Berita Kupang Hari Ini
Gedung Baru SMA Santo Arnoldus Janssen, Kupang Mulai Digunakan
Para siswa dan siswi serta guru pada SMA Santo Arnoldus Janssen, Kota Kupang, mulai menggunakan gedung sekolah baru
Penulis: Paul Burin | Editor: Kanis Jehola
Saat datang, Pater Arnoldus Janssen fokus membangun pertanian, peternakan, pertukangan serta melatih masyarakat lokal dengan keterampilan lainnya.
"Kita dapat membayangkan manusia Timor atau orang NTT waktu itu seperti apa? Tapi, misi tetap berjalan," katanya.
Merasa "kampung tengah" masyarakat sudah oke kata Pater Piet, dilanjutkan dengan katekese dan latihan untuk tanda salib. Mengurus lebih dahulu "perut manusia," selanjutnya barulah "menanamkan Sabda Allah." Orang-orang lokal saat itu masih kafir.
Yang menarik juga bruder-bruder SVD dan pater-pater selalu mendatangi masyarakat di kebun-kebun untuk melatih cara bercocok tanam, memelihara peternakan dan lainnya. Sekalian agar para bruder dan pastor-pastor dapat hidup dengan makanan lokal. Sebab mengharapkan pengiriman bahan makanan dari Eropa sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
Para misionaris ini juga belajar mengadaptasi diri dengan warga lokal. Belajar tentang kultur, bahasanya, pola berkomunikasi serta hal lainnya. Hal ini terasa sungguh penting dan misinya ternyata berhasil.
Orang-orang bule ini belajar bahasa Bunak, Marae, Tetun dan Dawan, sesuatu yang menarik dan sangat fundamental dalam karya misi.
Selain itu mereka berjalan kaki atau berkuda berpuluh-puluh kilometer melintasi daratan Timor yang terbilang masih "sangat liar."
Dan, ternyata mereka bisa menyatu dengan warga lokal. Mereka menjadi bagian integral masyaralat lokal, tadi jadi orang asing, kini mereka menjadi satu.
Dua tahun di Lahurus, kata Pater Piet Salu, SVD melebarkan sayap misi ke Ndao, Pulau Flores. Di sana, SVD membangun sejumlah seminari menengah hingga seminari tinggi. Lahirlah Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero dan Ritapiret untuk mencetak imam-imam pribumi karena sebelumnya didominasi imam-imam SVD. Jauh-jauh hari SVD telah memikirkan semua ini. Kini, semua imam di paroki-paroki dan uskup dipegang oleh Gereja Lokal. Sungguh membanggakan.
SVD kata dia, sejak tahun 1912 hingga kini membutuhkan 108 tahun untuk berkarya. Dari 1912 sampai sekarang disebut masa perintisan. Masa perintisan sudah usai. Gereja Lokal sudah mandiri.
Setelah peralihan ke gereja lokal, apalagi yang hendak dilakukan SVD untuk mengisi 108 tahun mendatang? Pater Piet Salu mengatakan, untuk 108 tahun mendatang, Provinsi SVD Timor memiliki rencana strategis dalam kerja sama dengan Gereja Lokal, antara lain adalah mendirikan SMA Santo Arnoldus Janssen di Kota Kupang. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2020 dan disebut juga sebagai Lahurus Baru. (pol)