Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Sabtu 26 Maret 2022: Ya Allah, Kasihanilah Aku Orang Berdosa Ini
Jalan Salib adalah moment kita merenungkan derita sengsara Tuhan kita Yesus Kristus. Karena merasa diri rapuh maka kita mohon belaskasihan Tuhan
Renungan Harian Katolik, Sabtu 26 Maret 2022: Ya Allah, Kasihanilah Aku Orang Berdosa Ini (Luk 18: 9 - 14)
Oleh: RD. Ambros Ladjar
POS-KUPANG.COM - Jalan Salib adalah moment kita merenungkan derita sengsara Tuhan kita Yesus Kristus. Karena merasa diri rapuh maka kita mohon belaskasihan Tuhan: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini!
Dalam kaitan dengan ibadat, nabi Hosea ingatkan sikap pertobatan batin bangsa Israel sebagai bentuk pemulihan sejati. Tuhan tak butuh ibadat yang bersifat lahiriah belaka sebab terkadang sarat kemunafikan.
Dia menuntut perilaku nyata, bukan juga kurban tapi lebih dari pada itu penerapan hukum cinta kasih.
Injil menampilkan kedua pendoa di Bait Allah yang bertolak belakang. Doa sombong seorang Farisi dan doa tulus seorang pendosa yang rasa diri bersalah.
Orang Farisi dari sisi loyalitas memang setia melakukan kewajiban agama secara konsekuen. Biarpun demikian ladang penuh kemunafikan. Ibadat yang dibuat hanyalah untuk dipuji orang.
Mereka mau mencari popularitas semu serta kesalehan palsu. Namun apa yang dibanggakan, tak dibenarkan Allah, dimana berbeda dengan pemungut cukai.
Tugas mereka menarik pajak masyarakat dan seringkali bermasalah karena ulah mereka. Karena mereka adalah kaki tangan pemerintah Romawi.
Dengan bergelut di sektor ini maka di mata orang Yahudi, petugas pajak itu dianggap pendosa.
Tidaklah berlebihan apabila petugas pajak dianggap najis oleh orang Farisi. Sebab mereka tak pantas di mata Tuhan dan sesama.
Lain halnya dengan Tuhan yang mengasihi orang berdosa, tapi membenci perbuatan dosa. Tuhan mengasihi mereka yang mau bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
Dengan demikian, pemungut cukai menemukan jalan rahmat dan pengampunan. Karena merasa diri kecil dan tak berdaya di hadirat Tuhan.
Kenyataan banyak kali kita orang Kristen bangga karena taat beragama, tapi meremehkan orang lain. Sejatinya inilah sebuah indikasi kecongkakan hati orang di hadapan Allah.
Apakah segala tugas yang digeluti berkedok pelayanan tulus dan rendah hati atau sebuah pameran kehebatan?