MotoGP Mandalika
Penduduk Desa Sade Antusias Sambut Wisatawan, Perkenalkan Rumah Adat dan Siapkan Hasil Kerajinan
Penduduk Desa Sade Antusias Sambut Wisatawan, Perkenalkan Rumah Adat dan Siapkan Hasil Kerajinan
POS-KUPANG.COM - Penduduk Desa Adat Sade antusias menyambut wisatawan yang mulai berdatangan ke Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, menjelang pergelaran MotoGP Mandalika 2022.
MotoGP Mandalika 2022 yang memiliki nama resmi Pertamina Grand Prix of Indonesia itu dijadwalkan berlangsung di Pertamina Mandalika International Street Circuit pada 18-20 Maret mendatang.
Ini menjadi kali pertama ajang balap motor Grand Prix kembali digelar di Indonesia sejak kali terakhir dihelat di Sentul, Bogor, 1997.
Menjelang dimulainya Pertamima Grand Prix of Indonesia 2022, para wisatawan terpantau mulai meramaikan rumah makan dan kedai kopi di sekitar Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika pada Rabu (16/3/2022).
Wisatawan mancanegara pun terpantau mulai datang ke gerai ponsel untuk membeli kartu seluler. Pemandangan ini mengingatkan kepada momen ketika juara MotoGP musim 2021 Fabio Quartararo datang ke gerai ponsel milik warga lokal pada tes pramusim di Sirkuit Mandalika, Februari lalu.
Selain meramaikan rumah makan dan kedai kopi, para wisatawan juga mulai berdatangan ke tempat pariwisata, salah satunya Desa Adat Sade.
Baca juga: Sirkuit Mandalika, Tak Hanya Miliki Tiga Area, Ada Fasilitas Penunjang yang Menambah Estetis
Desa Adat Sade terletak di Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Posisinya berjarak sekitar 11 kilometer dari Sirkuit Mandalika.
Ketika sampai di Desa Sade, para wisatawan langsung disambut oleh pemandu yang bertugas. Para pemandu itulah yang kemudian menjadi simbol antusiasme penduduk Desa Sade dalam menyambut wisatawan.
Adapun para pemandu merupakan penduduk asli Desa Sade. Mereka bertugas menemani perjalanan wisatawan, dari pintu masuk hingga keluar.
Selama perjalanan, para pemandu menjelaskan banyak hal terkait adat di Desa Sade yang masih sangat kental, salah satunya tradisi unik terkait perkawinan.
Salah satu pemandu bercerita bahwa sebelum menikah, pihak laki-laki harus menculik pasangannya. Jika meminta izin, pihak laki-laki justru dianggap tidak sopan.
"Kalau di sini, ketika mau menikah, tidak boleh melamar, tapi harus diculik. Kalau kami minta malah ngga sopan," kata sang pemandu kepada Kompas.com.
Baca juga: Sirkuit Mandalika Jadi Saksi Sejarah Kembalinya Ajang Kejuaraan Balap Motor Dunia ke Indonesia
Lalu, selain tradisi unik perkawinan, pemandu memperkenalkam rumah adat bagi penduduk Desa Sade yang bernama Bale Tani.
Pintu masuk rumah adat Bale Tani yang sebagiannya tertutup atap dari alang-alang kering sengaja dibuat rendah agar para pengunjung menunduk dan hormat kepada pemilik rumah.
"Bale Tani, rumah adat ini berarti rumahnya para petani, karena di sini kami rata-rata petani. Setahun sekali kami panen karena termasuk daerah kering. Ini sengaja dibuat rendah supaya hormat sama yang punya rumah," ujar pemandu.