Paskah 2022

Logu Senhor di Sexta Vera Asal Portugis 422 Tahun Lalu Kembali Dirayakan di Kampung Sikka

Logu Senhor artinya berjalan menunduk di bawah Salib Yesus yang diletakkan di atas sebuah tandu diusung empat petugas pengusung.

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/EGY MOA
Perayaan Logu Senhor di Kampung Sikka, Keuskupan Maumere, Pulau Flores sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia. 

"Niang ei Beta Mate Tanah ei Herong Potat Mate Due Rate Rua Potat Due Leda Telu. Blutuk Niu Nurak di Mate Blupur Odo Korak di Potat Teri di Mate, Era di Potat"

Dua kalimat ungkapan ini menggambarkan bahwa dunia tidak kekal abadi. Setiap ada kehidupan pasti ada kematian. Kematian tidak dibatasi umur. Bayi bisa mati, tua renta pun mati. Kapan saja kematian itu pasti ada.

Moang Lesu memikirkan dan mencari kemungkinan adakah tempat lain yang tidak ada penderitaan dan kematian di dunia ini.

Dia memutuskan mengembara mencari tanah tersebut, dalam Bahasa Sikka dikenal dengan "Tanah Moret".

Baca juga: Sebelum Paskah Tiba, Ada Tri Hari Suci - Apa Itu? Simak Penjelasannya

Moang Lesu berjalan menuju wilayah utara di Pelabuhan Waidoko, Maumere. Pelabuhan ini merupakan persinggahan kapal-kapal dagang dari Bugis, Buton, Makassar, Bonerate dan Portugis yang datang dari Tanah Malaka.

Di Pelabuhan Waidoko, Moang Lesu bertemu Dzogo Worilla, anak buah kapal dagang milik Portugis.

Kepada Dzogo Worila, Moang Lesu menanyakan apakah di tempat tinggalnya tidak ada kematian.

Worila mengatakan bahwa di dunia ini manusia yang lahir dan hidup, pasti berakhir dengan kematian.

Namun untuk mendapat jawaban itu, Moang Lesu diajak Dzogo Worila bersama-sama berlayar menuju Malaka.

Setibanya di Malaka, Moang Lesu bertemu Gubernur Malaka. Ia menyampaikan tujuan kedatangan untuk mencari "Tanah Moret".

Gubernur Malaka mengatakan ada kehidupan yang bahagia dan kekal setelah kematian di dunia ini.

Tetapi untuk mendapatkan itu, Moang Lesu harus membangun gereja dan mengikuti ajaran-ajaran gereja.

Persyaratan yang disampaikan Gubernur Malaka disetujui Moang Lesu. Ia bersedia mengikuti pelajaran Agama Katolik, pelajaran ilmu politik dan pemerintahan dijalaninya selama tiga tahun.

Moang Lesu akhirnya dibaptis dengan nama Don Alexius Ximenes da Silva dan dilantik oleh Gubernur Tanah Malaka sebagai Raja Sikka.

Tiga tahun berada di Malaka, Moang Lesu memutuskan kembali ke Kampung Sikka.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved