Harga Pertamax Naik

Warga Keberatan Harga Pertamax Naik, Antrean Di SPBU Mulai Mengular

Manajemen Pertamina tidak mengelak ketika dikonfirmasi rencana kenaikan harga BBM jenis pertamax.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Antrean pengisian BBM jenis Pertamax di SPBU Jalan Cak Doko Oebobo, Kota Kupang, Rabu 30 Maret 2022. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dikabarkan akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax atau RON 92 mulai 00.01 WIB pada 1 April 2022. Warga mengaku keberatan atas rencana tersebut.

"Kalau benar sih jadi berat ya apalagi buat ojek (online) kaya saya, muter-muter kesana kemari," ujar Fadly saat ditemui di Bogor, Kamis 31 Maret 2022.

Sebenarnya, kata dia, bisa saja kendaraan roda dua yang ia tunggangi diisi bahan bakar jenis Pertalite, namun Fadly khawatir akan menurunkan performa mesin.

"Saya kadang suka gonta ganti, kadang Pertalite kadang Pertamax. Tapi takutnya kalau Pertalite terus tarikan motor jadi kurang," ujarnya.

Sementara itu antrean di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum(SPBU) sudah mulai terlihat antrean sejak siang hari. Di SPBU Bintaro misalnya antrean kendaraan roda empat atau roda dua bahkan mengular hingga keluar SPBU.

Baca juga: Harga Pertamax Bakal Naik Jadi Rp 16 Ribu Per Liter, Mulai Berlaku April 2022

Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa dirinya sudah mendapatkan kabar harga Pertamax naik dari media sosial. Karena itu ia buru-buru mengisi kendaraan roda empatnya dengan Pertamax sebelum harganya naik.

"Diisi full dulu saja, jadi kalau harganya naik nanti kita enggak terasa berat," ujarnya.

Manajemen Pertamina tidak mengelak ketika dikonfirmasi rencana kenaikan harga BBM jenis pertamax. Akan tetapi mereka mengaku masih menunggu arahan dari pemerintah.

"Aku masih menunggu keputusannya, sampai sekarang belum turun keputusannya," kata Pjs. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting saat dihubungi Tribun.

Irto menyampaikan, jika memang sudah turun keputusan untuk menaikkan harga Pertamax 92, maka akan disampaikan secara resmi oleh Pertamina kepada publik.  "Kami dalam posisi nunggu arahan, tengah malam kan tidak panjang lagi," ucap Irto.

Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir sudah mengucapkan permohonan maaf apabila nantinya harga BBM jenis Pertamax naik.

Erick pun mengungkapkan, bahwa ada kemungkinan Pertamax akan naik dalam waktu dekat. Hal ini mengingat harga minyak mentah dunia yang trennya terus naik hingga kini di atas 100 dollar AS per barrel.

"Pemerintah sudah memutuskan Pertalite dijadikan subsidi, tapi Pertamax tidak. Jadi kalau Pertamax naik, ya mohon maaf, tapi kalau Pertalite disubsidi," ujarnya.

Baca juga: PT Pertamina Hadirkan Pertashop Pertamax Buat Warga Pinggiran Kota Kupang

Kementerian ESDM menilai harga keekonomian Pertamax RON 92 pada saat ini di level Rp 16 ribu per liter.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan, tingginya harga minyak dunia yang masih di atas 100 dolar AS per barel sangat berpengaruh terhadap harga BBM.

"Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp 14.526 per liter (harga keekonomian Maret), bisa jadi sekitar Rp 16 ribu per liter," kata Agung.

Menurutnya, harga tersebut merupakan cerminan dari harga keekonomian BBM RON 92 berdasarkan formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis BBM umum. 

"Jadi sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Menteri ESDM, saat ini kita masih mencermati harga minyak ini karena kalau berkepanjangan memang bebannya berat juga baik ke APBN, Pertamina dan sektor lainnya," paparnya.

Belum Persiapan

Pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tergabung dalam Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) mengungkap kesiapan hadapi wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamax mulai 1 April.

Baca juga: Tolak Jual Pertamax Karena Dianggap Mahal, PPI Sambi Rampas Segel SPBU Pota 2 Jam 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hiswana Migas wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten Juan Tarigan mengatakan, pelaku usaha hanya fokus terhadap pasokan BBM untuk konsumen.

Karena itu, belum ada langkah selanjutnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya antrean konsumen demi mendapatkan Pertamax di harga saat ini. "Tidak ada persiapan khusus, yang pasti kami akan tetap menjaga ketersediaan BBM," ujarnya.

Dia menambahkan, jam operasional dari SPBU juga tetap seperti biasa pada meski ada wacana kenaikan harga Pertamax. "Kami tetap melakukan pelayanan semaksimal mungkin sesuai jam operasional masing-masing SPBU," kata Juan.

Juan Tarigan mengatakan, pihaknya sama sekali belum dapat kepastian informasi jika Pertamax ada harga baru mulai 1 April. "Mohon maaf sampai hari ini kita belum up date bahwa besok Pertamax naik," ujarnya.

Kendati demikian, dia menjelaskan, Hiswana Migas pada prinsip mengikuti kebijakan pemerintah untuk penetapan harga BBM.

"Namun, belum ada informasi dan arahan Pertamina ke kami hingga saat ini. Kami mengikuti kebijakan pemerintah karena hal ini bukan pertama kali bagi kami," kata Juan.

Baca juga: Dorong Transaksi Cashless, Beli Pertamax Bisa Lebih Hemat Rp 250/Liter

Dihubungi terpisah, Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menambahkan, jika harga Pertamax naik, memang dapat memicu inflasi, tetapi kontribusinya kecil.

"Pasalnya, proporsi konsumen hanya sekira 12 persen. Namun, jangan naikkan harga Pertalite, yang proporsi konsumen mencapai 76 persen karena akan menyulut inflasi dan menurunkan daya beli rakyat," ujarnya.

Fahmy juga menjelaskan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Pertamax sangat kecil yakni sekira 12 persen. Selain itu, dia menilai konsumen BBM dengan jenis research octane number (RON) 92 ini juga kebanyakan dari kalangan menengah ke atas, sehingga tidak bakal antre jika harga naik.

"Kosumen Pertamax adalah golongan menengah ke atas yang menggunakan mobil mahal. Dengan golongan kosumen tersebut, mereka tidak akan melakukan antrean menjelang kenaikan harga," ujarnya. Lebih lanjut, Fahmy menyampaikan, para konsumen Pertamax juga tidak akan mau turun kelas atau migrasi ke Pertalite yang harganya lebih murah.

Menurutnya, penetapan harga Pertamax memang seharusnya ditentukan oleh mekanisme pasar, sehingga yang ideal adalah harga keekonomian di antara Rp 14.500 hingga Rp 16.000 per liter. 

Saat ini, harga Pertamax memang harus dinaikkan mengingat juga harga minyak dunia sudah mencapai 130 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.

"Jika tidak dinaikkan, beban Pertamina semakin berat. Rencana menaikkan harga Pertamax pada 1 April sudah tepat," pungkas Fahmy. (tribun network/sen/van/wly)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved