Berita Sumba Timur Hari Ini
Pedagang Kaki Lima Taman Kota Waingapu Keluhkan Pungutan Lampu
jika disesuaikan dengan besaran kapasitas lampu yang mereka pakai, maka pungutan yang harus mereka bayar terasa tidak seimbang.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
lihat foto
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di taman Kota Waingapu Sumba Timur mengeluhkan pungutan yang ditarik dari mereka.
Pasalnya, besaran pungutan yang mereka bayar kini naik drastis dari sebelumnya.
Para pedagang yang berjualan sejak sore hingga malam kini harus membayar biaya lampu sebesar Rp 5.000 per malam. Padahal sebelumnya, mereka hanya membayar biaya lampu Rp 5.000 dalam sepekan.
Adeodata, salah satu pedagang jagung bakar mengaku, heran karena tingginya pungutan yang harus mereka bayar saat ini.
Baca juga: WOI Sambangi Dekranasda NTT, Ini Kata Kadis Parekraf
Padahal, dia hanya menggunakan satu bola lampu sebagai penerang tempat jualannya.
"Kalau hitung hitung, kami bayar Rp 150 ribu setiap bulan untuk satu lampu saja. Kami juga hanya jualan dari jam 5 sore sampai jam 11 malam saja," ujar dia.
Ia menyebut, jika disesuaikan dengan besaran kapasitas lampu yang mereka pakai, maka pungutan yang harus mereka bayar terasa tidak seimbang.
Dirinya mencontohkan, untuk kebutuhan listrik satu bulan di rumah tangganya, dirinya hanya mengisi daya listrik senilai Rp 20 ribu rupiah untuk kebutuhan beberapa lampu.
Baca juga: Rusia dan Ukraina Siap Berdamai, Moskow Janji Hentikan Serangan ke Kiev, Akankah Putin Tepati Janji?
"Masa di sini kita hanya pake satu lampu setiap malam tapi bayarnya seratus lima puluh ribu setiap bulan," ujar Adeodata mempertanyakan.
Ia menyebut, di luar pungutan untuk lampu atau listrik, mereka rutin membayar Rp 20 ribu setiap bulan untuk pajak.
Kepala Badan Pendapatan Daerah Sumba Timur Oria Raramata yang dihubungkan belum memberi keterangan hingga berita ini ditulis. (*)
