Perang Rusia Ukraina

AS Pilih Sanksi Keras ke Rusia, Takut Pakai Kekuatan Militer ke Ukraina

Sanksi ekonomi, sebuah istilah untuk pembatasan perdagangan, hingga pembekuan aset keuangan individu, secara teori dirancang untuk mengubah prilaku

Editor: Ferry Ndoen
dailymail.co.uk
Presiden AS Joe Biden minta Presiden Rusia Vladimir Putin diseret ke pengadilan kejahatan perang. Biden menyebut Putin sebagai presiden brutal. 

POS-KUPANG.COM - Sanksi ekonomi, sebuah istilah untuk pembatasan perdagangan, hingga pembekuan aset keuangan individu, secara teori dirancang untuk mengubah prilaku sebuah negara.

Logika itu mengharuskan seseorang atau lembaga yang dikenai sanksi ekonomi perlu mengetahui hukuman tersebut akan dihapus jika mengubah tindakan mereka.

Jika tidak, mereka memiliki sedikit insentif untuk mengubah arah.

Namun dalam kenyataannya, karena Amerika Serikat semakin tidak mau menggunakan kekuatan militer dan terkadang berjuang dengan upaya diplomatik, sanksi telah menjadi cara menghukum atau mengisolasi musuh.

Bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan mengubah perilaku mereka.

Baca juga: Jet Tempur Bombardir Ukraina, Vladimir Putin Marah, AS Jatuhkan Sanksi Putri Cantik Presiden Rusia

Negara-negara seperti Korea Utara dan Kuba telah menanggung sanksi AS selama bertahun-tahun tanpa banyak berubah sesuai keinginan Washington.

Paling tidak, menjatuhkan sanksi adalah langkah simbolis yang menyenangkan.

"Anda kadang-kadang harus melakukan sesuatu yang aneh," kata Brian O'Toole, mantan pejabat sanksi Departemen Keuangan kepada USA Today, Rabu (6/4/2022).

Membayangkan seluruh perdebatan sanksi adalah tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri.

Otokrat Rusia telah lama percaya, Amerika Serikat ingin melihatnya digulingkan.

Baca juga: Lolos Liga 2: Karo United Juara Liga 3, Menteri BUMN Erick Thohir Guyur Skuad Karo United 200 Juta

Jika dia menjadi yakin, Washington tidak akan meringankan sanksi selama dia tetap berkuasa, dia mungkin memiliki lebih sedikit insentif untuk menarik diri dari Ukraina.

Malinowski mencatat kemungkinan Putin  membungkuk.

Tetapi dia juga menunjukkan, pemimpin Rusia itu tampaknya tidak mau mundur terlepas dari tekanan sanksi.

Anggota DPR mendorong RUU yang akan memberi pemerintah AS lebih banyak wewenang untuk merebut aset Rusia tertentu.

Kemudian, mengalihkannya untuk membantu membangun kembali Ukraina yang telah porak-poranda.

Baca juga: Sadis, Warga Bucha Diberondong Pasukan Rusia Lalu Digranat, Ini Kronologinya

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved