Perang Rusia Ukraina

Rusia Hancurkan Sistem Rudal S-300 Bantuan Eropa untuk Ukraina

Slovakia, yang telah menyumbangkan sistem rudal semacam itu ke Ukraina, mengatakan bahwa senjata yang dipasoknya tidak terkena.

Editor: Alfons Nedabang
via Kontan.co.id
Militer Rusia makin sangat menyerang Ukraina. Setelah menembakan rudal hipersonk, kini Rusia juga mulai menggunakan rudal jelajah. 

POS-KUPANG.COM - Militer Rusia menghancurkan system rudal S-300 yang dipasok ke Ukraina oleh negara Eropa, dengan menggunakan rudal jelajah Kalibr. S-300 merupakan rudal anti-pesawat.

Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim Moskwa telah meluncurkan rudal jelajah Kalibr pada Minggu 10 April 2022, terhadap empat peluncur S-300 yang disembunyikan di hanggar di pinggiran kota Dnipro, Ukraina.

Rusia mengatakan 25 tentara Ukraina terkena serangan itu. “Rudal Kalibr yang diluncurkan dari laut dengan presisi tinggi menghancurkan peralatan divisi rudal anti-pesawat S-300 yang telah dikirim ke rezim Kyiv oleh negara Eropa,” kata Kementerian itu, dilansir dari Reuters, Senin 11 April 2022.

Rusia tidak mengatakan negara Eropa mana yang memasok sistem S-300. Negara anggota NATO, Slovakia, yang telah menyumbangkan sistem rudal semacam itu ke Ukraina, mengatakan bahwa senjata yang dipasoknya tidak terkena.

"S-300 kami tidak hancur," kata juru bicara pemerintah Slovakia Lubica Janikova.

Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim pasukan Moskwa juga telah menembak jatuh dua pesawat Su-25 Ukraina di dekat kota Izium dan menghancurkan dua gudang amunisi, salah satunya di dekat kota selatan Mykolaiv.

Baca juga: Rusia Menjarah Zat Radioaktif dari Laboratorium Chernobyl Ukraina

Militer Ukraina tidak segera menanggapi permintaan komentar. Diberitakan Russia Today (RT), pada Jumat 8 April 2022, Slovakia mengumumkan bahwa mereka telah menyumbangkan satu-satunya baterai S-300 ke Ukraina.

Sistem senjata itu adalah bagian dari persenjataan warisan anggota NATO dari masa lalu Soviet. Tidak jelas berapa banyak kendaraan yang dikirim Slovakia ke Ukraina.

Baterai S-300 biasa dapat memiliki sedikitnya 4-12 peluncur menggunakan radar tunggal untuk mengidentifikasi target, dan dikendalikan oleh satu pos komando.

Selidiki Kejahatan Perang

Ukraina sedang memeriksa 5.600 dugaan kejahatan oleh 500 petinggi Rusia termasuk Presiden Vladimir Putin, kata Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova pada Minggu 10 April 2022.

Berbicara di Sky News, Venediktova juga berterima kasih kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson atas kunjungan mendadaknya ke Kyiv pada Sabtu 9 April 2022.

Johnson menjanjikan lebih banyak bantuan militer Inggris dalam pembicaraan tatap muka dengan Presiden Volodymyr Zelensky sebelum mereka berjalan-jalan dengan penjagaan ketat melalui pusat Kyiv.

Baca juga: Setelah Pecat Pasukan Terjun, Rusia Rekrut Eks Tentara untuk Perkuat Angkatan Bersenjata

"Saya pikir orang-orang Ukraina menunjukkan keberanian seekor singa, dan Anda, Volodymyr, yang mengaumkan singa itu," kata Boris Johnson dalam sambutan yang disiarkan televisi dengan berdiri di samping Presiden Ukraina.

Venediktova mengatakan, kunjungan Johnson menawarkan dukungan yang sangat besar bagi Ukraina, saat dia merinci dugaan kekejaman oleh Rusia termasuk di stasiun kereta api yang dipenuhi warga sipil untuk evakuasi.

"Tentu saja apa yang kita lihat di lapangan di semua wilayah Ukraina, itu adalah kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan," tambah Venediktova yang berbicara dalam bahasa Inggris, dikutip dari AFP.

Dia mengatakan, ada bukti lengkap yang menghubungkan pasukan Rusia dengan serangan rudal di stasiun Kramatorsk, Ukraina timur, yang disebut menewaskan 52 orang.

"Itulah mengapa ini akan menjadi salah satu kasus dalam profil besar kami," kata Venediktova.

"Anda tahu bahwa sekarang kami memulai 5.600 kasus di Ukraina tentang kejahatan perang di atas", yang melibatkan 500 tersangka dari pemerintah dan militer Rusia, katanya.

Baca juga: Bertemu PM Inggris Boris Johnson, Presiden Ukraina Klaim Bakal Habis-habisan Lawan Rusia

"Vladimir Putin adalah penjahat perang utama abad ke-21," katanya seraya menambahkan bahwa sebagai presiden, ia dapat menikmati kekebalan dari penuntutan di bawah hukum internasional tetapi itu tidak akan bertahan selamanya.

Seminggu yang lalu, Zelensky mengatakan bahwa dia menciptakan mekanisme khusus untuk menyelidiki kejahatan perang Rusia di Ukraina, lalu bersumpah untuk menemukan dan menghukum semua orang yang bertanggung jawab.

“Mekanisme itu akan melibatkan ahli nasional dan internasional, penyidik, jaksa, dan hakim,” katanya.

Inggris menyumbang keahlian teknis saat Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag melakukan penyelidikannya sendiri atas invasi Ukraina.

Di Kyiv, Johnson berujar bahwa penemuan mayat-mayat sipil di kota-kota Ukraina seperti Bucha dan Irpin secara permanen mencemari reputasi Putin dan merupakan kejahatan perang. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved