Unwira Kupang
Gedung Ikonik Rektorat Unwira Kupang Sebuah Master Plan Berkonsep Salib
Suka-duka pembangunan gedung Rektorat baru Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) di bilangan Penfui, Kota Kupang
Penulis: Ray Rebon | Editor: Kanis Jehola
"Itu semua harus ada dalam satu gedung dengan tata komunikasi dan jangkauan yang baik sehingga diletakan di lantai dua dan tiga pada gedung Rektorat", beber anggota Ordo Serikat Sabda Allah ini.
Selain itu, Yayasan juga berada dalam gedung yang sama untuk mempermudah koordinasi antar unit.
Desain gedung rektorat Unwira juga memperhatikan fungsi yang ketiga yaitu keluasan dan kenyamanan area kerja pegawai.
Tujuannya, sebut Pater Yul, agar mereka tidak terlihat dalam satu ruangan yang sumpek dan kecil tetapi area yang luas karena itu mempengaruhi gairah kerja dan energy yang mereka keluarkan.
Fungsi yang terakhir, kata Pater Yul adalah fungsi Green Building dan fungsi representasi. Di mana Gedung rektorat Unwira, didesain dengan jendela yang banyak, demi menghemat penggunaan cahaya, juga lingkungan sekitar yang ditata secara asri, juga tata kelola parkiran dan alur kendaraan yang baik.
Juga fungsi representasi yaitu bahwa dengan gedung Rektorat yang baru, civitas akademika Unwira akan merasa bangga dan tidak lagi kesulitan dalam mencari icon-nya Unwira. Karena Gedung Rektorat tersebut telah menjadi ikon baru Unwira.
Sebagai ketua Yapenkar, suatu hal yang membanggakan, sebut Pater Yul adalah bahwa pembangunan gedung Rektorat Unwira murni menggunakan dana pembangunan keuangan mahasiswa yang dikumpulkan dari tahun ketahun. Tidak ada sumbangan berarti dari pihak ketiga sehingga bisa dikatakan bahwa 95% kekuatan dana berasal dari kekuatan Unwira sendiri.
"Itulah yang membanggakan. Tidak hanya hasilnya, tetapi juga prosesnya yang sungguh membanggakan," beber Pater Yul
Selain gedung Rektorat, saat ini Unwira juga memiliki sebuah Aula yang representative untuk acara Wisuda yaitu Aula St. Imaculata.
Dibangunnya aula tersebut karena setiap kali Wisuda, Unwira selalu kesulitan menetapkan tanggal karena selalu tergantung dari gedung-gedung yang mau dipesan untuk dipakai.
Selain itu, panitia wisuda juga sangat kesulitan dan para orang tua juga tidak bisa melihat kampus Unwira karena jauh.
Akhirnya, sebagai ketua Yapenkar, Pater Yul mengaku mengajukan sebuah ide untuk sebaiknya dibuat sebuah bangunan yang ternyata kemudian dipoles sana-sini, akirnya menjadi bagus. Di mana, saat ini, aula tersebut menjadi gedung yang representatif yang paling banyak digunakan untuk kegiatan kemahasiswaan skala kecil hingga besar termasuk untuk acara Wisuda.
Unwira juga memiliki Ballroom St. Hendrikus, Auditorium St. Paulus dan Aula Serbaguna Sta. Maria Imaculata. Di mana, menurut Pater Yul Yasinto, sebagai pimpinnan Yayasan, dirinya sangat memperhatikan masalah sound untuk aula dan ballroom-ballroom tersebut.
Karena Pater Yul tidak ingin masalah sound menjadi kendalam dalam acara-acara besar di Unwira.
"Sound ini menjadi salah satu kendala dalam setiap acara. Meski kita mempersiapkan segalanya dengan baik tetapi ketika sound onar maka akan dimempengaruhi seluruh mood. Jadi, kita punya sound itu sudah dengan standar yang tinggi. Mahal memang, tetapi standarnya sudah cukup tinggi", tutup Pater Yul. (*)