Bukti Bahwa Perempuan Tidak Lemah dan Suka Bergosip, Inilah Alasannya
Menurut Pendeta Dethan dalam bacaan yang pertama Lukas 23:56-24:12 menceritakan tentang peristiwa awal dari kebangkitan Yesus Kristus dari kematian.
Kristus yang mati tetapi bangkit adalah kekuatan dan pemersatu jemaat. Dan tidak sesuatu pun yang dapat memisahkan mereka dari kasih Kristus (Roma 8:34-35) 34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? 35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Menurut Wartawan Pos Kupang Pencetus Rubrik Berhasa Kupang “Tapaleuk” ada hal menarik dari pesan Paskah tahun ini.
“Yang menarik adalah bahwa Rasul Paulus menghubungkan peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus sebagai karya Allah Tritunggal yang menjadi kekuatan orang percaya untuk terus berkarya dalam pelayanan gereja tanpa takut dan gentar untuk menunjukan sikap-sikap sebagai anak-anak Allah (Roma 8:11-16)”.
“Bagi Paulus Kristus adalah sulung dari kebangkitan, orang percaya pun akan dibangkitan. Kuasa kebangkitan Kristus membuka pintu bagi orang percaya. F. Davidson dan Ralph P. Marthin (1970) melihat teks ini adalah salah teks PB yang memperlihatkan konsep trinitas yang dihubungan dengan peristiwa kebangkitan.
Allah Bapa Pencipta telah melakukan karya penyelamatan bagi dunia dalam Kristus, Ia juga yang terus memeliharan dan menuntun dunia melalui Roh Kudus. Jikalau kuasa maut saja dikalahkan oleh Kristus dengan kebangkitannya, maka masalah apapun yang dihadapi orang beriman pasti akan diatasi dan dipulihkan Kembali oleh Allah Tritungggal.
Jika Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus berkolaborasi dan bersinergi dalam misi penyelamatan kita manusia dan dunia, kita pun terpanggil untuk berkolaborasi dan bersinergi untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang ada di Efata Liliba ini”, demikian menurut akademisi dan dosen Pasca Sarjana UKAW ini.
“Satu hal lain yang penting dari teks bacaan yang pertama yang patut untuk digarisbawahi adalah kekuatan “ibu-ibu” atau perempuan, yang biasanya dianggap lemah, tetapi disini justru menunjukkan kekuatan mereka, karena merekalah yang menjadi saksi-saksi kebangkitan Kristus yang pertama. Karena itu kekuatan kaum perempuan jangan kita anggap enteng dalam pelayanan gereja. Jika orang tua memiliki anak laki2 dan perempuan, maka jangan pilih kasih hanya memperhatikan anak laki-laki dan kurang memperhatikan yang perempuan. Semua orang harus kita perlakukan yang sama di mata Tuhan, karena semua orang berharga”, demikian Mesakh Dethan. Amin.
(*)