Perang Rusia Ukraina

Harga Minyak Dunia Tinggi, Perang Ukraina di Titik Pivot Saudi

Lonjakan harga energi global menguntungkan Arab Saudi sebagai pengekspor minyak utama dunia, tetapi masalah tetap ada bagi putra mahkota kerajaan

Editor: Agustinus Sape
AP PHOTO/AMR NABIL
Orang-orang berjalan melewati spanduk yang menunjukkan Raja Saudi Salman (kanan) dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, di luar sebuah mal di Jeddah, Arab Saudi, pada 7 Maret 2020. 

Bahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy secara dramatis membebani situasi dalam beberapa hari terakhir, mengatakan kepada kekuatan energi regional "masa depan Eropa tergantung pada upaya Anda."

"Kerajaan tidak bisa - dan tidak boleh - dibiarkan sendiri untuk menjaga pasokan energi global pada saat seluruh dunia dengan suara bulat terluka dari kenaikan harga yang lebih lanjut dipicu oleh ketidakpastian karena situasi di Ukraina," tulis Faisal. J. Abbas, pemimpin redaksi surat kabar harian berbahasa Inggris Arab Saudi, Arab News.

"Ini adalah masalah internasional yang berdampak pada hampir setiap rumah tangga di seluruh dunia. Oleh karena itu, Arab Saudi layak mendapatkan semua dukungan yang bisa didapatnya."

Dari mana datangnya dukungan di masa depan tetap menjadi pertanyaan.

Sebelumnya diberitakan, harga minyak mentah dunia melonjak tajam pada perdagangan Rabu 30 Maret 2022, waktu Amerika Serikat (AS).

Kenaikan terjadi usai minyak mentah Amerika Serikat (AS) menurun lebih banyak dari yang telah diprediksi sebelumnya.

Akibatnya, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik US$3,58 atau naik 3,4 persen menjadi US$107,82 per barel di New York Mercantile Exchange.

Tak hanya itu, harga minyak mentah berjangka Brent juga naik US$3,22 atau naik 2,9 persen menjadi US$113,45 per barel di London ICE Futures Exchange.

Badan Informasi Energi (EIA) AS, Rabu (30/3), melaporkan cadangan minyak mentah Negeri Paman Sam turun 3,4 juta barel sepanjang pekan per 25 Maret 2022. Padahal sebelumnya, Analis S&P Global Commodity Insights justru memproyeksikan penurunan minyak mentah hanya 1,7 juta barel.

Di sisi lain, EIA mengungkapkan total persediaan bahan bakar kendaraan bermotor naik 0,8 juta barel pada pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan juga naik 1,4 juta barel.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dikabarkan akan melakukan pertemuan dalam waktu dekat. Para pelaku pasar tengah menanti pertemuan tersebut lantaran OPEC akan membahas isu strategis berkaitan dengan produksi minyak mentah.

Namun, Analis Energi Commerzbank Research Carsten Fritsch pesimistis pertemuan tersebut akan mempengaruhi naiknya produksi minyak mentah dunia.

"Kemerosotan harga yang nyata dan telah melampaui 10 persen untuk beberapa minggu ini, telah membuat kemungkinan pertemuan OPEC+ besok, semakin kecil dalam memutuskan untuk menaikkan produksi minyak mentah ke tingkat yang lebih besar," ujarnya, seperti dikutip Antara, Kamis 31 Maret 2022.*

Sumber: mainichi.jp/cnnindonesia.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved