Wawancara Eksklusif

Mantan Dubes RI untuk Rusia Wahid Supriyadi: Punya Rudal 27 Kali Kecepatan Suara (Bagian-2/Selesai)

Rusia punya senjata-senjata yang luar biasa sekarang, bahkan punya rudal 27 kali kecepatan suara sekali naik nggak bisa dicegat.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNBALI.COM/HO
Mantan Dubes RI untuk Rusia dan Belarus M Wahid Supriyadi 

POS-KUPANG.COM - Kekuatan militer Rusia menempati peringkat kedua global power index dan disegani oleh negara-negara internasional.Hal ini diungkapkan Mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi saat wawancara eksklusif di kantor Tribun Network, Senin 28 Februari 2022.

"Kalau Irak dan Suriah mungkin lemah. Tapi Rusia punya senjata luar biasa bahkan ada sistem rudal 27 kali lebih cepat dari suara," tutur Wahid.

Ia menilai fakta ini yang membuat negara-negara barat bahkan NATO enggan mengirimkan bantuan personel.

Baca juga: Mantan Dubes RI untuk Rusia Wahid Supriyadi: Ukraina Rusia Sebetulnya Bersaudara (Bagian-1)

Wilayah barat tidak akan arogan membantu Ukraina yang sedang diinvasi oleh militer Rusia. "Saya kira perhitungannya ke situ jangan sampai menimbulkan pertempuran habis-habisan," lanjutnya.

Berikut petikan wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi:

Mengapa tidak ada bantuan signifikan dari NATO untuk Ukraina?

Itu yang dipermasalahkan Ukraina artinya mereka tidak akan dapat kiriman tentara paling hanya peralatan. Memang terakhir agak kesulitan yang saya baca.

NATO tahu betul kekuatan militer Rusia menurut global power index nomor dua. Rusia punya senjata-senjata yang luar biasa sekarang bahkan punya rudal 27 kali kecepatan suara sekali naik nggak bisa dicegat.

Kalau soal itu mikir juga wilayah barat. Apabila sampai perang lebih besar lagi bisa hancur-hancuran lagi dan semua akan rugi juga. Saya kira perhitungannya ke situ.

Selama ini China dengan Rusia hubungannya oke tapi kenapa dalam konflik ini terkesan diam saja?

Pertama, dua negara besar peringkat kedua dan ketiga ini punya perjanjian urusan dalam negeri masing-masing. Kedua, perdagangan terbesar Rusia itu dengan China sebesar 141 miliar dolar AS. Itu kenaikannya luar biasa.

Sanksi-sanksi yang diberikan tidak terlalu dirasakan karena hanya berdampak di level bawah. Sebenarnya antara Rusia dengan China itu ada 'culture distrust'. Ketika keduanya masih komunis ada persaingan.

Sekarang punya kepentingan bersama dan musuh bersama. Tetapi memang politis tidak ada yang statis tergantung kepentingan nasional masing-masing.

Apakah nantinya militer Rusia akan menguasai Ukraina secara fisik atau hanya kepengin Presiden Volodymyr Zelensky jatuh?

Jadi sebenarnya tujuannya mengganti pemimpin yang pro Rusia. Di masa lampau Ukraina pernah dipimpin seorang pemimpin yang pro Rusia yaitu Viktor Yanukovich.
Cuma sebetulnya waktu Yanukovich memimpin Ukraina dipilih secara demokratis sehingga waktu itu Rusia juga tidak senang. Sebenarnya intinya invasi ini bukan mencaplok Ukraina tetapi memberikan pelajaran.

Presiden Putin ketika berpidato terkait penyerbuan Ukraina menyebut Presiden Ukraina seorang narkobais dan neo nazi, maksudnya apa ini?

Itu bahasa politis tapi memang latar belakangnya dia ini seniman, komedian. Dia populer dan kebetulan yang sebelumnya Petro Poroshenko tidak perform.
Kenyataannya ketika Zelensky menjadi Presiden Ukraina juga tidak membawa kemajuan. Awalnya juga dia negosiasi dengan Rusia tapi cenderung ingin ke barat. Ini yang saya kira Putin tidak suka.

Analisis Anda mengapa Republik Chechnya memberikan dukungan penuh kepada Rusia menginvasi Ukraina?

Chechnya ini negara bagian yang ingin menunjukkan masih loyal kepada Putin makanya dikirimkan tentara-tentara. Saya sendiri pernah datang ke sana waktu itu masih baru mulai recover.

Banyak terjadi pembangunan di Chechnya lewat bantuan Moskow. Ada semacam kabah yang dibangun oleh Putin.

Padahal Chechnya dulu ingin memisahkan diri dari Rusia tapi kemudian saya lupa ayahnya Kadyrov dibunuh dan kemudian Chechnya dibantu habis-habisan oleh Putin.

Ada tidak peluang Indonesia menjadi bridging untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina melalui jalur diplomasi?

Peluang ada tapi tidak mudah apalagi Putin kalau sudah punya keinginan. Menlu kita (Bu Retno) sudah komunikasi rutin dengan Menlu Rusia. Kita berteman baik sama dengan Ukraina.

Jadi negeri besar pun tidak bisa mempengaruhi seorang Putin. Memang kita posisi kita dialog tapi tidak mudah apalagi lagi pandemi susah sekali melakukan pertemuan tatap muka (offline).

Kita realistis saja ini bukan perkara mudah. Memang kendalanya banyak walaupun Putin dan Pak Jokowi chemistrynya bagus sekali. Waktu tahun 2016 saya ada di sana (Rusia) treatmentnya beda dengan sembilan kepala negara ASEAN.

Pak Jokowi diberikan satu hari khusus untuk pertemuan bilateral yang lain antre nunggu. Berarti ini memang kepentingan lain bagi Rusia walaupun bisa kita bantu selesaikan perang tapi pasti takes time. (tribun network/reynas abdila)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved