Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Mei 2022: Tuhan, kepada Siapakah Kami Akan Pergi?

Ketika Yesus menekankan bahwa Diri-Nya adalah benar-benar makanan dan minuman, daging dan darah, yang dapat memberi hidup bagi dunia, jadi heboh.

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD Ambros Ladjar 

Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Mei 2022: Tuhan, kepada Siapakah Kami Akan Pergi? Perkataan-Mu adalah Perkataan Hidup yang Kekal (Kisra 9: 31-42; Yoh 6: 60-69)

Oleh: RD. Ambros Ladjar

POS-KUPANG.COM - Beda pendapat atau visi itu biasa. Seringkali disertai dengan pengunduran diri.

Bung Karno dan Bung Hatta adalah sosok negarawan yang tak dilupakan. Keduanya dikenal sebagai peletak dasar NKRI yang pernah beda visi tentang bentuk negara.

Sebelum merdeka Bung Hatta mencita-citakan negara Federasi. Prinsipnya demikian karena melihat contoh negara adikuasa waktu itu, khusus Uni Soviet dan USA.

Sedangkan Bung Karno menginginkan Negara Kesatuan seperti sekarang ini.

Sekalipun beda pendapat, Bung Hatta tetap tunduk dan patuh atas putusan suara terbanyak. Mereka sepakat mendirikan NKRI.

Yesus sudah memberikan juga ulasan panjang lebar tentang Roti Hidup. Perihal tersebut, Ia sudah selangkah lebih jauh mengadakan mukjizat penggandaan Roti. Tanda nyata bahwa Yesus itu sesungguhnya Anak Allah.

Meskipun demikian, ketika Yesus menekankan bahwa Diri-Nya adalah benar-benar makanan dan minuman, daging dan darah, yang dapat memberi hidup bagi dunia, maka suasana jadi heboh.

Banyak orang protes sebab bagi mereka perkataan Yesus itu keras. Tak pantas dan menjijikkan maka tak menarik ingin untuk didengarkan orang.

Orang banyak yang sebelumnya rasa antusias dan kagum mulai bersikap apatis. Sebab mereka tak memahami inti perkataan Yesus yang sebenarnya.

Mereka gagal mengenal pribadi Yesus sebagai Anak Allah yang datang dari surga. Mereka akhirnya mundur teratur.

Sejatinya penginjil Yohanes mengajak kita bersikap jelas dan tegas menerima apa pun risiko yang akan terjadi dalam hidup.

Yesus yang menamakan diri sebagai Roti Hidup memang sebuah jalan pikiran yang sulit dipahami. Jalan itu terkadang membuat kita merasa bimbang ibarat duri dalam daging yang pasti terus mengganggu.

Yesus memberi kita beban Salib yang terus dipikul dengan setia. Hal konkret bahwa kita secara bebas telah memilih jalan hidup masing-masing.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved