Berita NTT Hari Ini

Perjalanan Urbanus Reko dari Petugas Lapangan Hingga General Manager Kopdit Solidaritas

bahasa Kupang, Lu Susah Beta Bantu, Beta Susah Lu Bantu, itu tidak terjawab. Yang ada hanya Lu Susah Beta Bantu, Beta Susah Lu Kabur.

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/DELVIN PRESCLY
General Manager Kopdit Solidaritas Paroki Sta. Maria Assumpta Kupang, Urbanus Reko bersama Host Jurnalis Pos Kupang Michaella Uzurasi dalam Podcast Pos Kupang, Rabu, 23 Maret 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - General Manager Kopdit Solidaritas Paroki Sta. Maria Assumpta Kupang, Urbanus Reko, S.E membahi kisah perjalanan karirnya dalam Pos Kupang Podcast, Rabu, 23 Maret 2022.

Ayah tiga anak ini merupakan alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Kupang yang bergabung dengan Kopdit Solidaritas pada tahun 2002.

Berikut cuplikan wawancara eksklusif General Manager Kopdit Solidaritas Paroki Sta. Maria Assumpta, Urbanus Reko bersama Host - Jurnalis Pos Kupang, Michaella Uzurasi. 

E : Bagaimana memulai karir di awak ditahun - tahun itu? 

U : Awalnya saya bekerja di Kopdit Solidaritas, saya hanya karena diminta, bukan bekerja selayaknya orang memasukkan lamaran tapi saya dipanggil, diminta oleh salah satu manager, dizaman itu manager Kopdit itu meminta menjadi petugas lapangan dengan gaji di zaman itu di 2002 itu gajinya Rp. 150.000.

Bagi saya pada saat itu bukan soal gajinya tapi bagaimana saya memulai satu pekerjaan dengan bermodalkan semangat dan tanggung jawab. Pada saat itu juga saya sambil ojek. Saya tidak punya motor.

Syarat bekerja di Kopdit itu harus punya motor sendiri. Tapi ternyata saya diterima walaupun motor itu milik orang. Dalam perjalanan saya sebagai petugas lapangan, tentu banyak hambatan yang saya alami.

Memang kalau cerita tentang petugas lapangan di zaman saya, saya tidak tahu di zaman sekarang tapi saya mungkin berbagi yang mana bisa menjadi motivasi bagi teman - teman saya sahabat - sahabat saya yang mungkin saat ini bekerja, bekerja apa saja tapi kalau berhubungan dengan tugas lapangan dan untuk saya sendiri, yang saya alami pada saat itu memang dengan pengalaman lebih banyak yang tidak mengenakkan.

Tapi bagaimana saya menghadap masalah yang sebenarnya tidak mengenakkan, artinya saya harus bertahan, bertahan dan berakhirnya saat ini saya bisa dipercaya sampai saat ini saya bisa menjadi General Manager. Tentu itu prosesnya tidak mudah tapi saya mengalami benar dari tugas lapangan itu bahkan saya mendapat tantangan.

Kalau bilang mau dibunuh pernah juga. Kalau mau cerita saya pernah dihadang oleh pemuda - pemuda mabuk di sekitar Kota Kupang juga pernah. Itu sudah saya lalui semua.

Pada saat itu saya janji pada diri saya kalau memang saya harus dengan bekerja di lapangan seperti ini, penagihan di orang, saya bukan modal bela diri, bukan karena saya punya kemampuan lebih untuk mengatasi persoalan di lapangan tapi bagaimana kemampuan saya menyelesaikan persoalan anggota di lapangan, jadi saya punya prinsip, satu orang satu solusi.

Solusi yang satu tidak bisa disamakan dengan solusi pada orang yang lain karena berbeda. Prinsip saya, orang yang satu kita datang dengan persoalan yang satu. Beda dengan kita hadapi anggota yang lain.

Salah satu contoh, boleh dikatakan, orang yang punya pekerjaan tetap beda dengan mereka yang tidak punya pekerjaan tetap dari usaha - usaha, mungkin dari wirausaha mereka mungkin Senin - Kamis, karena bencana, itu tidak bisa kita samakan dengan anggota lain. Tapi itu punya strategi sendiri, itu yang saya lakukan di lapangan di zaman itu. 

Lalu yang berikut, semua persoalan di lapangan dimasa itu di tahun 2002 saya biasanya ada sesekali turun bersama manager, saya menunjuk tempat - tempat mana yang menjadi tugas saya.

Dizaman itu setiap rumah yang saya kunjung itu menggantikan uang bensin Rp. 2.000. Ada yang beri kita uang ada yang tidak, kita tidak bisa paksa karena itulah situasi pada saat itu. Bahkan sampai motor kita minyak habis di jalan. Itu adalah resiko di lapangan. 

E : Selama dari 2002 sampai 2022 apakah pernah ada hal yang membuat ingin menyerah saja? 

U : Kalau pengalaman sebagai petugas lapangan saya pernah, bukan menyerah juga tapi memang saya waktu itu dimasa peralihan di tahun 2004 saya coba mau melamar ke salah satu LSM, saya coba melamar tapi waktu itu bukan atas keinginan saya tapi saya punya keinginan, saya tidak mungkin melepaskan ini Kopdit.

Yang pertama saya melihat pihak Gereja sendiri, waktu itu zaman Romo Kris Saku, Pastor Paroki terus mendorong yang namanya Gerakan Koperasi Umat dimana anak - anak yang permandian dan sambut baru pada saat itu, anak - anaknya buka tabungan melalui Paroki tinggal orangtuanya tambah. Itu kebijakan Romo. Itu yang membuat saya tambah semangat.

Lalu yang berikut pernah juga saya diajak orang yang mau mempekerjakan saya di perusahaannya, bagaimana kamu bertahan dengan gaji yang masih di bawah UMR itu sementara kamu sudah mau berkeluarga, tapi saya tetap maju, dia tawar saya dengan gaji Rp. 1 juta saya masih gaji Rp. 450.000 saya bilang tidak bisa.

Kecintaan saya terhadap Kopdit Solidaritas ini. Saya mengatakan bahwa bagaimana saya sudah bermitra dengan anggota yang saya melihat dari yang sebelumnya tidak punya tanah, melalui koperasi dia beli tanah dan melalui koperasi dia bisa pinjam bangun rumah lagi, menyekolahkan anaknya, kitae sudah hubungan baik jadi saya tidak bisa jadi saya mengatakan bahwa kalau saya mengundurkan diri dari Kopdit, sejak awal - awal.

Waktu itu saya juga sudah miliki motor bahkan saya pinjam dari Kopdit ini bisa beli tanah, saya punya rumah. Disitu saya merasa bahwa Kopdit ini punya jasa besar. Ini yang membuat saya bertahan. 

E : Selama di lapangan apakah ada pengalaman unik yang masih ingat ceritanya?

U : Iya. Saya pikir ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. Ternyata tidak semua orang, tidak semua anggota yang punya itikad baik, itu yang saya alami. Dadi seratus mungkin ada satu dua. Jadi kita kunjung ke rumahnya hanya karena mau mengambil setoran lalu dia menyampaikan uang tidak ada.

Tapi anehnya kita datang di bulan berikut ada perubahan di rumahnya. Yang sebelumnya tidak punya keramik, rumah sudah punya keramik bahkan sebelumnya kursi yang (biasa) sudah kursi yang bagus, yang sofa.

Akhirnya di zaman itu saya dengan manager, untuk menghibur diri sekedar hanya sambil guyon, ada bahasa yang saya sampaikan, bapak ini luar biasa, bapak ini hebat.

Bapak bisa membangun rumah ini yang sebelumnya belum punya keramik dan sampai pada kursi dalam rumah lumayan bahkan anak juga sekolah, yang lain - lain bapak hebat, saya mengatakan bahwa bapak punya dosa cuma satu yaitu bapak dosa utang tidak bayar.

Karena saya pesan begini, ini yang bapak pinjam sebenarnya sebagian orang lain punya uang. Kenapa di motto kita yang dikatakan dalam bahasa Kupang, Lu Susah Beta Bantu, Beta Susah Lu Bantu, itu tidak terjawab. Yang ada hanya Lu Susah Beta Bantu, Beta Susah Lu Kabur. Nah itu tidak boleh terjadi.

Disitu kesetiakawanan itu tidak akan terjawab.

Saya menyampaikan seperti itu, bapak itu malu hati dengan saya sampai - sampai akhirnya dia berpikir seperti apa, dia mencicil dan mengatakan, anak punya bahasa menggugah saya dan saya terus menyampaikan, ketika kita menggunakan uang tidak sesuai dengan tujuan, kita menyalahgunakan, karena kita memberikan pelayanan dengan setulus hati lalu menggunakan uang tidak sesuai dengan tujuan, sudah pasti kalaupun usaha pasti gagal karena doa dari orang - orang kecil karena Kopdit ini kan kumpul dari orang - orang susah.

Pengalaman panjang lainnya di zaman itu saya sempat dihadang oleh pemuda, saya pakai tas pinggang dengan jaket di dalamnya itu ada uang setoran Rp. 2 juta. Tapi dari rumah ada uang titipan untuk beli sayur di Pasar Inpres Rp. 8.000. hanya karena ditodong oleh pemuda itu, saya karena gugup daripada saya kena tikam lebih baik uang Rp. 8.000 saya beri mereka.

Untung uang setoran anggota ini tidak diambil. Puji Tuhan saya tetap berjanji pada diri saya kalau memang Tuhan kehendaki saya harus mati di lapangan hanya karena persoalan seperti ini, saya kerja dengan setulus hati tapi sampai saat ini saya masih aman - aman saja.

E : Kita ke Kopditnya sendiri, berdiri sejak tahun 1991, sampai saat ini sudah berapa banyak cabang?

U : Saat ini Kopdit punya tiga cabang utama, Cabang Kota Kupang, Cabang Oesao, Kabupaten Kupang dan Cabang di Sumba Tengah lalu ada dua Cabang persiapan yaitu di Timor Tengah Utara (TTU) dengan di kabupaten Ende.

Lalu ada tiga cabang pembantu, satu Cabang Pembantu di Matani, satu Cabang Pembantu di Kabupaten Kupang lalu satu lagi cabang pembantu di Kota Baru, Ende. 

E : Kalau untuk tahun ini ada rencana untuk dibuka lagi? 

U : Ditahun ini kami masih fokus untuk bagaimana membenahi cabang - cabang yang sudah ada untuk memperkuat di kantor - kantor kas untuk mendukung cabang. Pertimbangannya karena memang sudah punya kantor cabang tapi kantor kas yang di daerah pedesaan ini masih kurang.

E : Tugas seorang pegawai lapangan, selain yang sudah dikatakan tadi apakah masih ada lagi?

U : Sebenarnya begini. Kalau petugas lapangan ini dia bukan saja urus penagihan. Sebenarnya dia ini sebagai marketing karena kalau sudah turun lapangan kalau dia tidak tahu tentang produk - produk simpanan dan pinjaman yang ada pada Kopdit itu, itu masalah besar karena apa?

Dia berseragamkan Kopdit Solidaritas lalu ditanyakan tentang simpanan pendidikan anak bunganya berapa dia tidak tahu, ataukah pinjaman untuk bangun rumah bunganya berapa, itu kan ada bunga - bunga khusus. Itu pasti berbahaya. Sama dengan kita menjual produk tapi kita sendiri mungkin tidak menikmati produk itu. 

E : Berbicara tentang produk, Kopdit Solidaritas sendiri sampai saat ini ada berapa produk? 

U : Kalau kita di situ ada yang pertama ada produk simpanan. Produk simpanan sendiri memang ada simpanan pikat, simpanan untuk pendidikan, dan juga simpanan untuk pensiunan.

Simpanan untuk pendidikan itu ada beberapa jenis yaitu simpanan untuk pendidikan anak usia 0 tahun sampai dengan tingkat SD yang namanya Sidia, SMP Simpanan pelajar mahasiswa (Simpelamas) lalu ada yang namanya simpanan pendidikan tinggi. Itu yang ambilnya saat anak kuliah baru bisa ambil. Itu sistem kontrak dengan simpanan awalnya Rp. 1 juta kita standar minimal Rp. 50.000.

Itu kalau kita menabung dari anak usia belum sekolah sampai dia sekolah ya lumayan untuk anak ke jenjang lebih tinggi kita tidak perlu pikirkan lagi. Begitupun simpanan lain juga sama.

Sedangkan simpanan pensiun melalui produk ini kita bisa manfaatkan. Saya lihat ada beberapa perusahaan yang sudah menabung untuk karyawannya di situ karena mereka melihat bahwa ternyata ini punya manfaat.

Katakan dia menabung dari usia 20 - 30-an tahun, dia pensiun 65 itu sudah dengan bunganya 10 persen per tahun.

Lalu ada yang simpanan sebagai anggota, ada yang namanya Simpanan Bunga Harian dan juga Simpanan Sukarela Berjangka seperti yang kita bilang kapan kita menabung dengan tiga bulan enam bulan dan dua belas bukan. Itu simpanan - simpanan kita yang disitu. Kalau pinjaman kita ada empat jenis.

Ada pinjaman yang namanya pinjaman biasa, pinjaman khusus lalu pinjaman yang dulu mikro sekarang kita pakai di bunga tetap yang 1.3 itu lebih banyak kepada orang - orang yang punya usaha produktif.

Ada yang pinjam khusus untuk beli kendaraan bangun rumah bangun kos kosan itu ada. Lalu yang berikut ada pinjaman kapital, itu bunganya paling kecil karena memang pinjam dia simpan kembali.(*)

Berita NTT Hari Ini

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved