Berita Lembata Hari Ini
Merayakan Kebudayaan di Pantai Wulen Luo Lembata
dengan eksplorasi budaya peran suku dihidupkan kembali. Ketiga, budaya gotong royong sangat kental terasa.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Ratusan orang berkumpul di ruas jalan utama Kota Lewoleba.
Teriknya sinar matahari pada Kamis, 3 Maret 2022, tidak menyurutkan semangat laki-laki, perempuan, tua, muda untuk menyusuri jalanan beraspal itu. Mereka mengenakan pakaian adat dengan motif khas dari sembilan kecamatan di Kabupaten Lembata.
Rombongan masyarakat adat ini tiba di Pantai Wulen Luo diiringi drum band dan berjubel masyarakat yang sudah menunggu di sana.
Pemerintah Kabupaten Lembata membuka secara resmi pekan eksplorasi budaya Lembata, yang berlangsung dari 3-7 Maret 2022. Sebelumnya, sejak tanggal 7 Februari sampai 28 Februari 2022, bupati dan rombongan turut serta mengikuti ritual adat di 10 desa.
Baca juga: Angkat Tema Budaya, Hip Hop Lembata Foundation Garap Video Klip Bersama Rapper Finlandia
Di pantai Wulen Luo, panitia sudah menyiapkan stand-stand untuk memajang karya-karya budaya terutama produk Usaha Kecil Menengah (UKM) dan sebuah pelataran panggung budaya tempat atraksi-atraksi budaya akan digelar di sana.
Bupati Lembata Thomas Ola Langoday mengatakan eksplorasi budaya Lembata sare dame sukses digelar karena kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan pada leluhur dan kepercayaan pada pengampunan dosa, tapa holo, sare dame.
“Dalam ritual adat pada 10 komunitas di Lembata, saya bersama panitia kunjungi 10 titik tanpa alpa, kami hadir dan menyatu di sana,” ungkap Bupati Thomas.
Baca juga: Bupati Lembata Resmikan Kantor Baru Syahbandar Lewoleba
Dia pun membeberkan temuan-temuannya saat mengikuti ritual adat tersebut. Pertama, para pemangku adat merasa dihargai dan peran mereka diakui.
“Yang terkoyak, tercerai berai mari kita satukan agar Lembata tetap Taan Tou (bersatu) dari hari ini sampai kapan pun,” ujarnya.
Kedua, peran suku dihidupkan kembali. Menurutnya, dengan eksplorasi budaya peran suku dihidupkan kembali. Ketiga, budaya gotong royong sangat kental terasa.
“Pesan moralnya, kalau masyarakat masih lapar, haus pemimpin tidak boleh kenyang duluan,” tegasnya.
Baca juga: Vakum Selama 6 Bulan, Bupati Tunjuk Caretaker Untuk Laksanakan Muscab Pramuka di Lembata
Dia juga menyerukan dampak dari perubahan iklim. Oleh sebab itu, dia mengajak masyarakat untuk berdamai (sare dame) dengan alam di darat, laut dan udara, dengan alam dan leluhur.
Bupati Thomas juga mengucapkan terima kasih kepada Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli yang hadir dalam acara kebudayaan tersebut.
Dia menyebut kehadiran Wabup Agus Boli merupakan suatu kehormatan. Lembata yang dulunya bagian dari Flores Timur masih menganggap Flores Timur sebagai ‘kakak’, apalagi Lembata dan Flores Timur juga adalah sama sama berbudaya Lamaholot-Kedang.
“Saya tidak sekadar hadir sebagai pemerintah, tapi saya hadir sebagai, kalau dalam adat Lamaholot, disebut Lewokaka yang lahirkan Kabupaten Lembata. Secara budaya kita adalah satu. Titehena Lamaholot,” ujar Agustinus Payong Boli.
Paling penting, Agus Boli berpesan, orang boleh berbeda dalam politik, tapi dalam budaya mereka adalah satu; budaya Lamaholot dan Kedang.
Pembukaan eksplorasi budaya tersebut juga dihadiri oleh Rini Handayani, Staf Ahli Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama asisten deputi dan
Direktur Event dan Budaya pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Reza Palevi.(*)