Perang Rusia Ukraina

Pengusaha Rusia Buat Sayembara: Yang Penggal Kepala Vladimir Putin, Saya Beri Hadiah 1 Juta Dollar

Agresi militer Rusia ke Ukraina, tak hanya mengundang amarah dunia internasional. Pengusaha kaya raya di Rusia pun murka lalu nekad lakukan ini. Apa?

Editor: Frans Krowin
Daily Express
Vladimir Putin dicap sebagai penjahat karena perintahnya menginvasi Ukraina. Kini pengusaha kaya di Australia buat sayembara: yang penggal kepala Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan diberikan hadiah 1 juta dolar atau setara Rp 14 miliar. 

POS-KUPANG.COM - Agresi militer Rusia ke Ukraina rupanya tak hanya menimbulkan amarah murka dari dunia internasional.

Di kalangan pengusaha Rusia pun mereka sangat menyesalkan tindakan kejam Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pasalnya, gegara tindakan Vladimir Putin yang mau menang sendiri membuat semua kalangan menderita karenanya.

Tak hanya warga kalangan menengah ke bawah yang memarahi Putin, tetapi pengusaha kaliber Rusia pun ikut murka atas tindakan arogan Vladimir Putin.

Saat ini, seorang pengusaha kaya raya di Rusia, yakni Alex Konanykhin, menyiapkan uang Rp 14 miliar bagi yang berhasil menangkap Vladimir Putin dalam keadaan hidup atau mati.

Baca juga: Vladimir Putin Tak Pedulikan Sanksi AS, Baginya Masa Depan Dunia Bukan di Tangan Amerika Tapi China

Bahkan, yang mampu memenggal kepala Presiden Rusia itu pun akan dihargai dengan nilai uang yang sama, yakni Rp 14 miliar.

Konanykhin juga menyebutkan akan menghadiahkan 1 juta dolar AS atau Rp 14 miliar bagi yang bisa memberikan kepadanya kepala Vladimir Putin.

Alex Konanykhin juga meminta agar pejabat militer Rusia mau ikut memenangkan hadiah tersebut.

Konanykhin mengungkapkan janjinya tersebut melalui postingan di media sosial LinkedIn.

Alex Konanykhin menyebutkan bahwa apa yang disampaikan dan sudah disiapkan itu merupakan sebuah kewajiban moral untuk menolong Ukraina dari serangan Vladimir Putin.

“Dengan ini saya berjanji membayar 1 juta dolar AS untuk pejabat, yang mematuhi tugas konstitusional mereka, menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional.

Demikian tulis Alex Konanykhin pada media sosial (medsos) sebagaimana yang dilansir dari The Independent.

“Putin bukan Presiden Rusia, karena ia mendapat kekuatan sebagai hasil dari operasi Rusia untuk menghancurkan gedung apartemen di Rusia, dan melanggar konstitusi untuk mengeliminasi pemilihan bebas dan membunuh lawannya,” ujar Alex.

Postingannya termasuk sebuah foto yang menunjukkan diri Putin.

Baca juga: Bela Ukraina, Juara Dunia Tinju Kelas Berat Angkat Senjata, Ini Pesan untuk Presiden Vladimir Putin

Foto itu dilengkapi dengan keterangan, “Diinginkan: Hidup atau Mati. Vladimir Putin karena pembunuhan massal”.

Konanykhin menambahkan bahwa sebagai warga dan etnis Rusia, merupakan kewajiban moral untuknya memfasilitasi denazifikasi dari Rusia.

“Saya akan melanjutkan membantu Ukraina atas usaha heroiknya untuk bertahan dari serangan gencar gerombolan Putin,” tulisnya.

Konanykhin sendiri memiliki sejarah yang kompleks dengan Pemerintah Rusia.

Pada 1996, ia ditangkap saat tinggal di AS, setelah otoritas Rusia mengklaim ia menggelapkan 8 juta dolar AS (Rp 115 miliar dengan kurs saat ini) dari Bank Pertukaran Rusia.

Agen FBI bersaksi bahwa mafia Rusia telah membuat kontrak dengan Konanykhin, dan kasus itu diselesaikan dan ia mendapatkan suaka politik.

Suakanya dicabut beberapa tahun kemudian, tetapi deportasinya dibatalkan oleh Hakim Distrik AS, yang menolaknya.

Hakim mengatakan bahwa keputusan untuk mengembalikannya ke Moskow sangat mencurigakan.

Baca juga: Perubahan Wajah Vladimir Putin Jadi Sorotan, Diduga Jalani Operasi Plastik, Ini Tanda-tandanya

Orang Kaya Rusia Mulai Kesal dengan Putin

Orang Kaya Rusia pendukung Presiden Vladimir Putin diyakini mulai kesal dan lelah terhadap sang pemimpin.

Apalagi mereka ikut terseret sanksi yang dijatuhkan Barat kepada mereka atas tindakan Putin menyerang Ukraina.

Selain itu, Rusia juga gagal memenuhi target untuk menyelesaikan serangan ke Ukraina untuk 72 jam ke depan, yang sebelumnya diharapkan bisa terjadi.

Menurut Analisis Pertahanan, Profesor Michael Clarke hal itu membuat Putin berpeluang dikhianati atau banyak yang tak mempedulikannya lagi.

“Banyak dari orang-orang bekuasa di lingkaran terdalam Putin kini menghadapi penghinaan, dikucilkan dari panggung dunia dan kekayaan besar mereka dalam bahaya serius,” tulisnya di The Sun.

Baca juga: Kemungkinan Perang Dunia III Pasca Serangan ke Ukraina Diungkap Menlu Rusia, Gunakan Senjata Nuklir?

“Setidaknya ada 200 oligarki yang menjadi kaya berkat Putin dan dari korupsi pendahulunya, tetapi mereka akan mulai mempertanyakan kesetiaan mereka,” tambahnya.

Clarke mengatakan para orang kaya ini mulai pergi meninggalkan Eropa jika kekayaan mereka akhirnya di sita.

“Mereka akan mulai berpikir apa gunanya kekayaan jika terperangkap seperti orang buangan di Rusia yang terisolasi dengan kota-kota dunia seperti New York dan London,” tuturnya.

“Terlarang dari perairan Mediterania, restoran berbintang Michelin dan juga meja judi di Monako,” lanjutnya.

Clarke pun menegaskan bahwa Putin saat ini seperti pemimpin Uni Sovyet, Joseph Stalin yang terputus karena rasa ketakutannya.

Selain itu, ia menilai saat ini lingkatran terdalam Putin yang sebelumnya memiliki 20 penasihat, saat ini telah menurun menjadi tak lebih dari tiga atau empat.

“Pikiran mereka mungkin berubah menjadi bisikan, lanlu langsung merencanakannya, dan akhirnya menjadi tindakan,” tulisnya.

“Putin kemungkinan akan jatuh dengan skenario seperti Diktator Romawi, Julius Caesar di mana oligarki terdekatnya secara politik menusuknya dari belakang,” tambahnya.

Sanksi telah diberikan oleh hampir semua negara besar di dunia, kepada sekutu serta teman terdekat Putin.

Baca juga: Pasukan Rusia Duduki Kota Kherson, Presiden Ukraina: Mereka Tidak Akan Tenang, Kami Akan Usir Mereka

Rusia sendiri dipercaya akan menghadapi resesi yang besar, dengan para ahli memperkirakan adanya 7 persen dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, daripada 2 persen pertumbuhan yang telah diprediksi tahun lalu.

Ditambah lagi perusahaan besar seperti Apple dan Google telah mundur dari pelayanan mereka di Rusia, Professor Clarke memperkirakan pengkhianatan terhadap Putin terjadi tak lama lagi. (*)

Artikel ini sebelumnya telah tayang

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved