Uber Cup 2022
Begini Perjalanan Bersejarah Piala Thomas hingga Indonesia Rebut Gelar Juara 2020
Inilah perjalanan bersejarah gelaran Piala Thomas, hingga Indonesia sukses menyabet gelar juara Thomas tahun 2020 di Aarhus, Denmark.
POS-KUPANG.COM - Inilah perjalanan bersejarah gelaran Piala Thomas, hingga Indonesia sukses menyabet gelar juara Thomas tahun 2020 di Aarhus, Denmark.
Turnamen bergengsi bulutangkis dunia, Piala Thomas dan Piala Uber 2022 akan digelar mulai akhir pekan ini.
Kota Bangkok, Thailand akan menjadi tuan rumah gelaran Thomas & Uber Cup 2022, yang akan berlangsung pada 8 – 15 Mei 2022.
Piala Thomas dan Uber Cup merupakan turnamen dua tahunan yang digelar di tahun genap dan terpisah dengan turnamen Piala Sudirman yang di gelar di tahun ganjil.
Bagaimana sejarah terlahirnya Piala Thomas dan insiden apa yang terjadi di Istora Senayan?
Perlu diketahui, Piala Thomas adalah kejuaraan bulutangkis dunia untuk nomor beregu pria yang diadakan setiap dua tahun sekali.
Awalnya kejuaraan ini diadakan setiap tiga tahun sekali. Namun semenjak tahun 1982 hingga kini, kejuaraan beregu pria ini diadakan setiap dua tahun sekali.
Baca juga: AS-Jerman Tambah Senjata ke Ukraina, Bantuan untuk Lawan Invansi Rusia
Nama kejuaraan ini berasal dari nama Sir George Alan Thomas, mantan Presiden IBF (Internatonal Badminton Federation).
Alan Thomas juga merupakan mantan pemain bulutangkis Inggris yang menyumbangkan piala tersebut pada tahun 1939.
Piala Thomas adalah kejuaraan tertua yang diadakan oleh IBF (saat ini sudah menjadi BWF).
Kejuaraan ini telah melewati perjalanan panjang dan lika-liku yang sulit saat Perang Dunia II meletus.
Tak lama setelah Sir George Alan Thomas mengusulkan ide untuk kejuaraan tim pria internasional pada tahun 1939, Perang Dunia II pecah.
Namun rencana itu tidak dibatalkan, dan pada tahun 1946, dalam rapat pertama Dewan sejak 1940, kejuaraan beregu putra direncanakan dihelat pada 1948-1949.
Kala itu, negara partisipan dibagi menjadi empat zona, yakni Pan Amerika, Asia (Timur dan Barat), Australasia dan Eropa.
Kompetisi itu akan diadakan sekali dalam tiga tahun, formatnya terdiri dari best-of-nine seri: lima tunggal dan empat ganda.
Di final pertama, Malaysia mengalahkan Denmark 8-1.
Baca juga: Ancor Keuangan, Rusia Harus Rogoh Koceh Rp 390 Triliun per BUlan Biaya Invasi Perang ke Ukraina
Pada waktu itu, Alan Thomas menyerahkan langsung trofi kepada kapten pemenang Lim Chuan Geok.
Piala Thomas berlanjut di tahun 1952 dan 1955 untuk melihat lebih banyak pertempuran terkenal.
Kembali, Malayasia menyapu tiga gelar juara di edisi pertama.
Tetapi pada tahun 1957 Indonesia yang bangkit seperti burung phoenix, menghancurkan semua harapan negara lain, dan berhasil menyabet tiga gelar juara di edisi berikutnya.
Indonesia punya kans untuk mempertahankan gelarnya pada 1967, namun karena riuhnya Istora Senayan Jakarta, Malaysia dianugerahi seri dan menjadi pemenang kala itu.
Itu terjadi saat suasana Istora Senayan makin panas dan penonton terus berapi-api menyanyikan lagu-lagu pembakar semangat seperti Indonesia Raya, Padamu Negeri, hingga Rayuan Pulau Kelapa.
Kondisi itulah yang memicu honorary referee (wasit kehormatan), Herbert Scheele asal Inggris mulai gerah.
Scheele seolah memberikan isyarat bahwa dukungan dan teriakan penonton justru mengganggu pemain yang tengah melakukan servis.
Bagi Scheele, penonton bulutangkis seharusnya bisa tertib seperti penonton tenis. Namun, hal itu tak dihiraukan penonton, yang justru menyoraki balik Scheele.
Gemuruh Istora semakin tak terkontrol dan berubah seperti neraka bagi Malaysia.
Baca juga: Komandan Perang Rusia Berani Membantah Presiden Putin Perangi Ukraina Pakai Nuklir? Ini Jawabannya
Pemain Malaysia yang tampil kala itu tak kuat mendengar teriakan penonton Istora Senayan, dan memutuskan untuk tak melanjutkan pertandingan.
Melihat hal itu, Scheele kesal dan mulai berjalan ke arah tribun penonton.
Wasit kehormatan asal Inggris itu coba menenangkan penonton dengan pengeras suara, namun justru direspons dengan sorakan penonton.
Scheele pun memutuskan pertandingan dilanjutkan keesokan harinya tanpa penonton, namun Indonesia menolak dengan tegas keputusan itu.
Akhirnya, pertandingan malam itu pun resmi dihentikan dalam kondisi undecided (tak diputuskan siapa yang menang dan kalah).
Tak tinggal diam, Indonesia sempat mengajukan protes keras kepada IBF atas aksi keputusan sepihak Scheele.
Lalu, dalam sidang IBF tertanggal 4 Juli 1967 di London, diputuskan bahwa challenge round Indonesia vs Malaysia (sisa partai yang belum selesai), akan tetap dilanjutkan di Selandia Baru pada Oktober 1967.
Sekali lagi, Indonesia menolak keras keputusan tersebut dan akhirnya gelar juara diberikan ke Malaysia.
Perubahan dilakukan pada format segera setelah itu.
Baca juga: Ini Jadi Alasan Israel Terima Permintaan Maaf Putin Atas Ucapan Menlu Rusia Soal Hitler
Pemenang antar zona harus melawan juara bertahan di final 'Challenge Round' untuk memperebutkan trofi, tetapi setelah tahun itu, Challenge Round dihapuskan.
Tim merah putih berhasil merebut dan mempertahankan gelar juaranya hingga empat edisi (1970, 1973, 1976, 1979)
Kedatangan China ke kancah internasional pada awal 1980-an memberikan perubahan lain.
Pemain China, meskipun penampilan internasional mereka terbatas sampai saat itu, membuktikan bahwa mereka sudah menjadi ancaman dunia.
Final melawan juara bertahan Indonesia di tahun 1982, terbukti menjadi salah satu pertemuan paling memukau sepanjang masa.
5-4 untuk China pada debut mereka, dengan Han Jian menjadi superstar tersebut dengan mengalahkan juara All England tiga kali Liem Swie King 15 -12, 11-15, 17-14.
Pada edisi berikutnya (1984), dua perubahan signifikan terjadi.

Piala Thomas akan diadakan bersamaan dengan Piala Uber setiap dua tahun, bukan lagi tiga tahun.
Seri akan diperebutkan dalam lima pertandingan, bukan Sembilan pertandingan lagi.
Lebih banyak perubahan dalam format kualifikasi akan dilakukan pada edisi berikutnya.
China, pemenang lima gelar berturut-turut, mengalami kekalahan mengejutkan di semifinal edisi 2014 dari Jepang, yang kemudian merebut gelar pertama mereka dengan mengalahkan Malaysia di final yang menarik di New Delhi.
Kemudian giliran Denmark yang menorehkan sejarah di tahun 2016 dengan menjadi negara non-Asia pertama yang menjuarai Piala Thomas, yang berhasil mereka raih dengan mengalahkan Indonesia di final di Kunshan.
Pada edisi 2018, Piala Thomas diambil alih oleh China setelah mengalahkan Jepang 3-1 di final Piala Thomas.
Setelah berpuasa sekian tahun, Indonesia akhirnya berhasil merebut gelar juara Piala Thomas 2020.
Tim bulu tangkis putra Indonesia berhasil menjuarai Piala Thomas 2020 setelah mengalahkan China di partai final.
Jonatan Christie yang tampil di partai ketiga lalu menuntaskan kemenangan Indonesia setelah bertarung selama 1 jam 22 menit melawan Li Shi Feng.
Peraih medali emas Asian Games 2018 itu menang dengan skor 21-14, 18-21, dan 21-13.
Keberhasilan Jonatan Christie itu sekaligus memastikan Indonesia mengangkat trofi Piala Thomas untuk pertama kalinya sejak 19 tahun lalu.
Secara keseluruhan, Indonesia memimpin dengan 14 gelar; China berada di urutan kedua dengan 10 gelar.
1. Anthony Sinisuka Ginting
2. Jonatan Christie
3. Shesar Hiren Rhustavito
4. Syabda Perkasa Belawa
5. Tegar Sulistio
6. Kevin Sanjaya Sukamuljo
7. Mohammad Ahsan
8. Hendra Setiawan
9. Fajar Alfian
10. Muhammad Rian Ardianto
11. Bagas Maulana
12. Muhammad Shohibul Fikri
Hasil Drawing Grup Piala Thomas
Grup A:
Indonesia, Korea Selatan, Thailand, Singapura
Group B:
Denmark, China, Perancis, Aljazair
Group C:
Chinese Taipei, India, Jerman, Kanada
Group D:
Japan, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat
Jadwal Indonesia di Piala Thomas 2022
Penyisihan 1: 8 Mei 2022 - 14.00 WIB: Indonesia vs Singapura
Penyisihan 2: 9 Mei 2022 - 19.00 WIB: Indonesia vs Thailand
Penyisihan 3: 11 Mei 2022 - 14.00 WIB: Indonesia vs Korea Selatan. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)