Berita Lembata Hari Ini
Kunci Sukses Abidin, Petani Asal Magepanda Sikka: Belajar dan Terus Belajar
Abidin melihat apa yang bisa dia lakukan bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk petani lainnya di kampung.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Abidin kini dikenal sebagai petani muda yang sukses dari Magepanda, Kabupaten Sikka. Tapi untuk sampai pada titik itu, Abidin harus bekerja keras dan terus mengembangkan kemampuan bertaninya.
Dalam talkshow Flores Bicara yang dipandu host Clara Marly, Selasa, 08 Maret 2022, Abidin mengisahkan kembali awal mula dia memilih bertani sebagai jalan hidupnya.
“Orangtua saya petani tapi saya baru menekuni bertani baru sejak tahun 2000,” katanya.
Baca juga: Budaya Adalah Inti Dari Hidup Masyarakat Lembata
Setelah krisis moneter melanda Indonesia tahun 1999, Abidin putus sekolah dan sebagai seorang anak laki-laki, dia harus menggantikan posisi bapaknya yang mulai sakit-sakitan sebagai petani.
“Awalnya tidak mau jadi petani tapi setelah saya lihat situasi di kampung dengan potensi pertanian yang luar biasa dan pengelolaan belum bagus. Maka saya belajar dan terus belajar. Kita anak petani tapi ilmu tentang pertanian itu tidak ada,” kenangnya.
Sebagai anak muda, Abidin melihat apa yang bisa dia lakukan bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk petani lainnya di kampung.
Baca juga: Eksplorasi Budaya Lembata Sia-sia Jika Dokumen Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Tak Diperbaharui
Abidin menjelaskan sejak tahun 2016 mulai muncul istilah petani milenial.
Saat itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian gencar membantu kelompok tani (poktan) dengan mesin-mesin pertanian seperti mesin pompa, traktor roda dua, roda empat, kultivator dan alat tani lainnya.
Arti dari petani milenial itu menurutnya adalah orang-orang muda yang mampu mengelola lahan pertanian dengan teknologi pertanian yang ada.
“Awalnya saya kelola lahan orang yang hasilnya kemudian dibagi. Lalu saya coba beli traktor roda dua, saya rekrut anak muda dan bekerja sama,” ujarnya.
Baca juga: Staf Ahli Rini Handayani: Saatnya Lembata Punya Shelter Bagi Korban Kekerasan Perempuan dan Anak
Abidin sebenarnya punya motivasi yang mendorong dia untuk bekerja lebih giat sebagai petani.
“Ketika saya ke kota bertemu teman teman yang punya sekolah tinggi dan punya pekerjaan lebih baik, dan orang lihat petani itu rendahan. Itu yang memotivasi saya dan saya komitmen membuktikan bahwa bertani itu bukan pekerjaan hina dan saya buktikan dengan karya dan kerja,” katanya.
Sejak awal 2010, Abidin mulai berinovasi dengan kelompok taninya. Dia ingin mengubah cara bertani masyarakat yang konvensional menjadi lebih modern.
Kami mengubah cara pertanian di kampung yang konvensional, lalu saya coba gunakan alat-alat pertanian yang diberi pemerintah,” katanya.
Dia melihat para petani di luar NTT seperti di Jawa dan Sumatra punya sistem pertanian yang lebih maju dibandingkan di kampungnya.
Itulah sebabnya, Abidin ingin belajar dan terus belajar berinovasi dalam bertani dan memajukan pertanian di kampung halamannya.(*)